1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Inggris: Muslimah Wajib Belajar Bahasa Inggris

ap/yf (afp/dpa)19 Januari 2016

Pernyataan Perdana Menteri Inggris David Cameron bahwa perempuan Muslim di Inggris harus belajar Bahasa Inggris atau akan dideportasi memicu kontroversi.

Symbolbild Saudi Arabien Frau Politik
Foto: Getty Images/AFP/R. Moghrabi

Pemerintah Inggris mengumumkan langkah-langkah untuk mendorong migran Muslim meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris mereka. Menurut PM Cameron, langkah itu terkait untuk "membangun negara satu-bangsa yang lebih lebih terintegrasi dan kohesif."

Inggris menyiapkan sekitar 20 juta pounsterling atau hampir 400 milyar rupiah untuk biaya kursus Bahasa Inggris yang diperuntukkan bagi migran Muslim, khususnya perempuan. Bagi yang ingin mengajukan visa mendampingi pasangannya di Inggris juga diberlakukan ketentuan mengikuti ujian Bahasa Inggris, ujar Cameron dalam program radio BBC Today.

Foto: Getty Images/WPA/P. Noble

PM Inggris itu mengatakan, langkah tersebut dirancang untuk membantu para migran agar bisa berintegrasi lebih baik dan mengurangi kemungkinan mereka terseret ke dunia ekstremisme. "Saya tidak mengatakan adanya semacam hubungan sebab akibat antara tidak berbahasa Inggris dan menjadi seorang ekstrimis - tentu saja tidak, karena tentu saja konyol untuk mengatakan demikian," ujar Cameron.

"Tapi jika Anda tidak mampu berbahasa Inggris, Anda tidak dapat berintegrasi. Karena itu, Anda mungkin menjumpai tantangan dalam memahami apa identitas Anda dan bisa lebih rentan terhadap propaganda ekstremis,“ papar Cameron dalam mengomentari respon beragam kelompok Muslim Inggris di London, Yayasaan Ramadhan yang menuduhnya "menggunakan Muslim sebagai sepak bola politik."

Dewan Muslim Inggris menyambut program pendanaan kursus Bahasa Inggris tersebut. Tetapi pihaknya prihatin dengan ‘bahasa yang digunakan Cameron dihubungkan ke masalah keamanan.‘ Kepala Dewan Muslim, Shuja Shafi mengatakan, "Memang tepat jika ada perluasan pengajaran Bahasa Inggris. Masyarakat sipil Muslim akan bersemangat untuk memainkan peran mereka dengan memfasilitasi kelas-kelas Bahasa Inggris. Tapi tujuan untuk memperluas pengajaran Bahasa Inggris agar yang lebih banyak digunakan dan integrasi yang lebih baik, bisa terbentur rintangan pertama jika dikaitkan dengan masalah keamanan dan hanya ditujukan pada perempuan Muslim."

PM Cameron sempat mendatangi Mesjid Leeds, bertemu dengan imam Qari Asim dan para muslimah di Shantona Women Center. Di sana ia menjelaskan program integrasi yang ia maksud:

Sementara itu, Mohammed Shafiq, yang merupakan kepala eksekutif Yayasan Ramadhan, mengatakan , Cameron ‘sekali lagi menggunakan Muslim Inggris sebagai sepak bola politik untuk mencetak poin murah untuk tampil tangguh‘. Menurutnya, "Ada tiga juta Muslim di negara ini dan Perdana Menteri memilih untuk fokus pada minoritas yang sangat kecil dari kelompok-kelompok ekstrimis, ketika jelas-jelas mayoritas Muslim Inggris menolak ekstremisme.

Ditambahkannya, “Yayasan Ramadhan selama bertahun-tahun menghadapi peningkatan risiko terorisme dan ideologi kebencian. Langkah terbaik untuk menghadapinya adalah dengan membangun dukungan di antara sesama Muslim dan mendukung kerja-kerja yang dilakukan di seluruh negeri dan tidak memukul atau merendahkan kaum Muslim," pungkasnya.