1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pokemon Go: Fenomena Terjangan Teknologi Masadepan

18 Juli 2016

Demam Pokemon Go melanda dunia. Sejumlah negara cemas karena takut sistem keamanannya dibobol. Tapi realita tunjukkan, game Virtual semacam itu akan makin banyak diproduksi.

Pokemon Tokyo Japan
Foto: picture-alliance/dpa/H.Yamada

Pemandangan orang bersenjatakan smartphone berjalan kesana kemari tanpa peduli arus lalu lintas dan bahaya lain, kini jadi sesuatu yang lazim di berbagai negara. Mereka adalah pemain Pokemon Go, sebuah game yang menggabungkan Virtual Reality dengan Agumentden Reality berbasis data GPS. Untuk bisa menangkap figur permainan Pokemon, pengguna app harus mengikuti peta virtual atau juga lokasi sesuai Augmented Reality.

Pokemon Go is Getting Everyone to Exercise

00:31

This browser does not support the video element.

Bagi para pakar games terkemuka, permainan semacam Pokemon Go adalah tren ang tidak bisa lagi dibendung dan akan melanda seluruh dunia. Keistimewaan games terbaru ini adalah pemainnya bisa “melihat” Pokemon di dunia nyata. Figur “pocket monster” seolah melebur dengan realitas. Dengan bantuan data Global Positioning Service, monster-monster buatan Nintendo itu ditampilkan pada peta virtual.

“Inilah permainan masa depan,” ujar Prof. Mario Lorenzo, pakar proses informatika dan pengembangan produk Virtual di Technische Universität Chemnitz, Jerman, kepada DW. Dengan data yang dipasok GPS pada peta virtual, pemain bisa memperkirakan berapa jauh jarak mereka dari pokemon yang diburu. “Jika jejaknya sudah terlacak kamera smartphone, citra pokemon akan muncul di layar smartphone di dekat areal pemain berada,” ujar Lorenzo.

Bahaya keamanan dan bahaya bagi pemain

Prinsip permainan Virtual Reality digabung Augmented Reality ini adalah aliran data dalam volume besar. “Terutama data pergerakan.” Ujar pakar informatika dari Chemnitz itu. Jika ada data barulah game bisa dimainkan. Risikonya, semua data pergerakan bisa direkam dan disimpan. “Para pemain mempertaruhkan kepercayaan data kepada Nintendo dan Niantic,” tambah prof. Lorenzo.

Arus data inilah yang membuat sejumlah negara yang “tidak siap” menerima kehadiran game baru berbasis VR dan AR serta pasokan data GPS menjadi miris. Sejumlah negara Teluk dan juga pemerintah Indonesia sudah melontarkan kecemasan, data-data itu bisa disalahgunakan untuk tujuan kejahatan. Atau lebih parah lagi, untuk tujuan intelejen.

Awas bahaya, tangkap Pokemon di jalan raya dengan lalulintas ramaiFoto: Reuters/C. Helgren

Pemerintah Indonesia sudah menyatakan akan melarang permainan Virtual dan Augmented Realtity itu di kawasan “sensitive”, seperti instalasi militer atau kantor-kantor pemerintahan. Juga Kuwait sudah melarang perburuan “Pikachu” dan kawan-kawannya di seputar instana Emir, instalasi perminyakan, basis militer dan mesjid.

Juga sejumlah negara yang lebih “terbuka” dan siap melihat ada bahaya dari permainan baru bertren masa depan itu. Terutama dari kemungkinkan kecelakaan pada pemain game virtual reality yang “ceroboh”. Contohnya sudah cukup banyak mulai yang tabrakan mobil atau tertabrak mobil, terjatuh dari tebing atau terseret air sungai karena tidak hati-hati memburu monster kecil lewat smartphone mereka.

Bijak mengolah data dan sambut masa depan

Walau kecemasan muncul dimana-mana, khususnya terkait kecurigaan pemanfaatan permainan untuk menghimpun data intelejen, sejumlah pakar games menilai tren akan sulit direm. Karena itulah tren teknologi digital dan virtual yang berkembang dari kemajuan teknologi informatika dan komunikasi yang manfaatnya telah dirasakan semua orang.

Pokemon Go makes European debut in Germany

01:36

This browser does not support the video element.

“Pemanfaatan data untuk tujuan jahat, bisa terjadi kapan dan dimanapun. Games virtual hanya salah satu dari banyak modus dan medium untuk menghimpun data. Kita bahkan sering dengan sadar memberikan data pribadi. Semua tergantung saling kepercayaan“, ujar pakar informatika Jerman, Lorenzo.

Bukan cuma game semacam Pokemon Go yang bisa disalah gunakan memata-matai atau melacak pergerakan seseorang dan menghimpun data sensitif. “Pada dasarnya semua orang yang menggunakan smartphone dan alat komunikasi modern lainnya, bermain dengan data.

Di sisi lain permainan Virtual Reality dan Augmented Reality ini dari sudut pandang pakar informatika adalah perkembagan positif. Bukan hanya dari segi bergerak badannya para pemain. Melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Prof. Lorenzo dari TU Chemnitz meramalkan, game semaca, itu akan makin beragam. “Dalam jangka menengah, game Virtual Reality dan Augmented Reality akan terus memantapkan posisinya”.

Juga harus diingat, smartphone kini sudah jadi kebutuhan pokok sehari-hari. Nyaris tidak ada warga perkotaan yang bisa lepas dari perangkat komunikasi itu. “Ini kenyataan yang sulit dibantah” , tambah prof.Lorenzo kepada DW. Jadi dalam serbuan permainan virtual masa depan semua yang tiap hari memakai smartphone sebetulnya harus sudah siap secara mental.

as/yh (rtr,ap,afp,dpa)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait