Belum lagi kegemparan akibat penangkapan sejumlah tokoh di Arab Saudi reda, sebuah pesawat yang membawa pangeran dikabarkan jatuh. Spekulasi pun menguat mengenai adanya upaya konsolidasi kekuasaan Putra Mahkota.
Iklan
Sebuah helikopter yang membawa tokoh penting, baik pangeran dan pejabat pemerintah di Arab Saudi, mengalami kecelakaan di provinsi Asir. Seperti dikutip dari kantor berita Associated Press , Senin (06/11), Menteri Dalam Negeri Saudi mengutarakan peristiwa tersebut terjadi ketika para pejabat meninjau proyek di daerah Abha, daerah yang berbatasan dengen Yemen. Belum diketahui secara pasti penyebab kecelakaan tersebut, namun dilaporkan delapan orang tewas, termasuk diantaranya Pangeran Mansour bin Muqrin, wakil gubernur provinsi Asir.
Pangeran Mansour bin Muqrin adalah putra Pangeran Muqrin bin Abdulaziz, mantan direktur intelejien dan sempat juga menduduki posisi sebagai putra mahkota. Posisinya sebagai pewaris tahta dicopot April 2015 oleh saudara tirinya Raja Salman yang memilih Pangeran Mohammed bin Nayef, menteri dalam negeri Saudi dan Ketua Dewan Urusan Politik dan Keamanan saat itu.
Juni 2017, Raja Salman kembali menggeser Pangeran Muhammad dan menobatkan putranya yang berusia 32 tahun sebagai Putra Mahkota Saudi. Para analis menyatakan peristiwa ini turut mengukuhkan posisi yang dimiliki Pangeran Mohammed bin Salman di puncak kekuasaan.
Bayang-bayang Gelap Raja Salman
Kunjungan Raja Salman di Indonesia ikut menebar pesona monarki Arab Saudi. Namun kenapa masa lalu penguasa berusia senja itu dikaitkan dengan geliat terorisme di Afghanistan dan Bosnia? Inilah kisahnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Bantuan Sipil Menuai Teror
Sebelum berkuasa, Salman ibn Abd al-Aziz Al Saud, sering dipercaya mengelola dana sumbangan Arab Saudi. Namun berulangkali aliran dana dari Riyadh mendarat di kantung kelompok teror seperti Al-Qaida. Salman mengaku bertindak dengan tulus dan bersikeras "bukan tanggungjawab kerajaaan, jika pihak lain menyalahgunakan dana donasi Arab Saudi buat terorisme."
Foto: Getty Images/AFP/S.Loeb
Menghadang Soviet di Hindukush
Tudingan terhadap Salman pertamakali dilayangkan oleh bekas perwira Dinas Rahasia AS CIA, Bruce Riedel. Dia yang kini juga penasehat pemerintah buat urusan Timur Tengah mengklaim Salman ikut mengumpulkan dana untuk Mujahiddin Afghanistan saat invasi Uni Sovyet di dekade 1980an. Selain itu ia juga menyuplai dana buat mempersenjatai kelompok muslim dalam perang Kosovo.
Foto: picture-alliance/dpa
Duit buat Mujahiddin
Persinggungan Salman dengan terorisme berawal dari perintah Raja Khalid mengumpulkan donasi untuk Mujahidin Afghanistan. Menurut Riedel, sumbangan pribadi dari kerajaan untuk kelompok perlawanan di Afghanistan mencapai 25 juta Dollar AS per bulan. Pengamat Timur Tengah AS, Rachel Bronson, pernah menulis Salman membantu merekrut gerilayawan buat kelompok Abdul Rasul Sayyaf, mentor Osama bin Laden
Foto: picture-alliance/dpa
Simpati buat Bosnia
Tahun 1992 Salman diangkat oleh Raja Fahd untuk mengepalai lembaga bantuan Saudi High Commission for Relief for Bosnia and Herzegovina (SHC). Melalui lembaga tersebut ia mengumpulkan donasi untuk membantu warga muslim Bosnia, hingga ditutup tahun 2011. Pada 2001 SHC telah mengumpulkan dana kemanusiaan senilai 600 juta Dollar AS. Namun sebagian ditengarai disalahgunakan buat persenjataan.
Foto: picture-alliance/dpa/Barukcic
Razia Sarajevo
Pada 2001 NATO mencurigai adanya aliran dana Saudi yang digunakan buat membeli senjata dan merazia kantor cabang SHC di Sarajevo. Di sana mereka menemukan berbagai dokumen teror, termasuk foto sebelum dan sesudah serangan Al-Qaida, instruksi buat memalsukan lencana Kementerian Luar Negeri AS dan peta gedung-gedung pemerintahan di Washington.
Foto: picture alliance/ZB/B. Pedersen
Donasi Kompori Perang
Razia Sarajevo merupakan bukti pertama aktivitas gelap SHC di luar bantuan kemanusiaan. Antara 1992 dan 1995, Uni Eropa melacak jejak donasi dari akun pribadi Salman senilai 120 juta dari SHC ke organisasi bantuan bernama Third World Relief Agency (TWRA). Data CIA menyebut TWRA menghabiskan sebagian besar dana sumbangan untuk mempersenjatai gerilayawan dalam perang di Balkan.
Foto: Sebastian Bolesch
Kesaksian Sang Pembelot
2015 silam, Zacarias Moussaoui, pembelot Al-Qaida memberi kesaksian di PBB yang menyebut SHC dan TWRA merupakan sumber dana terbesar buat Al-Qaida di Bosnia, termasuk untuk membiayai pembentukan sayap militer berkekuatan 107 orang. Menurutnya SHC "membiayai dan menyokong operasi Al-Qaida di Bosnia."
Foto: AP
Hingga ke Somalia
Sebab itu Amerika Serikat memasukkan SHC dalam daftar hitam terorisme. Dinas Rahasia Pertahanan (DIA) juga pernah menuding SHC mengirimkan senjata kepada Mohamed Farrah Aidid, gembong teror Somalia yang dikenal lewat film Black Hawk Down. Padahal saat itu Somalia mengalami embargo senjata PBB sejak Januari 1992.
Foto: John Moore/Getty Images
Bumerang Teror
Aktivitas kemanusiaan Salman yang secara tidak langsung menghidupi Al-Qaida justru menjadi bumerang. Pada 2003 Arab Saudi mengalami gelombang terorisme oleh bekas gerilayawan yang pulang dari medan Jihad. Saat itu Salman mengumumkan di media bahwa para bekas Mujahiddin itu "didukung oleh ekstrimis Zionisme yang bertujuan menghancurkan Islam." (Sumber: Foreign Policy, NYTimes, Guardian, JPost)
Foto: Reuters/Saudi Press Agency
9 foto1 | 9
Pangeran Saudi Menindak Koruptor?
Gelombang penangkapan yang terjadi sehari sebelumnya, juga menurut sejumlah analis dianggap menguatkan kontrol Pangeram Mohammed atas agenda reformasi di Arab Saudi. Sabtu (04/11), otoritas Saudi menangkap 11 pangeran, empat menteri, puluhan mantan menteri, dan tiga pejabat senior Arab Saudi dalam upaya gerakan anti-korupsi yang digencarkan Putra Mahkota.
"Penangkapan ini artinya melampaui tudingan korupsi dan dirancang untuk memuluskan suksesi kekuasaan yang dapat dilakukan kapan pun," ujar Kristian Ulrichsen, pengamat Timur Tengah dari Insitut Baker untuk Kebijakan Publik Univesitas Rice. "Mohammed bin Salman sedang merancang ulang kerajaannya agar sesuai dengan citranya, dan mengisyaratkan suatu langkah penting untuk menjauhi konsensi yang mengutamakan persaiangan kepentingan yang menandai Saudi di masa lampau."
Penangkapan besar-besaran ini dilakukan tak lama setelah Raja Salman mengumumkan dekrit pembentukan komite anti-korupsi yang baru. Komite yang dikepalai Pangeram Mohammed tersebut berkuasa mengeluarkan surat perintah penangkapan, memberlakukan pencekalan perjalanan, dan membekukan rekening bank.
Reformasi atau Permainan Politik?
Belasan pangeran dan mantan menteri Arab Saudi ditahan atas dugaan korupsi. Apakah ini langkah Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk menyingkirkan para pesaingnya demi mengukuhkan kekuasaannya?
Foto: Reuters/M. al-Sayaghi
Terbentuknya komite anti-korupsi
Sedikitnya 11 pangeran dan 38 mantan menteri dan pengusaha ternama di Saudi ditahan di berbagai tempat di ibukota, Riyadh. Gelombang penangkapan ini dilakukan sebagai bagian dari kampanye terbaru untuk membasmi korupsi. Penangkapan dilakukan tak lama setelah Raja Salman mengumumkan terbentuknya komite anti-korupsi, yang dipimpin putranya, Putra Mahkota Mohammed.
Foto: picture-alliance/abaca/B. Press
Mereformasi negeri atau membungkam para pesaing?
Komite anti-korupsi mengantongi kekuasaan besar, diantaranya mengeluarkan perintah penangkapan, pembekuan aset serta perintah pencekalan. Putra Mahkota Arab Saudi pernah berikrar di hadapan para pengimpor minyak penting dunia, bahwa ia akan membasmi korupsi di Saudi. MBS dianggap sebagai motor penggerak di balik
upaya untuk merubah citra ultra-konservatif yang dimiliki Arab Saudi.
Foto: picture-alliance/AP Images/N. Asfouri
Menjerat pengusaha terkaya di Timur Tengah
Salah satu yang ditahan adalah, Pangeran Alwaleed bin Talal. Dia adalah milyuner dan salah satu pengusaha terkaya Saudi yang memiliki saham di sejumlah perusahaan milik Barat seperti Twitter, Apple, perusahaan media milik Rupert Murdoch, Citigroup, hotel the Four Seasons and perusahaan layanan berkendara, Lyft. Pangeran Alwaleed juga dikenal sebagai anggota istana yang paling blak-blakan.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
Mantan menteri keuangan tertangkap
Ibrahim al-Assaf, tokoh penting lainnya yang turut terseret dalam gelombang penahanan. Ia dulunya adalah mantan menteri keuangan dan anggota komisaris perusahaan minyak nasional, Aramco. Al-Assaf ditahan atas tuduhan melakukan penggelapan dana dalam proyek perluasan Masjidil Haram dan memanfaatkan jabatannya untuk meraih informasi internal dalam upaya membeli sejumlah tanah.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
11 pangeran dan 38 pejabat serta pengusaha
Pangeran Turki bin Abdullah, mantan gubernur Riyadh juga ditahan atas tuduhan kasus korupsi proyek Metro Riyadh. Tokoh lainnya yakni mantan kepala istana, Khaled al-Tuwaijri dan Waleed Ibrahim, pemimpin grup MBC, perusahaan media swasta terbesar di Timur Tengah dan Afrika Utara. Total ada 11 pangeran, 4 menteri, belasan mantan menteri serta 3 pejabat senior yang ditahan dalam operasi tersebut.
Foto: Getty Images
Banyak kejadian dalam waktu singkat
Pada waktu yang sama, Raja Salman juga menyingkirkan pangeran yang bertanggung jawab atas Garda Nasional. Hal ini dilakukan menyusul mundurnya sekutu terdekat Saudi, perdana menteri Lebanon, Saad Hariri. Perkembangan terakhir ini menggoyahkan Arab Saudi dan Timur Tengah, ketika konflik regional semakin besar mengepung kerajaan. (Aasim Saleem/ts)
Foto: Reuters/M. al-Sayaghi
6 foto1 | 6
Para Pangeran Yang tersingkir
Sebagian besar yang ditahan adalah saingan serta para pengkritik Putra Mahkota. Pejabat penting yang ditahan akhir pekan lalu diantaranya, Pangeran Al-Waleed bin Talal, miliuner kaya Saudi yang ditahan atas tuduhan kasus pencucian uang, kasus suap dan pemerasan pejabat pemerintah.
Di hari yang sama, Raja Saud menunjuk dua menteri baru di bidang keamanan dan ekonomi. Tokoh berpengaruh yang diberhentikan dari jabatannya adalah Pangeran Miteb bin Abdullah yang sebelumnya menjabat menteri garda nasional,satuan elit keamanan dalam negeri Saudi yang terbentuk dari berbagai suku. Pangeran Miteb digantikan Pangeran Khalid bin Ayyaf al-Muqrin, sedangkan menteri perekonomian Adel Fakieh dicopot dan digantikan wakilnya, Mohammed al-Tuwaijiri.
Pangeran Miteb adalah putra dari penguasa sebelumnya, almarhum Raja Abdullah dan anggota terakhir dari keluarga tersebut yang memiliki posisi penting dalam lingkar kekuasaan. Dia sempat digadang-gadang sebagai calon terkuat ahli waris tahta Saudi sebelum kemunculan Pangeran Mohammed bin Salman. Tersingkirnya Pangeran Miteb, mengukuhkan posisi Pangeran Mohammed bin Salman atau kerap disebut MBS sebagai penguasa de facto Saudi.
Selain sebagai menteri keamanan Saudi, MBS juga menjabat sebagai menteri dalam negeri. Ini berarti ia berkuasa penuh menyingkirkan segala ancaman apapun yang terjadi di dalam negeri. Secara terbuka, Putra Mahkota telah menyatakan visinya untuk mereformasi ekonomi Saudi dan melepaskan diri dari ketergantungan minyak. Pangeran ini juga menampilkan diri sebagai tokoh jalan tengah yang ingin merubah kerajaan Saudi menjadi moderat lewat penerapan sejumlah reformasi sosial.
Rentang Sejarah Perjuangan Perempuan di Arab Saudi
Hak perempuan di Arab Saudi adalah sebuah kisah perjuangan panjang yang berjalan perlahan. Berkat tekanan internasional dan keberanian generasi baru Monarki di Riyadh, perempuan mulai diberikan kebebasan di ruang publik.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
1955: Sekolah Perempuan Pertama, 1970: Universitas Perempuan Pertama
Perempuan Arab Saudi awalnya tidak diizinkan mengeyam pendidikan dasar. Hingga akhirnya sekolah khusus perempuan, Dar al-Hanan, dibuka tahun 1955. Namun butuh waktu hampir dua dekade bagi perempuan untuk bisa mendapat akses menuju perguruan tinggi, yakni Riyadh College of Education yang beroperasi tahun 1970.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2001: KTP Perempuan
Pada awal abad ke 21 perempuan untuk pertamakalinya mendapat Kartu Tanda Penduduk. KTP membantu kaum perempuan Saudi dalam kasus hukum seputar warisan atau properti. Awalnya perempuan harus mendapat izin dari wali laki-laki untuk mendapat KTP. Aturan tersebut dilonggarkan pada 2006 ketika perempuan bebas mendapat KTP tanpa izin walinya.
Foto: Getty Images/J. Pix
2005: Akhir Pernikahan Paksa
Pemerintah Arab Saudi secara resmi melarang pernikahan paksa pada 2005. Namun kontrak nikah antara calon pengantin pria dan orangtua perempuan masih marak dilakukan. Kontrak semacam itu mewajibkan perempuan menikahi pria pilihan orangtua.
Foto: Getty Images/A.Hilabi
2009: Perempuan Pertama di Pemerintahan
Pada 2009 raja Abdullah mengangkat perempuan untuk jabatan tinggi di pemerintahan. Noura al-Fayez hingga kini adalah wakil Menteri Pendidikan Arab Saudi. Ia bertugas mengurusi pemberdayaan perempuan.
Foto: Foreign and Commonwealth Office
2012: Atlit Olympiade Perempuan
Keberadaan Noura al-Fayez di pucuk pemerintahan banyak mengubah nasib atlit perempuan Arab Saudi. Pada 2012 untuk pertamakalinya Riyadh mengizinkan perempuan mengikuti Olympiade di London. Salah satunya adalah Sarah Attar, atlit lari di cabang 800 meter. Sebelumnya Komite Olympiade Internasional diisukan bakal melarang keikutsertaan Arab Saudi jika Riyadh melarang partisipasi perempuan.
Foto: picture alliance/dpa/J.-G.Mabanglo
2013: Izin Bersepeda dan Sepeda Motor
Setahun setelah Olympiade, pemerintah Arab Saudi untuk pertamakalinya mengizinkan perempuan menggunakan sepeda dan sepeda motor. Namun begitu kelonggaran tersebut bukan tanpa catatan. Perempuan hanya diizinkan bersepeda atau mengendarai sepeda motor di area rekreasional, diwajibkan mengenakan niqab dan didampingi wali pria.
Foto: Getty Images/AFP
2013: Perempuan di Majelis Syura
Pada Februari 2013 Raja Abdullah melantik 30 perempuan untuk Majelis Syura, dewan pertimbangan Arab Saudi. "Perubahan ini harus dilakukan secara gradual," kata Abdullah tentang hak perempuan. Tidak lama setelah keputusan tersebut, perempuan diizinkan untuk mencalonkan diri untuk jabatan publik.
Foto: REUTERS/Saudi TV/Handout
2015: Hak Pilih dan Dipilih
Pemilihan komunal 2015 di Arab Saudi ditandai dengan peristiwa bersejarah: untuk pertamakalinya perempuan diizinkan memilih dan dapat mencalonkan diri untuk jabatan publik. Sebagai hasilnya sebanyak 20 perempuan terpilih untuk berbagai jabatan di tingkat pemerintah kota.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Batrawy
2017: Direktur Bursa Saham Perempuan
Pada Februari 2017, bursa saham Arab Saudi menunjuk Sarah al-Suhaimi sebagai direktur. Putri bankir berusia 37 tahun ini ikut merangkai salah satu penawaran umum perdana paling akbar sejagad, yakni ketika perusahaan minyak negara Aramco melepas sebagian kecil sahamnya ke lantai bursa.
Foto: pictur- alliance/abaca/Balkis Press
2018: Perempuan di Kemudi
Pada 26 September 2017, pemerintah Arab Saudi mengumumkan perempuan akan diperbolehkan mengemudi mobil mulai bulan Juni 2018. Mereka nantinya tidak perlu meminta izin wali pria untuk mendapatkan surat izin mengemudi dan tidak perlu mengajak walinya untuk ikut menemani ketika mengemudi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Jamali
2018: Perempuan di Stadion Olahraga
Tidak lama berselang, pada 29 Oktober 2017, otoritas olahraga Arab Saudi mengumumkan perempuan akan diizinkan untuk menginjakkan kaki di stadion olahraga. Tiga stadion yang tadinya hanya mengizinkan penonton laki-laki juga akan dibuka buat perempuan pada awal 2018.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2019: Perempuan Saudi akan mendapat notifikasi melalui pesan singkat jika mereka diceraikan
Hukum baru dirancang untuk melindungi perempuan saat pernikahan berakhir tanpa sepengetahuan mereka. Perempuan dapat mengecek status pernikahannya online atau mendapatkan fotokopi surat tanda cerai dari pengadilan. Hukum ini tidak sepenuhnya melindungi perempuan karena cerai hanya dapat diajukan dalam kasus yang sangat terbatas dengan persetujuan suami atau jika suami melakukan tindak kekerasan.