1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikPrancis

Prancis: Ratusan Caleg Undur Diri Demi Hadang Populis Kanan

4 Juli 2024

Sebanyak 214 kandidat legislatif Prancis ramai-ramai undur diri, lima hari jelang pemilu putaran dua. Mereka ingin lapangkan jalan bagi caleg lain demi mengalahkan kandidat partai populis kanan.

Plakat pemilu Prancis
Plakat pemilu PrancisFoto: Francois Mori/AP/dpa/picture alliance

Jumlah kandidat yang mengundurkan diri dari pemilihan umum legislatif di Prancis bersumber pada pantauan dan penghitungan kantor berita AFP, hingga berakhirnya tenggat pendaftaran pada Selasa (2/7) malam.

Karena tingginya angka partisipasi pada pencoblosan di hari Minggu (30/6), lebih dari 300 dari 577 daerah pemilihan meloloskan tiga kandidat yang kini harus beradu di putaran kedua.

Dengan mengundurkan diri, kandidat di peringkat ketiga memperbesar peluang caleg lain untuk mengalahkan kandidat partai populis sayap kanan Rassemblement National, RN, yang saat ini memimpin di hampir separuh daerah pemilihan.

Menurut perkiraan situs berita "Le Grand Continent", pengunduran diri masal berpotensi menggagalkan peluang RN merebut mayoritas absolut di putaran kedua. Namun demikian, hasil pemilu sulit diperkirakan karena bergantung pada tingkat partisipasi dan besarnya jumlah pemilih mengambang.

"Pada akhirnya, pemilih Prancis akan mengambil keputusan berdasarkan hati nurani mereka dan bukan berdasarkan rekomendasi pemilu,” kata seorang penasihat Presiden Emmanuel Macron. "Tetapi secara matematis, risiko mayoritas absolut untuk RN berkurang.”

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Tekad berkuasa Marine Le Pen

Kantor Berita AFP melaporkan, daftar caleg yang mengundurkan diri mencakup 131 kandidat dari aliansi sayap kiri New Popular Front dan 82 dari aliansi tengah Together for the Republic. Beberapa kandidat dari partai politik lain juga mengundurkan diri karena berbagai alasan.

Sementara itu, Rassemblement National bersikeras membentuk pemerintahan selanjutnya di Paris meski tanpa mayoritas absolut. Pemimpin RN Marine Le Pen mengklaim pihaknya akan bekerja sama dengan partai politik lain dan melibatkan berbagai kelompok.

"Pemerintahan kami akan menjadi pemerintahan yang kompeten,” kata Le Pen. "Jika kami mendapat mandat mayoritas, maka kami akan melakukan apa yang dikehendaki para pemilih.”

Pernyataannya itu menjauhkan Le Pen dari koridor yang digariskan Ketua Umum RN Jordan Bardella, yang menegaskan hanya akan mengklaim jabatan perdana menteri jika mendapat suara mayoritas.

"Jika kami memiliki sekitar 270 kursi dan masih membutuhkan 19 anggota parlemen, maka kami akan mendekati yang lain,” kata Le Pen. "Beberapa anggota parlemen sayap kanan dan sayap kiri telah menunjukkan kedekatan dengan posisi kami.”

French far-right victory could impact EU, NATO

02:42

This browser does not support the video element.

Aliansi melawan populisme kanan

Pembagian kursi di Majelis Nasional akan diputuskan dalam pemilihan putaran kedua Minggu depan. Untuk mencapai mayoritas absolut, dibutuhkan 289 dari 577 kursi di parlemen.

Pemilu dini di Prancis diumumkan Presiden Emmanuel Macron pada 9 Juni lalu. Dia membubarkan parlemen setelah aliansi populis kanan National Rally memenangkan lebih dari 31 persen suara dalam pemilihan Parlemen Eropa, mengalahkan blok sentris yang dipimpinnya.

Jajak pendapat oleh lembaga riset Toluna Harris Interactive yang dirilis pada Rabu (3/7), memperkirakan RN hanya akan meraih 190 hingga 220 kursi di parlemen. Adapun aliansi sayap kiri yang disebut Front Populer Baru diprediksi mendapat antara 159 dan 183 kursi, sementara kubu presiden yang berhaluan tengah meraih 110 hingga 135 kursi.

Demi mengalahkan RN, Macron membentuk "Fron Republik" dengan niat menyatukan kekuatan demi menghadang populisme kanan.

"Ada satu blok yang dapat memperoleh mayoritas mutlak dan digolongkan sebagai kelompok ekstrim kanan,” kata Perdana Menteri Gabriel Attal kepada radio France Inter. "Apa yang dipertaruhkan di pemilu putaran kedua pada Minggu malam adalah melakukan segalanya agar kelompok ekstrem kanan tidak mendapatkan mayoritas mutlak,” katanya.

"Adalah hal menjengkelkan bagi banyak pemilih Prancis untuk memberikan suara secara terpaksa demi mencegah RN, imbuhnya. "Tapi ini sudah merupakan tanggung jawab kita semua."

rzn/as (afp, dpa)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait