PM Israel Netanyahu menang dalam pemilihan ketua Partai Likud dan mengalahkan saingannya Gideon Saar. Kemenangan ini menentukan siapa yang memimpin Partai Likud maju dalam pemilu ketiga Israel selama setahun terakhir.
Iklan
Jumat (27/12) pagi waktu setempat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan kemenangan atas pesaingnya Gideon Saar dalam pertarungan pemilihan kepemimpinan partai konservatif Likud.
"Sebuah kemenangan besar! Terima kasih kepada anggota Likud atas kepercayaan, dukungan, dan cinta kalian," cuit Netanyahu dalam akun Twitter-nya setelah pemilihan ditutup pada Kamis (26/12), pukul 11 malam.
Kemenangan ini mengamankan posisi Netanyahu dalam pemungutan suara pemilu parlemen yang akan diselenggarakan pada Maret 2020. Ini akan menjadi pemilu ketiga Israel dalam satu tahun terakhir.
Hasil hitung cepat menunjukkan Netanyahu unggul dengan margin yang cukup jauh atas pesaingnya, yakni mantan menteri pendidikan Israel, Gideon Saar. Penghitungan resmi dimulai Jumat (27/12) pagi waktu setempat.
Sekitar 57.000 anggota Partai Likud memberikan suara mereka pada hari Kamis (26/12), namun jumlah itu diketahui hanya di bawah 50% dari total pemilih yang memenuhi syarat. Waktu pemungutan suara pun diperpanjang akibat dampak dari cuaca buruk. Hal inilah yang diduga membuat banyak orang enggan untuk pergi ke tempat pemungutan suara.
Jelang lima jam penutupan pemungutan suara, diketahui baru 30% pemilih yang memberikan suara mereka. Netanyahu pun meminta anggota partai yang belum memilih untuk memberikan suara.
"Semuanya dalam kendali, hanya bila Anda pergi keluar untuk memilih. Persentase rendah dari partisipasi pemilih ini merugikan kami," cuitnya di Twitter.
Namun, perdana menteri berusia 70 tahun itu membantah semua tuduhan tersebut.
Pemilu untuk ketiga kalinya
Hasil ini menandakan bahwa sebagian besar anggota partai konservatif Likud masih tetap loyal kepada sang perdana menteri. Sejak didirikan pada tahun 1970-an, partai ini hanya memiliki empat orang pemimpin.
Walau kemenangan Netanyahu sudah diprediksi, dukungan untuk Saar terus mengalir menjelang hari pemungutan suara. Saar mengatakan dirinya akan lebih baik diposisikan untuk membentuk pemerintahan pasca pemilu.
Baik Netanyahu maupun rivalnya dari Partai Biru dan Putih, Benny Gantz, gagal membentuk koalisi pemerintahan setelah pemilihan umum pada bulan September lalu.
Pemilu parlemen Israel untuk ketiga kalinya akan dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2020.
rap/pkp (AP, AFP, dpa)
Tiga Skandal Mengancam Nasib Netanyahu
Tanpa oposisi kuat di dalam negeri, PM Israel Benyamin Netanyahu seharusnya bisa merasa jumawa. Namun karirnya kini berada di ujung tanduk menyusul skandal korupsi yang melibatkan orang-orang terdekatnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Tiga Menohok Netanyahu
Sejumlah skandal pernah menerpa orang nomor satu di Israel ini. Tapi karir politik Benjamin Netanyahu tidak pernah menyurut. Terutama ketika kelompok oposisi melemah dan Donald Trump menduduki Gedung Putih, Sang Perdana Menteri sepantasnya merasa tak tersentuh. Namun tiga kasus dugaan korupsi kini mengancam menamatkan karirnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Perhiasan buat Sara
Skandal pertama yang membelit Netanyahu melibatkan hadiah bernilai tinggi yang ia dapat dari Arnon Milchan, taipan Yahudi yang memiliki bisnis hiburan di Amerika Serikat. Polisi meyakini Milchan memberikan beragam hadiah bernilai hingga 180.000 Dollar AS, termasuk di antaranya cerutu, champagne dan perhiasan buat sang Isteri, Sara.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sultan
Kepentingan Bisnis Konglomerat Hiburan
Dugaan korupsi dilayangkan karena Milchan pada saat itu memiliki stasiun televisi Israel Channel 10 yang membutuhkan bantuan dana dari pemerintah untuk bertahan hidup. Polisi sedang menyidik apakah kepentingan bisnis Milchan berkaitan dengan pemberian hadiah bernilai mahal tersebut.
Foto: Ben Horton/Getty Images for Magnolia Pictures
Bola Panas Mozes
Skandal kedua melibatkan konglomerat lain, Arnon Mozes, pemilik koran beroplah terbesar kedua di Israel, Yedioth Achronoth. Meski awalnya bermusuhan secara politis, Netanyahu kemudian bersedia membantu Mozes menggembosi oplah Israel Today yang merupakan pesaing terbesar Yedioth Achronoth. Sebagai imbalannya Mozes menjanjikan dukungan lewat harian miliknya tersebut.
Foto: Reuters/G. Tibbon
Pengkhianatan Teman Lama
Rekaman percakapan antara Mozes dan Netanyahu jatuh ke tangan kepolisian secara tidak sengaja, ketika penyidik sedang menginvestigasi kasus lain. Kebocoran itu menjadi petaka buat Netanyahu karena Sheldon Adelson, pemilik harian Israel Today, banyak membiayai kampanye Netanyahu sebelum menjadi perdana menteri. Sheldon lantas terang-terangan mengaku "kecewa" terhadap bekas anak didiknya itu.
Foto: Getty Images/W. McNamee
Kapal Selam Datangkan Petaka
Adapaun skandal terakhir yang menerpa Netanyahu dipicu oleh perjanjian pembelian kapal selam dari Jerman senilai dua miliar Dollar AS. Tersangka utama kasus korupsi dalam pembelian kapal selam itu adalah David Shimron, kuasa hukum dan keponakan Netanyahu. Ia ditangkap polisi bersama Mickey Ganor yang melobi pemerintah Israel untuk membeli produk ThyssenKrupp.
Foto: picture alliance/Photoshot/Pool/A. Cohen
Status Tersangka dari Kepolisian
Kasus terakhir tergolong pelik karena bekas kepala staf Netanyahu, Ari Harow, telah sepakat untuk menjadi saksi kunci dalam kasus tersebut. Bersamaan dengan itu polisi mengumumkan bahwa Netanyahu secara resmi menjadi tersangka dalam setidaknya dua kasus "penipuan dan korupsi."
Foto: Getty Images/AFP/J. Guez
Tak Surutkan Dukungan Politik
Skandal seputar Netanyahu akhirnya membuat Partai Likud ketar ketir. Petinggi partai berulangkali terlibat adu mulut antara satu sama lain di depan publik mengenai masa depan sang Perdana Menteri. Namun hingga kini Likud belum mengubah sikap terkait Netanyahu. "Perdana menteri tidak perlu mengundurkan diri. Dia cuma harus membuktikan diri tak bersalah," kata Ketua Dewan Koalisi Likud, David Bitan.