1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Polemik Islam Nusantara Capai MUI

26 Juli 2018

Ketika MUI Sumbar menyatakan Islam Nusantara tidak dibutuhkan di ranah minang, MUI Pusat malah menyuarakan dukungan terhadap konsep yang dipopulerkan Nahdlatul Ulama tersebut.

Indonesien Islam Anhänger von Muhammadiyah in Jogjakarta
Foto: SUDIARNO/AFP/Getty Images

Setelah sempat ditolak Majelis Ulama Indonesia cabang Sumatera Barat, konsep Islam Nusantara kini mendapat dukungan dari MUI pusat. Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin menegaskan organisasinya "tidak boleh" digunakan buat "mencela salah satu aliran", ujarnya seperti dilansir Detikcom.

"MUI itu semua, Islam Nusantara, Islam berkemajuan semua kita tampung. MUI kan sebagai perekat, representasi umat. Islam Nusantara, Islam... itu semua bagian MUI kecuali menyimpang," kata dia.

Meski mengaku tidak akan memberikan sanksi kepada pengurus MUI Sumbar, KH Ma'ruf tetap menginginkan agar persoalan ini diluruskan.

Dalam deklarasinya, MUI Sumbar mengklaim tidak membutuhkan konsep Islam Nusantara di ranah minang. "Bagi kami nama Islam telah sempurna dan tidak perlu lagi ditambah dengan embel-embel apapun," demikian bunyi dokumen yang diunggak di akun Facebook MUI Sumbar Buya Gusrizal Gazahar. "Ketika kaum sekuler, liberal dan pluralis menjadikan Islam Nusantara sebagai payung tumpangan mereka, itu bukan lagi perkara furu' yang bisa didiamkan begitu saja;" tulisnya.

Namun menurut MUI Pusat, sikap ulama MUI di Sumatera Barat mencerminkan kesalahpahaman mengenai konsep Islam Nusantara.

Dalam sebuah kolom editorial di sebuah media nasional, KH Ma'ruf Amin menulis Islam Nusantara adalah "cara proaktif warga NU dalam mengidentifikasin kekhususan-kekhususan yang ada pada diri mereka guna mengiktibarkan karakteristik-karakteristik ke-NUan... yang bersifat demokratis, toleran dan moderat."

Menurutnya meski baru dideklarasikan, pemikiran dan gerakan Islam Nusantara bukan hal baru di Indonesia.

Sebab itu Wakil Ketua Umum MUI, Zainul Tahuid Sa'adi, meminta agar persoalan seputar Islam Nusantara tidak dibesar-besarkan, "karena justru dapat merusak hubungan persaudaraan sesama umat Islam," ujarnya kepada Antara. Zainul juga menyesalkan sikap MUI Sumbar yang menurutnya seharusnya bisa menjadi "tenda besar bagi umat Islam."

Konsep Islam Nusantara pertama kali dikenalkan oleh Nahdlatul Ulama pada 2015 silam dengan niat membumikan Islam bercorak nusantara. Namun sejumlah kalangan, termasuk di antaranya Felix Siauw, mengritik konsep tersebut karena khawatir digunakan buat menindas aliran lain dalam Islam di Indonesia.

rzn/hp (kompas, detik, NU)