1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KriminalitasBelanda

Hologram untuk Bantu Ungkap Pembunuhan Pekerja Seks Belanda

Olwen Atanackovic
10 Desember 2024

Pada tahun 2009 Betty Szabo, seorang pekerja seks asal Hungaria, dibunuh di Red Light District di Amsterdam. Dengan bantuan hologram, kini polisi Belanda berupaya untuk mengungkap pembunuhan tersebut.

Hologram Bernadett "Betty" Szabo di Amsterdam, Belanda.
Hologram, upaya polisi Belanda untuk mengungkap kasus pembunuhanFoto: Robin van Lonkhuijsen/ANP/picture alliance

Apakah sebuah hologram akan dapat membantu mengungkap pembunuhan yang terjadi di masa lalu?

Sebuah hologram seukuran manusia terlihat di sebuah jendela di 'Red Light District'Amsterdam. Hologram itu berusaha melakukan kontak mata dengan para pejalan dan "meminta bantuan" mereka. Sosok yang ditampilkan oleh hologram itu merupakan Bernadett Szabo atau Betty Szabo, pekerja seks asal Hungaria yang dibunuh sekitar 15 tahun lalu. Kala itu ia berusia 19 tahun. 

Polisi di Belanda berharap bahwa teknologi ini dapat membantu mereka menemukan pelaku di balik pembunuhan tersebut. 

"Polisi telah melakukan investigasi menyeluruh. Dan, tentu saja, ada kamera CCTV di mana-mana di sini. Namun, masih tidak berhasil pada saat itu. [Hal itu] terutama disebabkan karena hanya ada sedikit sekali orang yang mau berbicara dengan kami. Menurut kami pasti ada beberapa orang yang tahu siapa yang melakukan kejahatan itu," kata Anne Dreijer-Heemskerk, polisi Amsterdam. 

Setelah lebih dari satu dekade polisi berharap akan ada orang-orang yang angkat bicara. 

Sebuah sudut di Red Light District Amsterdam didedikasikan untuk memecahkan kasus tersebut. Ada layar TV yang menampilkan TKP - sebuah dokumenter - dan juga gambar-gambar terakhir Szabo sebelum ia dibunuh. 

"Ini merupakan kisah yang sangat menyedihkan...jadi, semoga mereka dapat menemukan siapa yang melakukan [pembunuhan] terhadap gadis muda itu," tutur seorang perempuan. 

Hologram tersebut menunjukkan tato naga berukuran besar pada perut dan dada Szabo, tetapi polisi mengatakan penting bahwa hologram itu tidak terlihat sama persis dengan Betty. 

"Kami sadar bahwa mungkin sulit untuk melihat gambar-gambar ini. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk tidak membuat salinan realistis dari Betty. Jika Anda kenal Betty, dengan ini Anda tidak berpikir bahwa Anda sedang melihat seseorang yang dihidupkan kembali. Kami benar-benar ingin menghindari hal itu," kata polisi Amsterdam Benjamin van Gogh.

Kampanye tersebut dijalankan dengan konsultasi dengan keluarga Szabo.

Polisi berharap hologram dan imbalan sebesar €30.000 (sekitar Rp500 juta) dapat membantu mendapatkan saksi-saksi baru. 

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait