1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Politik Suaka Australia Picu Kontroversi

Udo Schmidt23 November 2012

Australia bawa rombongan pertama 'boatpeople' ke kamp di pulau kecil di Papua Nuigini. Ini bagian dari Solusi Pasifik yang dihidupkan kembali Agustus lalu, guna cegah pencari suaka dengan perahu ke Australia.

Capsized boat off the cost of Christmas Island epa03276203 Asylum seekers arrive at Christmas Island, 22 June 2012, after the boat they were travelling on capsized on 21 June. One hundred and nine men and a 13-year-old boy have been rescued from the boat while three bodies have been recovered from waters 200km northwest of Christmas Island. EPA/ROSSBACH/KREPP AUSTRALIA AND NEW ZEALAND OUT
Kecelakaan kapal pengungsi dekat Christmas IslandFoto: picture alliance/dpa

19 pengungsi dari Sri Lanka dan Iran kini menunggu di Manu island, sebuah pulau kecil di Papua Nuigini untuk diolah permohonan suakanya. Mereka adalah yang disebut "Boatpeople" yang dibawa ke kamp penampungan yang dibuka kembali. Australia ingin memberikan efek menakut-nakuti agar para pengungsi yang sering kali dengan menggunakan perahu tua dan tidak laik mengarungi samudra, berusaha mencapai pantai-pantai Australia. Alasan yang disampaikan Menteri Imigrasi Chris Bowen di ibukota Canberra: "Penyelundup manusia menyebarluaskan kebohongan bahwa di Australia sebagai anggota keluarga, tidak akan dibawa ke sebuah kamp di negara lainnya. Tapi kasusnya tidak demikian dan transpor para pengungsi ini dan semua dampaknya harus ditekankan."

Pulau NauruFoto: picture-alliance/dpa

Di Pulau Nauru sejak pertengahan September, hampir 400 pengungsi ditempatkan di sebuah tenda penampungan, kemungkian bertahun-tahun, selama proses permohonan suaka berlangsung. Sementara ini sebagian besar dari mereka melakukan aksi mogok makan. Kondisi di penampungan pengungsi tidak dapat diterima, kata Andrew Beswick dari organisasi HAM Amnesty International. "Setelah pembicaraan dengan para pengungsi di Nauru kami amat mencemaskan kesehatan mereka. Sebagian sudah melukai diri sendiri, ada satu upaya bunuh diri. Dan ada mogok makan, dengan banyak peserta. Dan di kamp itu kondisi fisik hampir tidak memungkinkan."

Bulan Agustus lalu pemerintah Partai Buruh di bawah PM Julia Gillard menghidupkan kembali solusi lama dari pemerintahan sebelumnya Partai Konservatif, yang untuk tindakan menakut-nakuti membawa para pengungsi ke kamp yang jauh terisolir. Di depan parlemen Agustus lalu Julia Gillard mengatakan, "Kini parlemen melakukan apa yang diharapkan oleh warga Australia dari kami. Kami sudah mengolah bersama untuk menemukan solusi ini."

PM Australia Julia GillardFoto: AP

Berulang kali para pengungsi dalam perahu-perahu yang kelebihan muatan mengalami bahaya di lautan, banyak korban tewas. September lalu sekelompok pencari suaka yang berjumlah sekitar 50 orang berhasil diselamatkan dari laut pada saat-saat terakhir. "Kami tiga hari berada di laut sebelum perahu pecah berkeping-keping. Kemudian kami empat hari di lautan tanpa rompi penyelamat, tanpa apa pun. Kami berterima kasih kepada Tuhan karena masih hidup," tutur seorang pengungsi yang selamat.

Kecelakaan kapal pengungsi di perairan AustraliaFoto: AP

11 ribu pengungsi yang tahun lalu datang ke pantai Australia dengan perahu. Tahun ini juga sudah lebih dari 7000. Tiga ribu saja sejak berlakunya peraturan baru. Meskipun demikian kata David Marr, penulis buku 'Panic' dan salah seorang kritikus terkenal untuk masalah politik pengungsi Australia, itu jumlah yang kecil.

“Kemungkinan besar lebih banyak pengungsi yang datang dengan perahu, tapi secara keseluruhan dalam 35 tahun terakhir 44 ribu pencari suaka yang tiba di pantai Australia. Dalam sebuah kurun waktu di mana negara itu mampu menerima tiga setengah juta penduduk baru. Jumlah para pengungsi amat kecil, sementara politik brutal," demikian Marr.

Tahun lalu saja di seluruh dunia 440 ribu pengungsi yang mengajukan permohonan suaka, 330 ribu diantaranya di Eropa. Namun pada akhirnya 90 persen pencari suaka di Australia memperoleh pengakuan prosesnya.