Polusi udara tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan pernapasan, tetapi juga bisa hambat siswa dalam mengembangkan kemampuan matematika dan berbahasa. Temuan ini diungkap dalam studi di Cina dan Amerika Serikat.
Iklan
Demikian penemuan sebuah studi terbaru oleh para peneliti dari Cina dan Amerika Serikat yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin (27/8).
Dalam penelitian ini, ilmuwan membandingkan hasil ujian nasional tahun 2010 dan 2014 yang dilakukan oleh 32.000 perempuan dan laki-laki di berbagai propinsi di Cina.
Mereka mencoba mendokumentasikan bagaimana paparan polusi jangka pendek dan panjang dapat mempengaruhi nilai dan kemampuan kerja otak para peserta tes.
Data yang diteliti mencakup informasi tentang di mana dan kapan responden mengambil tes, kemudian para peneliti membandingkan nilai tes dengan indeks polusi udara resmi di daerah itu.
Dengan membandingkan skor dari tahun 2014 hingga 2010, para peneliti menemukan bahwa semakin tinggi konsentrasi polutan, semakin tajam penurunan nilai tes.
Mereka menemukan bahwa skor verbal dan matematika menurun pada paparan polusi udara yang lebih besar. Skor verbal juga ditemukan turun lebih rendah dibandingkan dengan skor matematika.
Lima Penyakit Yang Disebabkan Kabut Asap
Setiap tahun Indonesia dilanda kebakaran hutan, di Sumatera atau Kalimantan. Terutama penduduk yang terpapar kabut asap dalam waktu lama terancam dijangkiti berbagai penyakit. Berikut beberapa diantaranya.
Foto: Fotolia/Sebastian Kaulitzki
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Ribuan orang dilaporkan terkena infeksi saluran pernafasan (ISPA) atas sejak kabut asap menggelayut di langit Sumatera. ISPA sejatinya disebabkan oleh infeksi virus, bukan oleh kabut asap. Tapi polusi udara yang parah, ditambah dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh bisa mengakibatkan gangguan pernafasan. ISPA selama ini banyak menjangkkiti anak-anak dan kaum manula
Foto: Reuters/Beawiharta
Asma
Selain genetik, penyakit Asma juga disebabkan oleh buruknya kualitas udara. Kabut asap yang saat ini merajalela membawa partikel berukuran kecil yang masuk melalui saluran pernafasan dan menyebabkan gangguan layaknya asap rokok. Penduduk yang mengidap Asma, terutama anak-anak, adalah kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap ancaman kabut asap.
Foto: picture-alliance/dpa/K. Rose
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
PPOK menggabungkan berbagai penyakit pernafasan semisal Bronkitis. Menurut Yayasan Paru-paru Kanada, kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan bisa berakibat fatal pada penderita PPOK, karena mengurangi kinerja paru-paru. Semakin lama pasien terpapar kabut asap, semakin besar juga risiko kematian akibatnya.
Foto: Fotolia
Penyakit Jantung
Kabut asap membawa partikel mini bernama PM2.5 yang dapat masuk ke dalam tubuh lewat saluran pernafasan. Sebuah studi oleh California Environmental Protection Agency tahun 2014 membuktikan, pasien yang terpapar kabut asap dalam waktu lama menggandakan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
Foto: Fotolia
Iritasi
Dalam bentuk yang paling ringan, paparan kabut asap bisa menyebabkan iritasi pada mata, tenggorokan, hidung serta menyebabkan sakit kepala atau alergi. Asosiasi Paru-paru Kanada mengingatkan, masker wajah tidak melindungi tubuh dari partikel ekstra kecil yang dibawa kabut asap.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
5 foto1 | 5
Penelitian ini juga menemukan bahwa penurunan skor verbal lebih menonjol di antara pria dibandingkan wanita, dengan perbedaan gender lebih besar di antara yang kurang berpendidikan.
Kemampuan konsentrasi menurun
Studi yang sama juga mengungkapkan pengaruh kabut asap terhadap orang lanjut usia dan menemukan hubungan antara rendahnya kualitas udara dengan penurunan kemampuan kognitif dan kasus Alzheimer.
“Dampak tidak langsung dari polusi udara terhadap kesejahteraan sosial bisa jadi lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata Zhang Xiaobo, pemimpin riset tersebut dan juga ekonom di Universitas Peking di Beijing.
Zhang juga merupakan rekan peneliti senior di Institut Riset Kebijakan Pangan Internasional yang berada di Perancis.
Sebagai gambaran, berdasarkan data dari Asosiasi Alzheimer di Chicago, Amerika Serikat, penyakit Alzheimer sendiri pada 2015 membutuhkan biaya sebesar US$ 226 miliar.
Temuan ini sungguh memprihatinkan terutama bagi negara-negara berkembang, dimana polusi udara dapat dijumpai.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 20 negara yang memiliki polusi udara terbesar adalah negara berkembang.
"Hasil penelitian di Cina yang merupakan negara berkembang dengan polusi udara terparah, juga bisa merepresentasikan negara berkembang lainnya," ujar Zhang.
10 Kota dengan Smog Terparah
Smog atau asap kabut merupakan indikator nyata dari pencemaran berat udara. Inilah peringkat 10 kota metropolitan terburuk di dunia terkait cemaran asap kabut.
Foto: picture alliance/Photoshot
Beijing, Cina
Ibukota Cina, Beijing tersedak asap kabut atau smog terparah tahun ini. Kadar cemarannya melebihi 500 mikrogramm partikel halus per meter kubik udara. Warga tidak bisa keluar rumah tanpa mengenakan masker penutup hidung.
Foto: picture alliance/Photoshot
Ahwaz, Iran
Kota Ahwaz di Iran merupakan pemuncak peringkat kota terkotor dengan udara paling tercemar sedunia. Pemicunya: industri berat berupa pengolahan minyak, logam dan gas bumi yang dibangun di seputar kota.
Foto: ISNA
Ulan Bator, Mongolia
Ibukota Mogolia, Ulan Bator menempati peringkat kedua kota metropolitian terkotor sedunia. Di musim dingin, pemanas tradisional berbahan bakar batubara, menjadi kontributor hingga 70 persen smog di kota tersebut.
Foto: picture-alliance/landov
Lahore, Pakistan
Pencemaran udara adalah salah satu masalah lingkungan utama di Pakistan. Situasinya amat dramatis di Lahore, kota metropolitan terbesar kedua di Pakistan. Pemicunya: lalulintas padat dan pembakaran sampah serta paparan debu alami dari kawasan gurun di dekat kota.
Foto: picture-alliance/dpa
New Delhi, India
Di ibukota India dengan populasi hampir 10 juta orang ini, jumlah kendaraan bermotor dalam 30 tahun belakangan naik drastis, dari semula 180.000 menjadi 3,5 juta unit. Tapi penyebab utama pencemaran udara adalah pembangkit listrik batu bara, yang kontribusi emisinya mencapai 80 persen.
Foto: picture-alliance/dpa
Riadh, Arab Saudi
Badai pasir gurun yang melanda Riadh, mendukung terbentuknya smog, karena konsentrasi partikel di udara makin tinggi. Pancaran sinar matahari intensif di kawasan itu, mengubah partikel cemaran dari gas buang kendaraan bermotor dan industri menjadi Ozon.
Foto: picture-alliance/dpa
Kairo, Mesir
Kualitas buruk udara di Kairo memicu beragam penyakit, misalnya infeksi saluran pernafasan kronis atau kanker paru-paru. Setiap tahunnya 10.000 hingga 25.000 warga meninggal akibat penyakit tersebut. Pemicu cemaran udara adalah naik drastisnya jumlah kendaraan bermotor dan pertumbuhan cepat industri.
Foto: DW Akademie/J. Rahe
Dhaka, Bangladesh
Di ibukota Bangladesh, Dhaka, pencemaran berat udara setiap tahunnya memicu kematian hingga 15.000 orang. Para ilmuwan dari Institut Max Planck di Mainz, mengukur konsentrasi belerang oksida tertinggi sedunia di kota berpopulasi 11 juta orang itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Moskow, Rusia
Pencemaran udara di ibukota Rusia, Moskow dipicu tingginya konsentrasi hidrokarbon yang khas untuk kota metropolitan tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Mexico City, Meksiko
Masalah smog di ibukota Meksiko, Mexico City, diperkuat dengan kondisi geografis kota metropolitan itu, yang terletak di sebuah cekungan, sehingga seolah sebuah baskom yang dikelilingi gunung api setinggi 5.000 Meter. Akibat tingginya kadar belerang dioksida dan hidrokarbon dalam udara, Mexico City sejak lama terkenal sebagai kota terkotor sedunia.