Untuk pertama kalinya, polisi Jerman menahan perempuan relawan yang bekerja untuk ISIS di Irak dan Suriah. Selama ini aparat keamanan tidak menindak relawan perempuan.
Iklan
Pihak berwenang di Jerman hari Senin (02/07) melaporkan penahanan seorang perempuan warga Jerman yang pernah bekerja sebagai polisi akhlak untuk ISIS di Irak. Inilah untuk pertama kalinya di Jerman relawan perempuan ISIS ditahan untuk penyelidikan.
Kejaksaan Jerman menerangkan, perempuan yang ditahan berusia 27 tahun, dan hanya menyebut identitasnya sebagai Jennifer W. Dia diduga melakukan perjalanan ke Irak melalui Suriah pada tahun 2014.
Jennifer W. diduga bekerja sebagai polisi ahlak untuk ISIS antara September 2014 dan awal 2016 di Irak. Dia berpatroli di taman-taman di kota Fallujah dan Mosul dan mengawasi apakah perempuan lain mematuhi peraturan perilaku dan pakaian ISIS.
Dia ditangkap dan dideportasi oleh otoritas Turki dua setengah tahun lalu setelah mencoba mengajukan permohonan untuk surat identitas baru di kedutaan Jerman di Ankara.
Hari Jumat lalu (29/6), polisi menangkap Jennifer W di negara bagian Bayern dan menggeledah apartemennya di negara bagian Sachsen-Anhallt.
'Cukup bukti'
"Ini adalah perempuan pertama yang akan kami gugat dan sudah ada cukup bukti untuk memenuhi persyaratan yurisdiksi," kata juru bicara Kejaksaan Jerman kantor berita DPA.
Ratusan warga Jerman berangkat ke Suriah dan Irak untuk mendukung ISIS, banyak dari mereka kini telah pulang dan diajukan ke pengadilan. Tetapi hingga kini belum ada perempuan relawan ISIS yang digugat karena sulit mengumpulkan bukti-bukti terhadap mereka.
Para perempuan biasanya menikahi anggota atau simpatisan ISIS dan terlibat dalam kegiatan indoktrinasi, namun biasanya mereka tidak terlibat aktif dalam pertempuran dan aksi kekerasan. Penyidikan terhadap Jessica W. sudah dilakukan selama dua tahun.
Setelah mengalami kekalahan di Irak dan Suriah, ISIS kini hanya menguasai beberapa zona kecil di kawasan itu. Kelompok teror itu sekarang dilaporkan mengalihkan strategi mereka.
Majalah berita Jerman Der Spiegel baru-baru ini melaporkan, ISIS sedang melatih anggota dan para pendukungnya cara melarikan diri dari Suriah dan Irak dan mencuri identitas orang lain atau menghancurkan dokumen-dokumen mereka untuk menghindari pengusutan.
Penyesalan Para WNI Simpatisan ISIS
Mereka terbuai kemakmuran yang dijanjikan Islamic State dan memutuskan pergi ke Suriah. Janji surga tak sesuai kenyataan, mereka pun menyesal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Tergiur janji manis
Banyak keluarga tergiur dengan janji kekalifatan Islamic State alias ISIS di Suriah dan Irak yang ditawarkan lewat internet. Harapan mendapat pendidikan dan layanan kesehatan gratis, upah tinggi dan jalani keislaman kekhalifahan mendorong gadis Indonesia memboyong keluarganya ke Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sampai menjual properti
Keluarga Nurshardrina Khairadhania, bahkan sampai menjual rumah, kendaraan dan perhiasan untuk membiayai perjalanan mereka ke Raqqa, Suriah. Sesampainya di sana, kenyataan tak sesuai harapan. Tiap perempuan muda dipaksa menikahi gerilayawan ISIS. Semntara yang pria wajib memanggul senjata dan berperang. Nur dan bibinya masuk dalam daftar calon pengantin yang disiapkan buat para gerilyawan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Beberapa bulan penuh derita
Beberapa bulan setelah menderita di Raqqa, Nur dan keluarganya melarikan diri dengan membayar penyelundup buat keluar dari wilayah ISIS. Neneknya meninggal dunia, pamannya tewas dalam sebuah serangan udara dan beberapa anggota keluarga lainnya dideportasi sejak baru tiba di Turki. Bersama ibu, adik dan sanak saudara yang lainnya Nur berhasil masuk kamp pengungsi Ain Issa, milik militer Kurdi.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Jalani interogasi
Para WNI pria yang lari dari ISIS pertama-tama diamankan militer Kurdi dan diinterogasi. Setelah perundingan panjang, kini mereka dipulangkan ke Indonesia dan jalani program deradikalisasi yang disiapkan pemerintah. Menyesal! Tinggal kata tersebut yang bisa dilontarkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Surga atau neraka?
Banyak relawan dari Indonesia yang ingin menjadi jihadis atau pengantin jihadis, untuk mengejar 'surga' yang dijanjikan Islamic State di Suriah atau Irak. Namun menurut mereka yang ditemui adalah 'neraka'
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Nur: IS tidak sesuai kaidah Islam
Dalam wawancara dengan Associated Press, Nur menceritakan perilaku jihadis ISIS tidak sesuai kaidah Islam yang ia pahami. "ISIS melakukan represi, tak ada keadilan dan tak ada perdamaian. Warga sipil harus membayar semua hal, listrik, layanan keseahatan dan lainnya. Sementara jihadis ISIS mendapatkannya secara gratis."
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Proses pemulangan
Banyak kalangan yang tergolong naif atau garis keras atau gabungan keduanya bergabung dengan ISIS, pada akhirnya menyerahkan diri atau ditangkap aparat keamanan. Pejabat Kurdi di Raqqa menyebutkan proses itu interogasi diperkirakan berlangsung hingga enam bulan, sebelum diambil keputusan bagi yang bersangkutan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Termasuk dari Jerman
Banyak warga negera-negara lain yang juga terbuai janji ISIS. Termasuk dari Jerman. Majalah mingguan Jerman Der Spiegel melaporkan bulan Juli 2017, sejumlah perempuan Jerman yang bergabung dengan ISIS dalam beberapa tahun terakhir, termasuk gadis berusia 16 tahun dari kota kecil Pulsnitz dekat Dresden, menyesal bergabung dengan ISIS. Ed (ap/as/berbagai sumber)