Pola El Nino Terulang, Ilmuwan Cemaskan Kondisi Ekstrem
9 Juni 2023
Ilmuwan Amerika Serikat memperingatkan fenomena El Nino yang dapat berdampak pada cuaca dan rekor suhu yang ekstrem. Efek panas El Nino yang sama pernah terjadi pada tahun 2018-2019.
Iklan
Administrasi Nasional Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA) pada Kamis (08/06) mengumumkan bahwa fenomena El Nino telah muncul.
"Tergatung pada kekuatannya, El Nino dapat menyebabkan sejumlah dampak, seperti meningkatnya risiko hujan lebat dan kekeringan di beberapa wilayah di dunia," dalam pernyataan NOAA mengutip perkataan Michelle L'Heureux, seorang peneliti di Pusat Prediksi Iklim.
"Perubahan iklim bisa saja memperparah atau mengurangi dampak tertentu terkait fenomena El Nino. Contohnya, El Nino dapat menciptakan rekor suhu baru, khususnya pada daerah yang suhu sebelumnya di atas rata-rata saat mengalami El Nino."
Tahun 2022: Krisis Iklim Melanda Seluruh Dunia
Tahun 2022 seluruh dunia dilanda cuaca panas yang ekstrem, kekeringan, kebakaran, badai dan banjir yang terkait dengan perubahan iklim. Berikut sejumlah peristiwa cuaca yang terjadi tahun 2022.
Foto: Peter Dejong/AP Photo/picture alliance
Eropa: Lebih panas dan lebih kering dari sebelumnya
Musim panas di Eropa ditandai cuaca panas ekstrem dan kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Lebih 500 orang tewas akibat gelombang panas di Spanyol, dengan suhu hingga 45 derajat Celsius. Di Inggris, cuaca panas juga mencapai lebih 40 derajat Celsius. Sebagian benua Eropa jadi wilayah paling kering selama lebih dari satu milenium, sehingga banyak daerah terpaksa menjatah air.
Foto: Thomas Coex/AFP
Kebakaran hutan melanda seluruh Eropa
Mulai dari Portugal, Spanyol, Prancis, Italia, Yunani, Siprus, hingga Siberia, dilanda kebakaran hutan. Bencana itu telah menghanguskan 660.000 hektar lahan pada pertengahan tahun 2022 — kebakaran terbesar sejak pencatatan iklim dimulai pada tahun 2006.
Hujan monsun yang ekstrem menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan. Banjir itu menewaskan lebih dari 1.100 orang, menyebabkan 33 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan memicu penyebaran penyakit. Hujan lebat juga melanda Afganistan. Banjir besar menghancurkan ribuan hektare lahan, memperburuk bencana kelaparan yang sudah akut di negara itu.
Foto: Stringer/REUTERS
Gelombang panas ekstrem dan topan terjang Asia
Sebelum dilanda banjir, Afganistan, Pakistan, dan India alami panas dan kekeringan ekstrem. Cina juga alami kekeringan terburuk dalam 60 tahun dan gelombang panas terburuk sejak pencatatan dimulai. Awal musim gugur, 12 topan telah mengamuk di seluruh Cina. Badai besar juga melanda Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Bangladesh. Perubahan iklim membuat Intensitas badai semakin kuat.
Foto: Mark Schiefelbein/AP Photo/picture alliance
Krisis iklim memperburuk kondisi Afrika
Afrika memanas lebih cepat dibanding rata-rata global. Itu sebabnya benua ini secara tidak proporsional dilanda perubahan pola curah hujan, kekeringan, dan banjir. Somalia sedang menghadapi kekeringan terparah dalam 40 tahun. Krisis itu telah memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan kawasan mereka.
Foto: ZOHRA BENSEMRA/REUTERS
Bencana kelaparan di Afrika
Banjir dan kekeringan telah membuat pertanian dan peternakan praktis tidak mungkin dilakukan di beberapa bagian Afrika. Akibatnya, 20 juta orang mengalami kelaparan. Banyak yang meninggal karena kelaparan di Etiopia, Somalia, dan Kenya.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Kebakaran dan banjir di Amerika Utara
Badai dahsyat menerjang sejumlah negara bagian AS, seperti California, Nevada, dan Arizona. Gelombang panas menghanguskan ketiga negara bagian dengan suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di akhir musim panas. Sebaliknya, hujan lebat di awal musim panas menyebabkan banjir parah di Taman Nasional Yellowstone dan di negara bagian Kentucky.
Foto: DAVID SWANSON/REUTERS
Badai menghancurkan Amerika
Pada September lalu, Badai Ian menghancurkan Florida. Otoritas setempat menggambarkan kerusakan itu sebagai "peristiwa bersejarah." Sebelumnya, badai itu melewati Kuba, di mana penduduknya hidup tanpa listrik selama berhari-hari. Badai Fiona juga menjadi topan tropis terburuk yang melanda Kanada setelah pertama kali menghantam Amerika Latin dan Karibia, mengakibatkan kerusakan parah.
Foto: Giorgio Viera/AFP/Getty Images
Badai tropis dahsyat landa Amerika Tengah
Badai Fiona bukan satu-satunya badai yang melanda Amerika Tengah. Pada Oktober lalu, Badai Julia menghantam Kolombia, Venezuela, Nikaragua, Honduras, dan El Salvador, menyebabkan kehancuran yang meluas. Pemanasan global meningkatkan suhu permukaan laut yang memperkuat intensitas badai.
Foto: Matias Delacroix/AP Photo/picture alliance
Kekeringan ekstrem di Amerika Selatan
Kekeringan yang terus-menerus melanda hampir seluruh Amerika Selatan. Cile, mengalami merosotnya curah hujan ekstrem sejak 2007. Di banyak daerah, sungai-sungai menyusut antara 50 dan 90%. Meksiko juga hampir tidak pernah mengalami hujan selama beberapa tahun berturut-turut. Argentina, Brasil, Uruguay, Bolivia, Panama, sebagian Ekuador, dan Kolombia pun mengalami kekeringan.
Foto: IVAN ALVARADO/REUTERS
Selandia Baru dan Australia tenggelam
Curah hujan yang intens menyebabkan rangkaian banjir ekstrem di Australia. Antara Januari dan Maret, pantai timur negara itu menerima curah hujan sebanyak yang dialami Jerman dalam setahun. Selandia Baru tidak luput dari banjir. Fenomena cuaca La Nina berada di balik peristiwa ekstrem tersebut. Atmosfer yang lebih hangat menyerap lebih banyak air, membuat curah hujan lebih deras. (ha/as)
Foto: Jenny Evans/Getty Images
11 foto1 | 11
El Nino memengaruhi beberapa wilayah di dunia
El Nino sering kali menciptakan curah hujan tinggi di wilayah bagian selatan pada Amerika Selatan, Asia Tengah, hingga kawasan Tanduk Afrika, yang berdampak pada harapan berakhirnya kekeringan di kawasan itu. Hanya saja, pola iklim ini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kekeringan di sejumlah wilayah lain seperti Australia, Indonesia, dan sebagian kawasan Asia bagian selatan.
Iklan
Pada awal pekan ini, Australia memperingatkan jika El Nino tahun ini bakal menyebabkan cuaca yang lebih panas dan terik pada negara yang sudah rentan dengan kebakaran hutan.
Sementara Jepang menyalahkan pola iklim ini akibat musim semi terpanas yang pernah ada.
Berdasarkan NOAA, dampak El Nino di Amerika Serikat sendiri relatif lebih lemah saat musim panas, tetapi bakal berdampak hebat saat memasuki akhir musim gugur hingga semi.
Meskipun dampak El Nino menekan aktivitas badai di Atlantik, hanya saja fenomena itu justru meningkatkan aktivitas badai topan pada kawasan Pasifik bagian tengah dan timur.
Apa sebetulnya El Nino?
Rata-rata, pola iklim ini terjadi setiap dua hingga tujuh tahun. Kata El Nino sendiri berasal dari bahasa Spanyol "Little Boy" (anak kecil) dan ditujukan pada fase hangat dari Osilasi Selatan El Nino.
Hal ini sebagain besar mulai terjadi karena perairan sangat hangat di kawasan timur Pasifik dan kemungkinan terbentuk saat adanya pertukuran angin yang berhembus dari timur ke barat di sepanjang garis ekuator Pasifik yang melambat atau bahkan berbalik arah seiring dengan perubahan tekanan udara.
Sebelum periode fenomena El Nino muncul, rata-rata suhu permukaan air laut pada Mei 2023 mencapai 0,1 Celsius lebih tinggi dibanding catatan sebelumnya.
Dampak panas karena El Nino juga muncul antara tahun 2018 hingga 2019 dan diikuti dengan periode pendinginan yang dikenal sebagai fenomena La Nina, yang muncul pada tahun 2020 sampai El Nino kembali muncul.
La Nina berasal dari bahasa Spanyol "Little Girl" (perempuan kecil), lebih dingin dibanding El Nino, yang mana suhu permukaan laut di bagian timur dan pusat Samudera Pasifik di dekat garis ekuator lebih rendah dari biasanya.
Dampak terkuat El Nino tercatat pada periode tahun 2015 dan 2016, saat itu hampir satu pertiga koral Great Barrier Reef di Australia mati.