Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi hari Senin (10/7) menyatakan kemenangan di Mosul dan mengumumkan bahwa pasukan pemerintah telah mengakhiri penguasaan ISIS di Irak.
Iklan
Berdiri di tengah anggota pasukan keamanan, Abadi memuji perebutan kota Mosul yang direbut ISIS tiga tahun lalu sebagai momen kunci dalam perang melawan kelompok teror itu.
"Kemenangan kita hari ini adalah kemenangan atas kegelapan, kemenangan atas brutalitas dan terorisme, dan saya mengumumkan di sini ... kepada seluruh dunia saat ini, akhir dan kegagalan dan runtuhnya negara mitos teroris Daesh," kata Abadi dalam pidato di televisi dari kota Mosul, menggunakan nama bahasa Arab untuk ISIS.
"Operasi ini dilakukan dengan perencanaan dan keberhasilan Irak," kata Abadi, sambil mengucapkan terima kasih kepada "semua negara yang berdiri bersama Irak dalam perang melawan terorisme."
Puluhan anggota pasukan keamanan bersorak-sorai setelah pidato itu, sambil menari dan melambai-lambaikan bendera dan senjatanya. Koalisi pimpinan AS yang mendukung serangan ke Mosul memuji kemenangan tersebut, namun memperingatkan bahwa hal itu tidak menandai berakhirnya perang melawan para jihadis.
"Kemenangan ini sendiri tidak menghilangkan (ISIS) dan masih ada pertarungan yang sulit di masa depan. Tapi hilangnya salah satu ibu kota kembarnya dan pusat kekhalifahan mereka adalah pukulan yang menentukan," kata Letnan Jenderal Stephen Townsend, Komandan operasi internasional anti-ISIS.
"Kini saatnya semua warga Irak bersatu untuk memastikan (ISIS) dikalahkan di seluruh Irak," kata Townsend.
Presiden AS Donald Trump juga memuji kemenangan tersebut, dengan mengatakan bahwa ini adalah sinyal bahwa "hari-hari" ISIS di Irak dan Suriah dihitung ".
Tapi membangun kembali kota Mosul yang hancur dan membantu warga sipil akan menjadi tugas yang sangat besar, dan organisasi-organisasi bantuan memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan Irak masih jauh dari selesai.
PM Irak Abadi mengatakan bahwa sambil terus mengatasi ISIS, Irak memiliki tantangan lain termasuk "misi stabilisasi dan misi pembangunan".
Pasukan Irak hari Senin (10/7) masih berjuang untuk merebut kantong terakhir perlawanan ISIS di Mosul, dengan pejuang jihad terkepung di Kota Tua Mosul.
Memperebutkan Mosul
Pertempuran memperebutkan Mosul sudah berkecamuk sejak beberapa bulan lalu, antara pasukan Irak dan milisi "Islamic State" (ISIS). Serangan ditujukan untuk mendesak ISIS keluar dari kota itu.
Foto: Reuters
Sasaran Militer: Mosul Barat
Pasukan Irak dan sekutu-sekutunya berhasil menguasai bagian Mosul di timur sungai Tigris Januari lalu. Sekarang mereka berusaha membebaskan Mosul Barat, di mana sekitar 2.000 jihadis masih bercokol.
Foto: Reuters
Serangan di Pelabuhan Udara
Tentara Irak mengambil alih pelabuhan udara Mosul, yang jadi pintu gerbang menuju bagian barat kota itu. Posisi itu harus dipertahankan karena strategis dalam upaya mengambilalih seluruh Mosul.
Foto: Reuters/Z. Bensemra
Serangan di Darat dan di Udara
Untuk menghadapi ISIS yang mengerahkan roket, mortir dan alat tempur lain, militer Irak menggunakan pesawat nirawak, jet dan helikopter ke garis depan. Tentara AS juga ikut partisipasi dalam perang itu.
Foto: Reuters/A. Al-Marjani
ISIS Menyusup ke Bawah Tanah
Beberapa ribu anggota ISIS bertempur melawan sekitar 10.000 tentara Irak. Tapi berkat kemampuan bergerilya, ISIS mampu menyembunyikan diri di kota. Foto: tentara Irak memeriksa terowongan yang digunakan ISIS untuk mengadakan serangan bunuh diri terhadap tentara pemerintah.
Foto: Reuters/Z. Bensemra
Hidup dalam Ketakutan
Situasi semakin dramatis bagi penduduk bagian barat Mosul. Sekitar 750.000 orang masih terperangkap di sini. Mereka kekurangan kebutuhan paling dasar, seperti air, makanan dan bahan bakar.
Foto: Getty Images/AFP/A. Al-Rubaye
Terdesak dari Tempat Tinggal
Anak laki-laki ini terpaksa diungsikan dari desa tempat tinggalnya, dekat Mosul. Ia dalam perjalanan ke tempat lebih aman di bagian selatan Mosul. Sejumlah organisasi bantuan PBB memperkirakan sekitar 250.000 orang akan lari dari kota itu. (ml/hp)
Foto: Reuters/Z. Bensemra
6 foto1 | 6
Prajurit bersenjata dengan senapan mesin dan penembak jitu melepaskan tembakan dari atas bangunan yang rusak di Kota Tua, dan serangan udara menyebabkan asap mengepul di atas pusat bersejarah Mosul. Pasukan Irak melancarkan serangan mereka pada bulan Oktober lalu untuk merebut kembali Mosul, yang direbut ISIS pertengahan tahun 2014.
Organisasi hak asasi Amnesty International hari Selasa (11/7) meminta sebuah komisi untuk menyelidiki kejahatan terhadap warga sipil di Mosul oleh semua pihak dalam pertempuran membebaskan kota itu dari para jihadis.
"Kengerian yang telah disaksikan oleh warga Mosul dan pengabaian terhadap kehidupan manusia oleh semua pihak dalam konflik ini tidak boleh tanpa hukuman," kata Lynn Maalouf, direktur riset Timur Tengah di Amnesty International.
Badan pengungsi PBB mengatakan, mungkin perlu waktu berbulan-bulan sebelum warga sipil dapat kembali ke rumah mereka.
Nikmati Spa di Tengah Kecamuk Perang
Pemandian air panas di Hammam al-Alil dekat Mosul bagaikan oasis di tengah kecamuk perang Irak. Meski dihantui rasa was-was, warga berusaha mengendurkan urat syaraf dengan mandi dan pijat.
Foto: Reuters/S. Salem
Perang antara pasukan Irak dengan ISIS
Pemandian air panas ini terletak di Hammam al-Alil, selatan Mosul. Mosul merupakan kota yang sengit diperebutkan antara pasukan Irak dengan kelompok ISIS. Mulai awal tahun 2017, Mosul kembali direbut pasukan Irak, namun trauma perang masih menghantui. Spa air panas yang sempat tutup akibat perang mulai digunakan lagi. Tampak seorang pria dibalur lumpur di pemandian ini.
Foto: Reuters/S. Salem
Menyembuhkan penyakit kulit
Hammam al-Alil, di selatan Mosul ini sangat terkenal dengan kolam pemandian air panas yang diyakini bisa sembuhkan berbagai penyakit, terutama penyakit kulit. Seorang warga Irak membalur tubuh dengan lumpur, saat menikmati spa di kolam belerang ini.
Foto: Reuters/S. Salem
Dihidupkan kembali
Warga telah berbondong-bondong kembali ke sini sejak ISIS diusir dari kota itu. Pria-pria yang mandi harus memakai kain yang menutupi lutut hingga ke pusar sebagai bagian dari kode kesopanan yang ketat gerakan Muslim Sunni di Irak.
Foto: Reuters/S. Salem
Pakaianpun ada aturannya
Pria Irak mandi di kolam belerang. "Dulu, jika Anda cuma memakai pakaian renang, Daesh atau ISIS bakal mencambuk Anda," kata Wael Abdullah, sebelum menyelam ke dalam kolam. "Hisbah datang untuk memeriksa apakah setiap orang memakai baju yang tepat," katanya. Hisbah adalah polisi syariah yang memantau segala sesuatunya, mulai dari jenggot laki-laki hingga kerudung perempuan.
Foto: Reuters/S. Salem
Mantabnya pijat sabun
Kolam pemandian dalam ruangan di mana penduduk setempat dan tentara mengambil hari libur untuk rileks sejenak dari keseharian dengan mendapat layanan pijat sabun. Spa ini menjadi magnet bagi wisatawan dan pasien rematik. Kejayaan tempat wisata ini kini berlalu, bahkan sebelum kaum militan Islam tiba pada tahun 2014 di sini.
Foto: Reuters/S. Salem
Takut serangan ISIS
Pada hari Senin, spa dibuka hanya pada pada siang hari karena takut serangan ISIS, kata seorang perwira polisi federal. Hotel-hotel mewah yang menyediakan fasilitas spa sempat ditutup karena dibom ISIS yang menguasai Mosul.
Foto: Reuters/S. Salem
Tak mampu bayar
"Dulu banyak pengunjung dari Baghdad, bahkan Kuwait, Arab Saudi," kata Latif Mohammed, yang merupakan pegawai spa. Biaya amsuk spa sekitar 110 ribu rupiah per hari. Dia menambahkan: "Kita bisa dapat tamu hingga 200 pengunjung spa sehari, penduduk setempat, tentara, juga pengungsi, tetapi banyak yang tidak mampu bayar biaya masuknya."
Foto: Reuters/S. Salem
Mendatangkan kegembiraan
Anak-anak berenang di pemandian air panas terbuka. Ancaman konflik terus menghantui. Namun setidaknya saat ini mereka dapat melepas ketegangan dulu sesaat dengan bersenang-senang di pemandian air panas mengandung belerang.
Ed: Ayu Purwaningsih/Agus Setiawan (Reuters)