1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Thailand Didemo Puluhan Ribu Massa

26 Maret 2009

Puluhan ribu pengunjuk rasa anti pemerintah dengan kaus merah menduduki kantor perdana menteri Thailand Abhisit Vejjajjiva, Kamis (26/03) di Bangkok, dan menuntut Abhisit untuk mundur.

25 ribu massa berkaus merah menuntut mundur PM Thailand Vejjajjiva.
25 ribu massa berkaus merah menuntut mundur PM Thailand Vejjajjiva.Foto: AP


Setidaknya 25 ribu pengunjuk rasa berkaus merah turun ke jalan dari Sanam Luang atau alun-alun kerajaan, tempat demonstan anti pemerintah biasa berkumpul , menuju ke kantor perdana menteri Abhisit Vejjajjiva, the Government House.

Meski aksi demonstrasi berjalan relatif damai, dengan diiringi teriakan "Keluar, keluar!", para pengunjuk rasa menggulingkan lima kontainer yang memblokir mereka ke kanal terdekat.

"Kami akan tetap di sini hingga pemerintah mundur," tegas pemimpin pengunjuk rasa "Kaus Merah", Jatuporn Promphan. Kelompok demonstran "Kaus Merah" adalah kelompok pendukung mantan perdana menteri Thaksin Sinawatra yang digulingkan militer tahun 2006 silam.

Pukul delapan malam waktu setempat, Thaksin Sinawatra menelepon dari Afrika. Dalam pidatonya melalui telepon, Thaksin berterima kasih kepada massa pendukungnya yang berkumpul di Government House di Bangkok.

"Besok, saya akan mengatakan siapa yang bertanggung jawab di balik kemunduran politik Thailand dalam tiga puluh tahun terakhir," demikian Thaksin berjanji kepada massa dalam pidato tujuh menitnya.

"Saya juga akan membicarakan masalah ekonomi hari Sabtu ini," ujar Thaksin dan mengutarakan keinginannya supaya massa tetap berada di jalan hingga hari Sabtu besok (28/03).

Seorang pengunjuk rasa berkaus merah membawa spanduk bertuliskan "Keluar, Abhisit!"Foto: AP

Aksi unjuk rasa di Bangkok, Kamis kemarin (26/03), dipicu oleh pengumuman Perdana Menteri Abhisit Vejjajjiva yang akan memberikan 10 juta lembar cek hadiah, senilai masing-masing 57 dollar kepada warga berpenghasilan rendah, sebagai bagian dari paket stimulus ekonomi. Langkah tersebut dikritik tajam sebagai upaya membeli suara rakyat.

Namun menurut Abhisit, "Apa yang kami akan lakukan adalah membantu ekonomi melewati masa sulit dalam tiga bulan pertama tahun ini dan enam bulan berikutnya. Kami perlu memasukkan dana ini secepatnya ke dalam sistem dan inilah cara tercepat untuk melakukannya.“

Abhisit tidak berencana untuk memberlakukan negara dalam keadaan darurat, tindakan yang dilakukan dua perdana menteri Thailand sebelumnya, ketika pengunjuk rasa menguasai kantor pusat pemerintahan dan dua bandar udara Bangkok tahun lalu.

Kepada media, Abhisit mengatakan bahwa dirinya yakin dapat mengatasi situasi seburuk apa pun.

Abhisit Vejjajjiva, perdana menteri Thailand kelahiran Inggris tersebut telah mewanti-wanti polisi dan militer untuk bertindak sabar terhadap para demonstran, karena diduga terdapat upaya provokasi.

Sekitar enam ribu tentara dan lebih dari dua ribu anggota polisi terlihat bersiaga di depan kantor perdana menteri dan memblokade kantor pusat pemerintahan Thailand tersebut dengan kawat berduri.

Aksi protes di Bangkok Kamis kemarin (26/03) merupakan salah satu aksi demonstrasi terbesar yang dilancarkan para pendukung Thaksin sejak Abhisit memegang jabatan perdana menteri bulan Desember tahun lalu. (ls)