Polisi Tangkap Aktivis yang Membantu Pelarian 'Hong Kong 12'
14 Januari 2021
Polisi menangkap 11 orang terkait upaya membantu pelarian 12 aktivis ke Taiwan. Seorang anggota dewan distrik dan ibu dari seorang aktivis pro-demokrasi termasuk di antara mereka yang ditangkap.
Iklan
Polisi Hong Kong telah menangkap 11 orang atas dugaan kejahatan membantu 12 aktivis yang berusaha melarikan diri ke Taiwan. Sebanyak delapan pria dan tiga wanita telah ditahan, menurut siaran media lokal RTHK. Mereka diketahui berusia 18 hingga 72 tahun.
Seorang pengacara dan anggota dewan distrik bernama Daniel Wong dan ibu dari seorang aktivis pro-demokrasi Hong Kong termasuk di antara mereka yang ditangkap.
Wong menulis di akun Facebook miliknya bahwa polisi tiba di apartemennya pada pukul 6 pagi waktu setempat.
Polisi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka masih mengumpulkan informasi dan belum dapat berkomentar.
Siapakah 'Hong Kong 12'?
Sebutan "Hong Kong 12" disematkan kepada aktivis yang berusaha melarikan diri dari Hong Kong ke Taiwan dengan menggunakan kapal untuk mencari suaka pada Agustus 2020.
Mereka ditangkap oleh penjaga pantai Cina dan ditahan dengan tuduhan melintasi perbatasan secara ilegal. Sebanyak 10 orang dijatuhi hukuman pada akhir Desember 2020, dengan vonis bervariasi antara tujuh bulan hingga tiga tahun penjara.
Dua orang aktivis yang masih di bawah umur pada saat penangkapan, dikirim kembali ke Hong Kong.
Kasih Sayang Tuhan di Tengah Demonstrasi Hong Kong
Pendeta Alan Keung terjun langsung ke dalam protes di wilayah administratif khusus Cina ini. Ia tawarkan segala bantuan yang dibutuhkan termasuk doa, ceramah, dan pembasuh mata akibat gas air mata.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Dari mimbar turun ke jalan
Alan Keung adalah salah satu dari beberapa pendeta yang mencoba membantu para demonstran di Hong Kong. Sering kali ia melakukan ini di tengah suasana yang memanas. Dalam foto, terlihat ia menenangkan seorang pejalan kaki yang marah dan memaki pengunjuk rasa karena memblokade jalan. "Misi saya adalah membawa cinta kepada orang banyak," ujar Keung.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Kenakan helm, rompi keselamatan, dan kerah pendeta
Agar mudah dikenali dan untuk perlindungannya, Keung menggambar tanda salib di helmnya. Dia juga mengenakan rompi berwarna kuning neon. Laki-laki berusia 28 tahun itu telah bergabung dengan tim penolong yang bekerja sukarela. Mereka utamanya membantu orang untuk mencuci mata mereka dari gas air mata. Jika ada yang butuh dukungan spiritual, Keung juga menyediakan waktu untuk berdoa singkat.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Melawan rasa sakit
Bersama relawan lain, Keung membantu seorang pejalan kaki yang terkena gas air mata untuk mencuci matanya. Polisi Hong Kong menggunakan gas air mata, semprotan merica, dan meriam air untuk mengatasi kerusuhan. Sedangkan demonstran menyerang petugas keamanan dengan alat pembakar serta busur dan panah.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Pertolongan untuk semua
Ketika sedang bertugas, Keung tidak berada di pihak mana pun. "Kadang-kadang kami membantu polisi yang terluka dan membutuhkan pertolongan." Pada bulan Juli, setelah terjadinya serangan di stasiun kereta, kelompok relawannya membantu pasukan keamanan dan melindungi mereka dari penumpang yang marah.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Di antara dua kubu
Yang dikerjakan Keung bukannya tanpa bahaya. Dia sendiri sudah pernah merasakan pedihnya gas air mata. Baru-baru ini, kerusuhan pecah di Hong Kong, terutama di Universitas Politeknik. Polisi mengancam akan menggunakan peluru tajam. Sebelum pemilu, pemerintah mengawasi situasi dengan ketat untuk memastikan pemilihan lokal yang dijadwalkan pada akhir pekan (24/11) bisa berlangsung aman.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
"Bukan tipe orang yang tinggal diam di gereja"
Keung telah menjadi pendeta di sebuah komunitas yang terdiri dari sekitar 30 orang di wilayah timur laut Hong Kong selama tujuh tahun. "Saya bukan seseorang yang hanya diam di gereja dan berbicara tentang kemanusiaan, keadilan, dan moralitas tetapi mengabaikan apa yang terjadi di luar," katanya. "Saya ingin berada di tengah massa saat dibutuhkan."
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
"Kalian masing-masing terlibat"
Pengalaman dan pelajaran yang didapat dalam protes itu, kadang juga terbawa di dalam khutbahnya. Di sini, ia bersama para siswa seusai waktu berdoa di atap gedung sebuah gereja, mengatakan: "Jangan kalian merasa kalian bukan bagian dari (protes) itu," katanya."Masing-masing dari kalian adalah masa depan Hong Kong dan dunia, kalian masing-masing terlibat." (ae/rap)
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
7 foto1 | 7
Lebih banyak penangkapan
Penangkapan pada hari Kamis (14/01) dilakukan menyusul tindakan keras massal oleh polisi Hong Kong terhadap lebih dari 50 aktivis pro-demokrasi pada 6 Januari lalu atas kecurigaan "subversi" di bawah undang-undang keamanan nasional kontroversial yang diberlakukan Beijing.
Sedikitnya tujuh anggota Partai Demokrat Hong Kong, partai oposisi terbesar di wilayah itu juga ditangkap. Tokoh oposisi mengatakan penangkapan itu terkait dengan pemilihan pendahuluan tidak resmi yang diselenggarakan oleh partai-partai pro-demokrasi menjelang pemilihan legislatif lokal.
Pemilihan pendahuluan diberi label ilegal oleh pemerintah Hong Kong.
Cina memperluas jangkauan
Beijing mulai membasmi oposisi politik yang menolak kebijakan intervensionisnya, menyusul protes jalanan pro-demokrasi besar-besaran sepanjang tahun 2019.