Polisi Jerman Selamatkan Perempuan dari Nikah Paksa
Elliot Douglas
18 Desember 2019
Seorang perempuan muda berada di pesawat terbang untuk berangkat ke Sri Lanka dan dinikahkan secara paksa. Tetapi pada detik-detik terakhir, seorang petugas polisi yang waspada mengintervensi.
Iklan
Hanya beberapa detik sebelum keberangkatan pesawat, pihak kepolisian Jerman berhasil menyelamatkan perempuan muda dari pernikahan paksa. Demikian keterangan polisi Düsseldorf, Senin (16/12).
Pihak berwenang di bandara Düsseldorf, Jerman, mendapat informasi dari staf di tempat perlindungan anak perempuan setempat bahwa ada seorang perempuan muda yang akan berangkat ke Sri Lanka bersama orang tua dan saudara kandungnya pada Jumat (13/12) malam. Keluarganya bermaksud menikahkan perempuan muda itu secara paksa di Sri Lanka.
Sebenarnya, sudah disepakati bahwa perempuan berusia 21 tahun yang berkewarganegaraan Jerman tersebut harus melapor ke pihak berwenang saat berada di gedung bandara. Namun, sepertinya ia gugup sehingga mengurungkan niatnya. Dia dengan patuh masuk ke dalam pesawat bersama lima anggota keluarganya.
Pernikahan Anak di Asia
Pernikahan anak mewabah di Asia Selatan kendati dinyatakan ilegal oleh Undang-undang. Kemiskinan dan permusuhan antara suku sering menjadi alasan. Beberapa bocah yang dipaksa menikah bahkan belum mencapai usia lima tahun
Foto: picture-alliance/Pacific Press/M. Asad
Lari di Tahun Kelima
Bas Gul yang berusia 17 tahun bernasib muram. Saat usia 11 tahun ia dipaksa menikah dengan bocah berusia lima tahun. Di tahun kelima Bas Gul melarikan diri dan sejak itu bersembunyi di tempat penampungan khusus perempuan di Bamiyan, Afghanistan. Situasi perempuan di Hindukush dipersulit dengan budaya lokal yang cendrung diskriminatif terhadap kaum hawa.
Foto: Getty Images/P. Bronstein
Pengantin Balita
Seorang remaja berusia 16 tahun (ki) menuggu upacara pernikahan dengan bocah perempuan yang jauh lebih muda (ka) di India. Keduanya dinikahkan secara massal bersamaan dengan perkawinan 140 bocah lain yang berusia antara empat hingga 17 tahun. Orangtua dan lingkungan sosial berperan besar dalam budaya pernikahan anak di India.
Foto: Getty Images/AFP
Pernikahan Antar Klan di Pakistan
Pernikahan anak di Pakistan terutama dipraktekkan di wilayah kesukuan. Kebudayaan setempat mengenal tradisi pernikahan antara klan atau suku yang sering melibatkan anak di bawah umur. Menurut Institute for Social Justice, sebuah LSM di Pakistan, dalam banyak kasus pernikahan di bawah umur didorong oleh himpitan kemiskinan.
Foto: picture-alliance/R. Harding
Korban Permusuhan Keluarga
Dalam beberapa kasus kepolisian berhasil mencegah terjadinya pernikahan anak, seperti di Pakistan. Aparat keamanan lokal kemudian menahan ayah kedua calon mempelai. Kejaksaan menyeret mereka dengan dakwaan berupaya menikahkan bocah perempuan berusia empat tahun dengan bocah laki-laki berusia tujuh tahun. Pernikahan ini dimaksudkan untuk mengakhiri pertengkaran antara keluarga.
Foto: Getty Images/AFP/R. Tabassum
Tradisi Mengalahkan Konstitusi
Mamta Bai yang berusia 12 tahun, baru menuntaskan upacara pernikahan dengan bocah berusia 14 tahun, Bablu di Bhopal, India. Sejatinya pemerintah India telah melarang pernikahan anak. Namun Undang-undang belum mampu mengubah tradisi yang telah mengakar selama ratusan tahun.
Foto: picture-alliance/AP Photo/P. Hatvalne
Nikah Paksa di India
Sharadha Prasad (Ki) dan pengantin perempuannya Kumla Baiof (ka) ikut serta dalam upacara pernikahan massal untuk 50 remaja di bawah 18 tahun. Parlemen India sejak 2006 telah menelurkan Undang-undang yang melarang pernikahan di bawah umur. Tapi organisasi HAM mengeluhkan, ribuan bocah, beberapa dikabarkan berusia di bawah lima tahun, tetap dinikahkan secara paksa setiap tahunnya.
Foto: Getty Images/AFP/Str
Wabah di Bangladesh
Bangladesh termasuk memiliki tingkat pernikahan anak tertinggi di dunia. Sepertiga perempuan Bangladesh mengaku menikah sebelum berusia 15 tahun. Kendati dilarang Undang-undang, orangtua mempelai bisa menyuap aparat negara untuk mengeluarkan sertifikat nikah. "Pernikahan anak sedang mewabah di Bangladesh," kata Heather Barr, peneliti untuk Human Rights Watch di Bangladesh.
Foto: picture-alliance/Pacific Press/M. Asad
7 foto1 | 7
Petugas perhatikan gelagat tidak beres
Pesawat hampir saja berangkat, jika bukan karena satu petugas polisi di pintu gerbang yang memperhatikan hal yang janggal. Polisi melihat perempuan tersebut ketakutan. Petugas lalu masuk ke pesawat dan berbicara dengan pilot.
Mereka kemudian menemui perempuan muda itu dan bertanya apakah dia membutuhkan bantuan.
Perempuan tersebut dengan "gugup" kemudian mengatakan kepada petugas polisi dan pilot bahwa dia akan diterbangkan ke Sri Lanka untuk menikahi pria yang tidak dikenal dan ini bertentangan dengan keinginannya.
Lalu perempuan yang belum disebutkan namanya ini meninggalkan pesawat atas kehendaknya sendiri dan dibawa ke rumah perlindungan perempuan oleh pihak berwenang. Polisi tidak mengatakan apakah keluarganya tetap terbang ke Sri Lanka atau tidak.
Perkawinan paksa di Jerman jarang terjadi, namun ada beberapa kasus dalam beberapa tahun terakhir dimana perempuan dipaksa keluar dari Jerman untuk menikah dengan pria yang tidak mereka kenal sebelumnya.