RUU yang bertujuan untuk memperketat peraturan imigrasi telah disahkan tanpa pemungutan suara dari kelompok sayap kanan, meski selama prosesnya mendapat tentangan besar.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadapi pemberontakan dari dalam partainya setelah RUU tersebut mendapat dukungan dari National Rally (RN) sayap kanan, yang dipimpin oleh Marine Le Pen. Namun pada akhirnya, RUU tersebut lolos ke majelis rendah dengan suara dari koalisi sentris Macron dan anggota parlemen konservatif.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin, yang mempelopori RUU tersebut, menyatakan lega setelah mayoritas suara mendukung, yang berarti RUU tersebut tidak lagi bergantung pada dukungan dari anggota parlemen sayap kanan.
Masalah imigrasi merupakan isu politik yang penting dalam pemilihan parlemen mendatang. Meski pengesahan RUU tersebut akan menguntungkan Macron, dukungan yang ditunjukkan oleh Le Pen, yang menyebut RUU yang lebih ketat ini sebagai "kemenangan ideologis yang besar” bagi kelompok sayap kanan, juga dapat meningkatkan peluangnya dalam pemilu.
Kehidupan Baru Pengungsi Afganistan di Kentucky, AS
Setelah pengungsian yang melelahkan dari Kabul ke Qatar dan ke pangkalan militer AS, keluarga Afganistan ini akhirnya tiba di kota kecil Bowling Green, negara bagian Kentucky, yang bersedia menerima pengungsi.
Foto: Amira Karaoud/Reuters
Dari Kabul ke Kentucky
Keluarga Zadran dengan enam anak melarikan diri dari Kabul, sekarang tinggal di kota kecil Bowling Green, setelah menunggu cukup lama di pangkalan militer New Mexico. Dengan bantuan badan pemukiman kembali lokal, mereka sekarang tinggal di sebuah rumah dan anak-anaknya bisa bersekolah.
Foto: Amira Karaoud/Reuters
Kepala suku yang jadi pengungsi
Wazir Khan Zadran, 41 tahun, adalah seorang pemimpin suku yang berperang melawan jaringan Haqqani, yang termasuk dalam jaringan Taliban. Dia mengatakan, Amerika menyelamatkan dia dan keluarganya, termasuk anaknya Zuleikha Zadran, dengan menjemput mereka dengan helikopter Chinook pada Agustus 2021 dan membawa mereka ke bandara Kabul.
Foto: Amira Karaoud/Reuters
Kota kecil yang menyambut pengungsi
Keluarga Zadran disambut di Bowling Green, Kentucky, yang sudah sering menerima gelombang pengungsi sejak 40 tahun lalu. Pengungsi Kamboja datang pada 1980-an, pengungsi dari Bosnia tiba pada 1990-an. Selain itu, ada juga pengungsi dari Irak, Myanmar, Rwanda, dan Kongo. Kota berpenduduk 72.000 jiwa ini berkembang secara ekonomi dengan populasinya yang beragam.
Foto: Amira Karaoud/Reuters
Bantuan dari masyarakat setempat
"Kami sangat senang di Bowling Green," kata Zadran, yang mendapat rumah bantuan badan pemukiman kembali lokal, International Center of Kentucky, didirikan pada 1981. "Masyarakat setempat membantu kami dan memperkenalkan budaya baru kepada kami." Keenam anaknya senang belajar lagu dalam bahasa Inggris dan meminjam buku dari perpustakaan.
Foto: Amira Karaoud/Reuters
Anak-anak cepat beradaptasi
Tiga dari enam anak keluarga Zadran: Sanaullah Khan, 6, (berpakaian seperti Superman), Zahra, 4 (kiri), dan Samiullah Khan, 13 (kanan). Dari hampir 75.000 pengungsi Afganistan yang diperkirakan akan menetap di Bowling Green mengharapkan untuk menerima 350 orang pada tahun 2022.
Foto: Amira Karaoud/Reuters
Hidup aman tanpa perang
Keluarga Zadran sekarang hidup dengan aman dan beruntung tinggal di rumah dengan halaman di kota yang ramah. Ada banyak pekerjaan untuk penghuni baru Bowling Green. Di sini ada pusat pertanian dan manufaktur terkenal yang melayani perakitan mobil-mobil mewah.
Foto: Amira Karaoud/Reuters
Bebas menjalankan agamanya
Di Bowling Green, keluarga Zadran bisa menjalankan agamanya dalam suasana bebas dan bisa menjadi penduduk Amerika tanpa harus menghilangkan identitas budayanya.
Foto: Amira Karaoud/Reuters
Belajar budaya baru
Di rumah Zadran, anak-anak membuat kemajuan pesat dengan bahasa yang baru. Yang tertua, Zuleikha, mengajari saudara-saudaranya sebuah lagu dalam bahasa Inggris dengan lirik "Apa yang kamu syukuri?" Saat mereka memuji penampilan mereka sendiri, Zuleikha menyatakan "Cukup!" dan tersenyum lebar. (hp/ha)
Foto: Amira Karaoud/Reuters
8 foto1 | 8
Isi undang-undang imigrasi yang baru
Sejak rancangan undang-undang tersebut pertama kali diajukan, terdapat berbagai amandemen yang memperketat peraturan imigrasi, dan kelompok sayap kiri menuduh pemerintah menyerah pada tekanan dari kelompok sayap kanan.
Untuk membuat undang-undang tersebut lebih sesuai bagi kelompok sayap kanan, pemerintah memutuskan untuk mengurangi langkah-langkah yang memungkinkan izin tinggal bagi sebagian imigran. Pemerintah juga setuju untuk memperpanjang masa tinggal di Prancis agar para migran yang memenuhi syarat untuk mengakses tunjangan kesejahteraan.
Dengan undang-undang baru ini, akses terhadap tunjangan perumahan juga akan tertunda selama lima tahun bagi para migran non-Uni Eropa yang menganggur.
Untuk mendapatkan dukungan dari kelompok sayap kanan, pemerintah juga telah memperkenalkan kuota migrasi yang akan mempersulit anak-anak imigran untuk menjadi orang Prancis.
Meskipun kini akan lebih mudah bagi para migran yang bekerja di sektor-sektor yang kekurangan tenaga kerja untuk mendapatkan izin tinggal, tetapi aturan baru tersebut juga akan lebih mudah untuk mengusir para migran ilegal.