Identitas pelaku serangan di Paris telah diketahui polisi. Ia selama ini dalam radar pengawasan polisi anti teror. Kini polisi buru tersangka kedua. ISIS mengklaim berada di balik serangan jelang pemilu Perancis tersebut
Iklan
Seorang tersangka aksi teror menembak mati seorang polisi Prancis dan melukai dua orang lainnya hari Kamis (20/04) di Champs Elysees, Paris, dalam sebuah serangan yang diklaim ISIS. Serangan dilakukan beberapa hari sebelum pemilihan presiden. Telah sekian lama, para pengamat mencemaskan terjadinya pertumpahan darah menjelang pemungutan suara hari Minggu (14/04) di Prancis menyusul serangkaian aksi terorisme di negara itu sejak tahun 2015.
Pelaku serangan melepaskan tembakan dengan senjata otomatis ke sebuah van polisi di jalan yang populer di dunia tersebut, sekitar pukul 21.00 waktu stempat. Para wisatawan yang berada di sekitar area itu berusaha menyelamatkan diri.
Setelah membunuh perwira tersebut dan melukai rekan-rekannya, pria bersenjata tersebut ditembak mati, saat mencoba melarikan diri, ujar sumber polisi kepada AFP.
Sebuah pernyataan dari ISIS yang diterbitkan oleh kantor berita Amaq, menyatakan bahwa penyerang tersebut adalah "salah satu pejuang ISIS".
Polisi berhasil identifikasi pelaku
Pembunuh tersebut berhasil diidentifikasi sebagai pria warga Perancis berusia 39 tahun. Penggerebekan pernah dilakukan aparat kepolisian di kediamannya, yang terletak di daerah pinggiran timur Paris.
Dia ditangkap polisi pada bulan Februari lalu karena dicurigai berencana untuk membunuh perwira polisi. Namun ia dibebaskan karena kurangnya bukti. Dia juga telah divonis pada tahun 2005 atas tiga tuduhan percobaan pembunuhan, dengan dua kasus di antaranya melawan petugas polisi, demikian diungkapkan beberapa sumber.
Hari Minggu (23/04) merupakan hari pemungutan suara putaran pertama di Perancis. Namun sehubungan dengan insiden ini, pemimpin sayap kanan Marine Le Pen, pesaing utamanya Emmanuel Macron, dan kandidat dari kubu konservatif Francois Fillon membatalkan kampanye yang direncanakan berlangsung pada hari Jumat (21/04).
Presiden Prancis Francois Hollande berjanji meningkatkan "kewaspadaan mutlak, terutama berkenaan dengan proses pemilihan" dan memberikan penghormatan kepada polisi. Hollande, yang mengatakan bahwa dia yakin penembakan tersebut adalah "tindakan teroris", membatalkan perjalanan ke Bretagne dan akan memimpin sebuah rapat kabinet keamanan pada hari Jumat (21/04).
Solidaritas Dunia Terhadap Perancis
Dari Sydney hingga San Fransisco, berbagai kota di dunia ikut menghormati korban serangan teror di Paris. Monumen-monumen bersejarah diterangi dalam warna-warni bendera Perancis sebagai bentuk solidaritas
Foto: Reuters/J. Reed
Dukungan Lewat Lampu
Gedung bersejarah City Hall di San Fransisco diterangi dengan warna biru, putih dan merah, menyusul serangan teror di Paris. Berbicara kepada rekan sejawatnya di Perancis, Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter menjanjikan "segala bentuk bantuan" dalam perang melawan kebiadaban IS.
Foto: Reuters/St. Lam
"Hati Kami Remuk Bersamamu"
"Malam ini gedung Opera akan diterangi dengan warna biru, putih & merah, bendera Perancis. Kami turut berkabung dan berdiri disampingmu, Paris," kicau Maik baird, Perdana Menteri negara bagian New South Wales, Australia.
Foto: Reuters/J. Reed
Belum Ada Serangan Udara
Ikon kota Toronto, Kanada, CN Tower juga disinari warna bendera Perancis. Kendati melayangkan simpatinya buat penduduk Perancis, PM Kanada, Justin Trudeau, mengklaim terlalu dini buat Kanada untuk mempertimbangkan serangan udara terhadap IS di Suriah.
Foto: Reuters/Ch. Helgren
Dukungan dari Cina
Menara Oriental Pearl TV di kawasan perbankan, Luijiazui di Shanghai juga ikut serta dalam aksi solidaritas internasional. Jurubicara Kementrian Luar Negeri, Hong Lei, mengatakan pihaknya "sangat terkejut," atas serangan tersebut dan menyatakan solidaritas terhadap Perancis dalam perang melawan teror.
Foto: Getty Images/AFP/J. Eisele
Simpati dari Meksiko
Monumen kemerdekaan Meksiko, Angel de la Independencia, yang sangat ramai dikunjungi turis berubah warna pada Sabtu malam.
Foto: Reuters/T. Bravo
Berbagi Trauma
Gedung One World Trade Centre di New York yang dibangun di atas puing-puing menara kembar yang hancur berkat serangan teror 11.09.2001, menyinari menaranya dalam warna warni bendera Perancis. Menyusul seragnan di Paris, kepolisian New York menyiagakan aparatnya untuk memperketat pengamanan hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Foto: Getty Images/D.-P. Wright
Solidaritas Berjarak 10.000 KM
Dari Taipei untuk Paris: menara ikonik Taiwan, Taipei 101, juga berubah warna untuk mengenang korban yang tewas dalam serangan teror IS di Paris, Jumat 13/11/15.
Foto: Reuters/P. Chuang
Belasungkawa dari Selandia Baru
Menara Sky Tower di Auckland ikut serta dalam aksi solidaritas buat korban serangan teror di Paris. Perdana Menteri Selandia Baru, John Key, sempat menyuarakan kelegaannya begitu mengetahui putrinya yang belajar seni di Paris berada dalam kondisi baik. "Pikiran kami bersama keluarga korban," ujarnya.
Foto: Reuters/R. Ben-Ari
8 foto1 | 8
Perancis darurat keamanan
Champs Elysees merupakan salah satu tujuan utama wisata yang terletak di jantung kota Paris. Kawasan itu dikelilingi sejumlah toko-toko dan restoran. Setelah terjadi penembakan, kawasan sibuk itupun segera diblokir oleh polisi yang juga menutup stasiun kereta bawah tanah terdekat.
Seorang juru bicara kementerian dalam negeri Perancis memberi penghormatan kepada polisi yang bergerak cepat di tempat kejadian perkara dan berhasil membunuh pria bersenjata tersebut serta mencegah pertumpahan darah lebih lanjut. Seorang turis asing mengalami luka di lututnya akibat pecahan peluru saat terjadinya penembakan tersebut.
Kementerian dalam negeri menduga ada lebih dari satu orang pelaku serangan. Polisi kini mengejar tersangka kedua dalam serangan itu, yang diduga bekewarganegaraan Belgia.
Perancis dalam keadaan darurat dan pada tingkat kewaspadaan tertinggi, setelah terjadinya serangan-serangan yang menewaskan lebih dari 230 orang dalam beberapa tahun terakhir.
ap/ml (rtr/afp/ap)
Malam Berdarah di Nice
Malam mematikan di Nice, Perancis (antara 14/07 dan 15/07) tertangkap jepretan fotografer AFP, Valery Hache. Sejumlah foto mencekam ini kini tersebar ke sleuruh dunia.
Foto: Reuters/E. Gaillard
Truk mematikan
Kendaraan mematikan ini yang menabrak kerumunan massa di kota Nice, di selatan Prancis, Laju truk berakhir dengan kaca depan penuh lubang diterjang peluru. Laporan-laporan media menyebutkan, di dalam truk itu terdapat dokumen identitas warga Prancis berusia 31 tahun berlatar belakang Tunisia.
Foto: Getty Images/AFP/V. Hache
Masyarakat terkejut
Kekacauan terjadi selama berjam-jam setelah serangan. Ketenangan dan rasa aman di Nice, kota turis di pantai Mediterania, terkoyak. Petugas kesehatan berpacu dengan waktu menyelamatkan korban, sementara pemerintah berfokus menyelidiki apa yang terjadi - dan bagaimana hal itu terjadi.
Foto: Getty Images/AFP/V. Hache
Laporan awal Kamis malam
Tak lama setelah pukul 23:00 waktu setempat, koran lokal Nice, Matin, melaporkan bahwa sebuah truk menyeruduk kerumunan. Selama beberapa jam berikutnya, laporan media dan media sosial menunjukkan adegan mematikan. Pada pukul 01:00 Jumat (15/07) dini hari, jumlah korban tewas sudah mencapai 60 orang. Banyak korban tewas di antaranya adalah anak-anak.
Foto: Getty Images/AFP/V. Hache
Mereka yang selamat
Mereka yang selamat mengangkat lengan mereka untuk menunjukkan mereka tidak menimbulkan ancaman. Saat ini, polisi yakin pelaku bekerja sendirian. Pihak berwenang telah mengidentifikasi pria yang mengendarai truk itu dan mencari tahu motif serangan.
Foto: Getty Images/AFP/V. Hache
Malam yang mematikan
Petugas penyelamatan menceritakan gambaran mengerikan dari tempat kejadian. Mereka mmeparakan, bagaimana jalan-jalan dipenuhi dengan mayat korban berlumuran darah.. Banyak korban yang terluka berada dalam kondisi kritis.
Foto: Getty Images/AFP/V. Hache
Kecerian berakhir tragedi
Fotografer Valery Hache tadinyaa berencana untuk mengambil gambar pesta kembang api dan perayaan Hari Bastille. Tapi tak lama setelah kembang api pertama, subjek foto secara drastis berubah.
Foto: Getty Images/AFP/V. Hache
Tengah dalam peperangan
Awalnya polisi diturunkan untuk mengendalikan situasi, dan tak lama kemudian diambilalih militer. Presiden Perancis Francois Hollande memperpanjang status darurat di Perancis hingga tiga bulan ke depan. Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve membuat pernyataan keras: "Kami tengah berperang melawan teroris yang ingin menyerang kami dengan menhalalkan segala cara dan jalan kekerasan.”