300909 Weltbank Finanzkrise
29 September 2009Dua tahun lalu, Bank Dunia dirundung krisis. Institusi keuangan yang bermarkas di Washington kehilangan kliennya. Tugas Bank Dunia yang memperkerjakan 11.000 orang adalah membantu pemberantasan kemiskinan dan meningkatkan kondisi kehidupan warga di negara berkembang.
Kemiskinan masih meraja-lela di dunia – tapi di Afrika, Cinalah yang sekarang menjadi donor bagi proyek-proyek infrastruktur. Sedangkan sebagian negara Asia mulai menyandang predikat negara ambang industri dan melepaskan diri dari Bank Dunia. Sementara Amerika Selatan sudah bosan menuruti tuntuan Dana Moneter Internasioal dan Bank Dunia. Amerika Selatan lalu mendirikan bank pembangunan sendiri untuk kawasannya.
Tapi, saat krisis keuangan dan ekonomi global melanda, sebagian anggota kembali berpaling pada Bank Dunia. Pasalnya, dampak krisis ini terutama dirasakan negara berkembang. Sebastian Paust dulu bekerja untuk Bank Pembangunan Asia di Manila. Menurutnya, walau krisis keuangan berawal di barat namun Asialah yang merasakan imbasnya.
"Ini antara lain disebabkan anjloknya ekspor. Permintaan di Amerika Serikat dan Eropa menurun drastis. Faktor lainnya adalah menurunnya investasi langsung di negara-negara itu, termasuk investasi portfolio di pasar saham regional.“
Anjloknya perdagangan dunia menyebabkan negara berkembang kehilangan pemasukan sebesar 700 miliar Dollar tahun ini, demikian perkiraan Bank Dunia. Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mendesak negara industri untuk tidak melimpahkan tanggung jawab kepada negara termiskin dunia untuk memikul beban krisis keuangan. Dalam pertemuan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia musim semi ini, Zoellick mengatakan.
"Kita harus melakukan lebih banyak dan kita butuh lebih banyak dana, untuk mengatasi masalah yang dihadapi negara berkembang yang ekonominya dilanda gelombang kedua dan ketiga krisis.“
Awalnya para pakar memperkirakan, bank-bank di negara miskin tidak terkena imbas krisis keuangan karena mereka tidak terlibat spekulasi luas seperti bank-bank barat. Tapi, dampak krisis ekonomi baru terasa belakangan akibat anjloknya ekspor, melemahnya investasi langsung, berkurangnya permintaan akan sumber daya alam dan berkurangnya pengiriman devisa dari warga yang bekerja di negara industri.
Presiden Bank Dunia Robert Zoellick memperingatkan untuk tidak mengulang kesalahan masa lalu. Dan ini tak hanya berlaku bagi masyarakat dunia tapi juga bagi Bank Dunia.
"Saat krisis Amerika Latin di tahun 80an dan krisis Asia tahun 90an, kami terlalu fokus pada statistik – dan tidak pada manusia. Di mana-mana anggaran untuk kesehatan, pangan dan pendidikan dipangkas. Kemudian muncul kerusuhan sosial dan kekerasan. Warga miskin paling menderita karena kesalahan, yang dilakukan orang lain. Kali ini kita harus menjamin, agar pemerintahan yang bersangkutan mampu membiayai dana jaminan sosial.“
Dengan mandat untuk menurunkan kemiskinan di dunia, Bank Dunia menyalurkan seperlima dana bantuan pembangunan global ke negara termiskin dunia. Setiap tahunnya, Bank Dunia mendanai sekitar 2.000 proyek. Di masa krisis ekonomi, institusi keuangan ini fokus pada kredit tanpa bunga dan subsidi bagi negara miskin dunia. Kini, negara miskin dan berkembang menuntut hak suara lebih besar dalam Bank Dunia. Tuntutan yang dianggap serius oleh Robert Zoellick:
"Dewan Gubernur Bank Dunia tahun ini memulai langkah reformasi untuk menguatkan peranan negara berkembang. Tapi kita masih harus melangkah lebih jauh lagi untuk menyeimbangkan pembagian suara dan kursi di Dewan Gubernur Bank Dunia.“
Dalam Dewan Gubernur Bank Dunia hak suara anggotanya tergantung jumlah dana yang disumbangkan. Dan di sini yang mendominasi adalah Amerika Serikat, Jepang, Perancis, Inggris dan Jerman. Tapi setidaknya, ada sejumlah reformasi yang mulai digulirkan. Afrika Selatan memperoleh posisi dalam dewan pelaksana. Selain itu, pengganti Zoellick tak lagi harus berasal dari Amerika Serikat, sebagaimana tradisi pengisian jabatan selama ini.
Rolf Wenkel/Ziphora Robina
Editor: Hendra Pasuhuk