Politwoops Simpan Tweet yang Dihapus Politisi
16 April 2013Dikembangkan 2 tahun lalu oleh kelompok Open State di Belanda, Politwoops mengikuti tweet politisi Belanda dan merekamnya apabila seorang politisi memilih untuk menghapusnya dari Twitter.
"Tujuannya untuk membuat politisi sadar bahwa mereka memiliki fungsi publik dan mereka harus berhati-hati mengenai apa yang mereka taruh di internet karena begitu diangkat akan seterusnya ada di sana," ungkap pengembang Politwoops, Breyten Ernsting, kepada DW.
Sunlight Foundation, bekas pemenang penghargaan aktivisme online DW, The Bobs, mengembangkan lebih jauh perangkat lunak tersebut saat mulai mengikuti politisi Amerika Serikat bulan Mei 2012.
"Kami melihat para politisi dan kandidat beralih ke jejaring sosial untuk menyampaikan pesan. Dan menyusul sejumlah skandal beberapa tahun lalu, seperti Anthony Weiner, kami tahu bahwa Twitter cukup matang untuk membawa akuntabilitas lebih bagi pemerintah," ujar Liz Bartolomeo, direktur media Sunlight Foundation's, mengacu pada seorang anggota DPR Amerika Serikat yang mundur akibat skandal sexting.
Mengubah Pesan Online
Sejak diluncurkan tahun lalu, Bartolomeo mengatakan Politwoops versi Amerika telah merekam sekitar 6.000 tweet yang dihapus, yang kini dapat diakses melalui situs mereka.
Meski kebanyakan tweet yang dihapus akibat kesalahan ketik atau tautan yang hilang atau rusak, staf Sunlight Foundation menyisir setiap tweet yang terekam untuk mengecek penyebab penghapusan.
Kasusnya jelas bagi staf kongresional anggota DPRD Raul Labrador yang menulis tweet "Me likey Broke Girls" setelah saat Super Bowl disiarkan sebuah iklan yang agak cabul memperlihatkan aktris Kat Dennings dan Beth Behrs menari. Tweet tersebut dihapus dalam 14 detik, namun anggota staf Phil Hardy yang mengira dirinya memposting dari akun Twitter pribadinya kontan dipecat.
"Karena siklus media 24/7, Facebook dan Twitter, para politisi terus berada di bawah mikroskop dan tidak hanya media yang mengikuti mereka tapi juga periset dari pihak oposisi dan blogger terus mencari kepala berita besar berikutnya," tandas Bartolomeo.
Mencegah Tweet yang Disesali
Namun para pengembang tengah membuat alat yang mungkin mempersulit jurnalis untuk mendapatkan berita tersebut.
Hazim Almuhimedi dan sekelompok periset dari Universitas Carnegie Mellon menganalisa 1,6 juta tweet yang dihapus dari postingan 292.000 akun Twitter dalam sepekan. Almuhimedi menemukan perbedaan sentimen pesan yang dihapus dan yang tidak dihapus.
"Tweet yang dihapus mengandung sentimen lebih negatif ketimbang tweet yang tidak dihapus," jelas Almuhimedi kepada DW. Risetnya tidak hanya melihat konten tweet namun juga faktor lainnya seperti metadata dan konteks untuk bertanya kepada pengguna apakah mereka benar-benar ingin melakukan posting.
"Kami tertarik untuk mengembangkan teknologi yang dapat membantu mendorong pengguna untuk memposting hal-hal yang tidak akan mereka sesali," kata Almuhimedi.
Hingga saat itu tiba, pengguna Twitter harus mengandalkan perangkat lunak pemeriksa ejaan dan politisi harus berpikir dua kali sebelum mengeluarkan tweet atau menghapusnya.