Hasil studi terbaru menunjukkan penurunan drastis jumlah serangga terbang di puluhan kawasan cagar alam Jerman. Apa penyebabnya?
Iklan
Sementara berkurangnya kupu-kupu dan lebah di Eropa dan Amerika Utara telah diketahui, hasil studi PLOS ONE adalah penelitian pertama yang mencatat menghilangnya lebih dari 75 persen serangga terbang di Jerman sejak tahun 1989.
Angka ini mengkhawatirkan karena serangga adalah polinator (perantara penyerbukan tanaman -Red) penting dan bagian penting dalam rantai makanan, sebagai makanan bagi burung dan hewan kecil lainnya.
"Kenyataan bahwa serangga terbang berkurang dalam jumlah sebesar ini di kawasan yang luas adalah penemuan yang sangat mengkhawatirkan," ujar peneliti Hans de Kroon dari Radboud University.
Biteback: Potensi Minyak Serangga Gantikan Minyak Sawit
Penggagasnya anak-anak muda. Idenya gantikan minyak kelapa sawit yang produksinya selama ini tidak ramah lingkungan, dengan memanfaatkan serangga.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Bermula dari eksperimen
Para anak muda yang tergabung dalam start up Biteback melakukan berbagai eksperimen dengan serangga. Hasilnya, minyak makan dibuat dari serangga. Potensinya bisa gantikan fungsi minyak kelapa sawit. Biteback telah mengembangkan sebuah proses untuk mengekstrak minyak dari serangga yang dapat dimakan. Ini adalah pilihan yang jauh lebih berkelanjutan untuk kelapa sawit.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Memanfaatkan ulat kumbang hitam
Jenis ulat yang digunakan adalah ulat kumbang hitam atau larva kumbang. Para peneliti mengikuti kompetisi-kompetisi internasional di manca negara sebelum berbuka usaha. Selain berkompetisi mereka juga terus menimba ilmu kembangkan bio teknologi yang berkaitan dengan pengembangan minyak serangga ini.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Gantikan minyak kelapa sawit
Maraknya perkebunan sawit telah mengundang kekhawatiran aktivis lingkungan karena besarnya penghancuran hutan untuk melakukan pertanian monokultur. Diharapkan di masa mendatang, minyak serangga ini bisa gantikan fungsi minyak sawit yang dianggap rugikan lingkungan lewat penebangan hutan besar-besaran yang juga telah banyak hancurkan ekosistem di Indonesia.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Fungsinya serupa
Tak jauh beda dengan kelapa sawit, minyak serangga bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam industri, mulai dari industri makanan, kosmetika hingga bahan bakar. Menurut peneliti yang terjun dalam bisnis ini, jika dalam setahun, minyak yang diproduksi sawit 4 ton per hektar, maka dalam satu hektar, bisa dihasilkan 150 ton minyak serangga dalam setahun.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Konsumsi Anda
Minyak sawit digunakan dalam banyak produk. Anda mungkin bahkan tidak menyadari berapa banyak yang Anda konsumsi dalam setahun. Ini adalah minyak nabati yang paling diperdagangkan secara internasional, dapat ditemukan di 50% semua barang kemasan mulai dari bahan makanan hingga kosmetik. Jika minyak serangga bisa gantikan fungsinya, diharapkan kerusakan akibat sawit dapat dikurangi.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Pakan dari limbah
Serangga membutuhkan sedikit pakan, air, tanah, dan hampir tidak menghasilkan gas rumah kaca. Tak sulit dipelihara, menurut para peneliti yang kini terjun di bisnis minyak serangga, pakan ulat kumbang hitam ini adalah limbah-limbah organik.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Berkompetisi sambil gaet pemodal
Salah seorang peneliti dan pebisnis Mush'ab Nursantio menceritakan, beberapa bulan setelah ikut berbagai kompetisi di manca negara, mereka berhasil menggaet para investor. Akhirnya ia dan rekan-rekannya pulang ke tanah air dan memberanikan diri membuka bisnis ini.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Menarik perhatian publik
Bisnis Biteback ini menarik tim Founders Valley DW untuk berkunjung dan melihat bagaimana cara kerja mereka. Dalam foto, tampak Fridtjof Detzner, organisator kompetisi Founders Valley DW, terjun langsung ke Indonesia dan lokasi bisnis. Start up ini adalah salah satu ide bisnis cemerlang.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Mengatasi anemia
Minyak serangga, selain bisa mereduksi penggundulan hutan, juga bisa memberi nutrisi penting bagi dunia dengan metode yang mudah digunakan. Minyak yang telah dibuat oleh Biteback sama dengan minyak goreng biasa. Dan karena minyaknya terbuat dari serangga, kandungan zat besinya tinggi sehingga bisa mengatasi anemia.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Ulat gorengnya bisa dimakan
Entomofag, atau memakan serangga, baru-baru ini mendapat banyak perhatian sebagai cara yang menjanjikan untuk mengatasi beberapa tantangan makanan dan gizi utama, yang dihadapi dunia. Serangga yang dapat dimakan karena sangat bergizi, mengandung asam lemak esensial, protein, kandungan mineral dan biokimia bernilai tinggi lainnya.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
Menangkan 10 ribu Euro
Anda punya ide bisnis cemerlang semacam ini ? Ikuti kontes Founders Valley DW. Kirim video gagasan start up atau bisnis Anda. Pemenangnya akan mendapat hadiah 10.000 Euro. Ditunggu hingga 15 November 2017.
Foto: Founders Valley/Biteback Indonesia
11 foto1 | 11
Dalam studinya, para ilmuwan menggunakan pemerangkap lem (sticky trap) untuk mengumpulkan serangga pada 63 cagar alam. Lalu biomassa diukur dan perubahannya dicatat.
Dalam 27 tahun terakhir mereka menemukan penurunan jumlah rata-rata hingga 76 persen. Kondisi terburuk adalah saat musim panas dimana jumlah serangga terbang berkurang hingga 82 persen. "Semua kawasan ini terlindungi dan kebanyakan adalah cagar alam yang dikelola manusia. tapi tetap saja pengurangan dratis terjadi", papar Caspar Hallmann dari Radboud University.
Studi tersebut tidak menegaskan penyebab menyusutnya populasi serangga. Namun para peneliti menjelaskan banyak cagar alam yang dikelilingi ladang pertanian dan pestisida mungkin bisa disalahkan.
"Seluruh ekosistem bergantung pada serangga sebagai makanan dan sebagai polinator. Ini bisa berujung pada berkurangnya populasi burung dan mamalia pemakan serangga," kata de Kroon.
vlz/as (afp)
Lenyapnya Kupu-Kupu dari Muka Bumi
Siapa tidak suka kupu-kupu? Mereka cantik dan menambah keindahan. Karena itu berita bahwa jumlah mereka kian berkurang membuat sedih. Dan cerita di baliknya lebih dramatis lagi.
Foto: Getty Images/AFP/O. Torres
Peri Halus
Kupu-kupu tidak baik kondisinya, kemungkinan di seluruh dunia. Menurut yayasan hewan liar Jerman, 30 tahun lalu, jumlah spesiesnya dua kali jumlah sekarang. Sejak itu, yang aktif di malam hari berkurang 50% dan yang aktif di siang hari bahkan sampai 70%. Foto: kupu-kupu spesies "Goldene Acht" (Colias hyale), yang terpilih jadi kupu-kupu tahun 2017.
Foto: picture alliance /Nothegger, A./WILDLIFE
Sari Bunga Yang Manis
Kupu-kupu senang sari bunga. Baik dari tumbuhan bunga, maupun dari bunga pada pepohonan atau semak. Tapi keragaman bunga dan tumbuhan di Jerman sangat berkurang. Terutama di kawasan di mana pertaniannya monokultur, peluang hidup kupu-kupu sangat berkurang.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Weihrauch
Jagung Biang Keladinya
Penyebab utamanya jagung yang ditanam secara intensif dalam skal sangat besar. Di Jerman tahun 2016 jagung ditanam tiga kali lipat lebih banyak dibanding di tahun 1980-an. Jagung terutama digunakan untuk memberi makan hewan ternak, dan semakin sering sebagai bahan gas bio. Akibatnya tanah pertanian diberi pupuk sangat banyak. Dan tumbuhan yang memberi makan kupu-kupu tidak ada lagi.
Foto: picture alliance/dpa
Kupu-Kupu Tidak Suka Zat Kimia
Pestisida juga memusnahkan keragaman tumbuhan. Tumbuhan liar, semak atau bunga tidak punya kesempatan hidup di lahan monokultur. Kupu-kupu pada foto disebut Segelfalter (Iphiclides podalirius). Spesies ini sudah lenyap dari banyak kawasan di Jerman. Padahal dulu kupu-kupu ini kerap terlihat.
Foto: picture alliance/blickwinkel/S. Ott
Serangga Juga Punah
Pestisida tidak hanya membatasi ruang hidup kupu-kupu, melainkan juga serangga. Menurut sejumlah studi, di berbagai tempat spesies serangga berkurang hingga 80% dibanding 30 tahun lalu. Lebah, belalang, lalat, seperti halnya kupu-kupu, sulit berjuang melawan pertanian intensif, pestisida dan penggunaan pupuk yang terlampau banyak.
Foto: picture-alliance/K. Nowottnick
Serangga dan Burung
Gambar ini menunjukkan bahwa kupu-kupu dan serangga hanya sebagian dari kepunahan yang terjadi sekarang. Banyak hewan, misalnya burung atau kelelawar, hidup dengan memangsa serangga. Jika serangga berkurang, dampaknya juga bisa dilihat dalam berkurangnya burung dan hewan lain.
Baru-baru ini sebuah studi diterbitkan, yang menunjukkan bahwa jumlah burung makin berkurang. Di Jerman, misalnya jumlah burung Braunkehlch, yang tampak pada foto, berkurang 63%. Penyebabnya: mereka tidak menemukan cukup makanan.
Foto: Imago/blickwinkel
Harapan di Kawasan Perkotaan?
Yang menarik, berkurangnya jumlah kupu-kupu di Jerman bisa dicatat di pedesaan. Sementara di kota-kota kerap lebih banyak spesies kupu-kupu hidup dibanding di pedesaan. Mereka bisa ditemukan terutama di taman-taman, di daerah dalam kota yang tidak digunakan. Rupanya di sini mereka menemukan lebih banyak jenis tanaman. Dan di perkotaan, pestisida tidak banyak digunakan. Penulis: J. Hartl (ml/as)