Marvia Malik harus bekerja keras untuk mendobrak tabu dan berjuang menghapus diskriminasi terhadap para transgender. Berikut wawancara ekslusif DW dengan presenter transgender pertama di Pakistan.
Iklan
DW: Selamat telah menjadi presenter transgender pertama di Pakistan. Bagaimana reaksi di Pakistan?
Marvia Malik: Tanggapannya luar biasa dan hangat. Tadinya saya berpikir reaksinya akan biasa saja. Tapi masukan yang saya terima dari pemirsa di Pakistan dan warga dari berbagai penjuru dunia luar biasa. Saya sangat senang menerima begitu banyak cinta dari mereka. Banyak wartawan Pakistan juga mengirimkan ucapan selamat pada saya.
Junaid Ansari, pemilik TV Kohenoor, mengatakan dalam wawancara baru-baru ini bahwa stasiunnya memilih Anda berdasarkan prestasi dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin Anda. Tapi Anda jelas tidak bisa mengabaikan gambaran presenter transgender. Apakah Anda merasa nyaman dengan sebutan ini?
Sejak lama saya berjuang untuk hak-hak komunitas transgender dan saya mungkin harus hidup dengan sebutan ini. Ini baru permulaan. Jika saya ditawari posisi di pemerintahan, saya bersedia mengambilnya karena itu akan memberi saya kesempatan untuk bekerja demi kesejahteraan kaum saya, yang menghadapi banyak masalah di Pakistan.
Tari Mengusir Takut: Kisah Waria di Pakistan
Ketika siang hari, Waseem berdagang aksesoris ponsel. Di malam hari ia berubah sosok jadi penari perempuan. Profesinya itu bukan tanpa risiko di negeri yang berada di bawah cengkraman kaum ultra konservatif itu
Foto: picture-alliance/AP/Muhammed Muheisen
Bergoyang di Malam Hari
Ketika malam menyaput Rawalpindi, Waseem berganti rupa. Pria berusia 27 tahun itu berlaku sebagai "hijra," yakni jenis kelamin ketiga. Jumlahnya diyakini mencapai ribuan di Pakistan. Kaum Hijra sangat diminati sebagai penari di pesta pernikahan atau kelahiran bayi. Acara semacam itu adalah satu-satunya kesempatan bagi waria Pakistan untuk diterima oleh masyarakat.
Foto: picture-alliance/AP/Muhammed Muheisen
Normal di Siang Hari
Sewaktu siang menyambang, Waseem menjajakan aksesoris ponsel di sebuah pasar di jantung kota Rawalpindi. Rekan kerja dan teman-teman terdekatnya sekalipun tidak mengetahui aktivitas terselubungnya pada malam hari.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Muheisen
Kenalkan, Rani sang Penari
Buat Waseem, kehidupan gandanya itu diperlukan untuk mencapai kemakmuran. "Menjadi penari menggandakan penghasilan saya ketimbang cuma bekerja di toko," ujarnya. Buat kaum Hijra, hidup adalah pergulatan tak berujung. Mereka yang tak berbakat menjadi penari, kebanyakan terseret dalam arus prostitusi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Muheisen
Bersama dalam Keterasingan
Sebagian besar kaum muslim Pakistan membenci kaum yang disebut "mahluk antara perempuan dan laki-laki," itu. Tidak jarang Hijra menjadi sasaran penganiayaan di tempat-tempat umum. Sebab itu pula kaum waria Pakistan hidup menyendiri di dalam komunitas tertutup. "Hidup bersama penari lain seperti keluarga. Cuma bersama mereka lah saya merasa aman dan dihormati," ujar Bekhtawar, 43 tahun
Foto: picture-alliance/AP/Muhammed Muheisen
Diakui tapi Dicampakkan
Banyak kaum waria memilih anonimitas kota besar dan menyembunyikan identitas asli dari rekan kerja atau bahkan keluarga. Hukum di Pakistan sebenarnya memihak mereka. 2011 silam Mahkamah Agung di Islamabad memutuskan negara mengakui jenis kelamin ketiga. Artinya kaum Hijra berhak menuliskan jenis kelamin waria di dalam passpor, formulir kerja atau keuangan serta berhak memilih.
Foto: picture-alliance/AP/Muhammed Muheisen
Demi Kesetaraan
Untuk pertama kalinya kaum transgeder seperti Bindiya Rana (ka.) mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, 2013 silam. Kendati gagal, ia tetap berjuang demi kesetaraan dan melawan diskriminasi.
Foto: picture-alliance/AP/Shakil Adil
Berani Akui Identitas Hijra
Hingga kini cuma segelintir kaum transgender yang berani membuka identitas dirinya seperti Amjad. "Satu-satunya hal yang tidak bisa saya lakukan adalah mengandung bayi," ujarnya.
Foto: picture-alliance/AP/Muhammed Muheisen
7 foto1 | 7
Apa pendapat Anda tentang nasib komunitas transgender di Pakistan?
Warga transgender Pakistan menghadapi diskriminasi dan tidak diterima oleh masyarakat. Kami ingin diterima sebagai warga negara yang setara di negara ini. Kami memiliki hak untuk bekerja dan mewarisi harta.
Juga harus ada kuota pekerjaan untuk komunitas kami. Di Pakistan, minoritas agama dan perempuan telah mendapatkan kursi di parlemen. Saya menuntut pemerintah menyediakan kursi bagi kami di majelis rendah dan tinggi. Itu harus dilakukan sebelum pemilihan umum yang akan digelar tahun ini.
Anda kuliah jurnalisme dan juga bekerja sebagai model. Seberapa sulit bagi Anda untuk berkarier?
Saya harus berjuang keras untuk diterima. Keluarga saya memutuskan hubungan saat saya masih sekolah. Jadi saya harus bekerja di salon untuk membiayai pendidikan. Saya bekerja sebagai model, lulus jurusan jurnalis dan setelah tiga bulan magang, mendapat pekerjaan di TV Kohenoor TV.
Yang menyedihkan adalah, orang-orang [secara umum] tidak pernah mendukung saya. Saya tidak pernah menerima penghargaan seperti yang diberikan masyarakat pada pria dan perempuan. Saya selalu diejek dan dilecehkan.
Menikmati Kesenian Feminin dari Pakistan
Shehzil Malik ingin mendorong perombakan dalam masyarakat patriarkal Pakistan. Karya-karyanya mencerminkan analisa tajam, provokatif dan eksplosif.
Foto: Shehzil Malik
Perempuan di Mata Publik I
Bagaimana seorang perempuan menghadapi hidup? Menurut Shehzil Malik, untuk pertanyaan ini tidak ada jawaban. Setelah ia beberapa kali mengalami pelecehan seksual di sebuah tempat parkir umum, ia membuat lukisan ini untuk mengolah pengalamannya. "Sebagai perempuan, orang tidak bisa begitu saja menjelaskan secara rasional dan melupakan, apa yang terjadi di luar", demikian dikatakan Malik.
Foto: Shehzil Malik
Perempuan di Mata Publik II
Malik merasa kenyataan bahwa perempuan tidak punya hak-hak sama, terutama di Pakistan, tidak adil. "Kita hanya hidup sekali saja, itu terlalu singkat." Dan dunia terlalu indah, untuk tidak dinikmati, demikian pendapatnya. "Saya ingin menikmati hari-hari di luar, di bawah matahari."
Foto: Shehzil Malik
Coklat Yang Cantik
Banyak perempuan Pakistan menganggap warna kulit yang gelap tidak cantik. Ketika remaja, Shehzil menderita akibat tidak percaya diri, karena membandingkan diri dengan orang lain yang berkulit terang. Ia menggunakan krem kulit yang mengandung zat berbahaya. Baru ketika di universitas dan bertemu perempuan dari banyak negara, ia sadar, kecantikan tidak tergantung warna kulit.
Foto: Shehzil Malik
Wonder Woman
Karya seni yang menampilkan gambaran siapa kita, atau seperti apa kita ingin berkembang, mengubah cara pandang kita atas diri sendiri. Malik berpendapat, ia kemungkinan sudah memahami potensinya sejak dulu, jika punya panutan perempuan berkulit gelap. "Jika orang tidak punya jagoan perempuan berkulit gelap, bagaimana orang tahu bahwa ada perempuan seperti itu?"
Foto: Shehzil Malik
Pengendara Sepeda Motor Berjilbab
Sumber inspirasi bagi lukisan ini adalah seorang perempuan tetangganya, yang baru belajar mengendarai sepeda motor. Gambar ini ia perbesar hingga berukuran 3,5 meter dan ditempatkan pada sebuah tembok di Lahore. "Saya ingin tahu reaksi orang. Tapi baru sehari lewat, gambar itu sudah hilang", kata Malik. "Itu menyulut pertanyaan baru tentang gambaran perempuan dan seni jalanan di Pakistan."
Foto: Shehzil Malik
Perempuan Penggemar Buku
Ini salah satu karya kesayangan Malik. Ini gambaran adik perempuannya, yang baginya jadi sumber ilmu pengetahuan, inspirasi dan sikap bersahabat. "Karya ini saya peruntukkan bagi perempuan yang gemar membaca dan memperdalam diri dalam ilmu pengetahuan, dan mengajar kita untuk jadi lebih baik."
Foto: Shehzil Malik
Wadah Proyeksi Pandangan Politik
"Walaupun tidak perlu, tubuh kami jadi pernyataan politik", keluh Malik. Karya ini dibuatnya, setelah di Perancis ditetapkan larangan mengenakan Burkini. "Jika saya menatap teman saya, yang mengenakan hijab, saya melihat seorang perempuan yang percaya diri, dan sepenuhnya menyadari keputusannya, tetapi menerima pandangan saya, yang bertentangan, dengan sikap terbuka."
Foto: Shehzil Malik
Step Out!
Setelah menyelesaikan gambar-gambarnya tentang perempuan di mata publik, ia memulai proyek berjudul "Step Out!" (melangkah ke luar). Isinya lukisan dan foto perempuan yang menunjukkan kepercayaan diri di kota tempat tinggalnya. Untuk foto ini, berpose model asal Pakistan Eman Suleman. Penulis: Farhad Mirza (ml/hp)
Foto: Natasha Zubair
8 foto1 | 8
Saya pikir segalanya akan lebih mudah bagi saya jika saya mendapat dukungan dari keluarga saya. Saya ingin menyampaikan pesan kepada semua orangtua: Jangan pernah memungkiri anak-anak Anda bahkan jika mereka adalah transgender. Cintai mereka, didik mereka dan dukung mereka. Jika Anda menerimanya, masyarakat akan menerima mereka juga dan mereka akan berkontribusi pada kemajuan bangsa.
Anak-anak transgender biasanya akan terjun bekerja di industri hiburan. Mereka harus bekerja sebagai penari atau bahkan sebagai pelacur karena "dibuang" oleh keluarga mereka.
Apakah Anda berpikir bahwa sebagai pembaca berita televisi Anda akan dapat membantu komunitas Anda?
Saya optimis. Kami akan berjuang sampai mendapatkan hak-hak mendasar kami. Saya berharap bahwa pilihan saya akan memotivasi transgender lain untuk bekerja keras. Komunitas transgender di Pakistan harus bersatu untuk hak-hak mereka.
Wawancara dilakukan oleh koresponden DW Shah Meer Baloch di Islamabad.
Petarung Transgender Thailand Mencari Pengakuan
Meski diterima luas, kehidupan transgender di Thailand bukan tanpa diskriminasi. Kondisi tersebut memacu petarung Muay Thai untuk berjuang mencari pengakuan setelah berganti kelamin.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Bukan Atlit Biasa
Dibalut tank top berwarna ungu dan celana pendek, bulir keringat mengalir pada wajah Nong Rose Baan Charoensuk yang dihias lipstik merah. Rose bukan sembarang atlit Muaythai. Ia adalah salah satu yang terbaik. "Dia bertarung seperti laki-laki karena dia memang laki-laki," tutur Karum Kaemlam, atlit Muay Thai pria yang menjadi rival Rose di atas ring.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Terbebas Dari Penjara Gender
Kemenangan atas Kaemlam merupakan kesuksesan kedua Rose di atas ring tinju setelah menjadi atlit Muay Thai transgender pertama yang bertarung di Stadion Rajadamnern di Bangkok. "Menjadi perempuan transgender bukan berarti kami lemah," kata Rose setelah pertarungan keduanya itu. "Kami bisa menjadi sukses juga."
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Setara Dengan Pria
Di kota asalnya keberadaan Rose mengusik petarung laki-laki. "Mereka biasanya bilang tidak ingin bertarung dengan gay karena akan malu kalau mereka menang atau kalah," ujarnya. "Saya masih menerima hinaan semacam itu. Tapi saya tidak peduli lagi." Meski Thailand dikenal ramah terhadap kaum LGBTQ, mereka masih mengeluh diperlakukan layaknya warga kelas dua.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Perempuan Sejak Dini
Perempuan 21 tahun itu mulai menjajal kerasnya dunia Muay Thai pada usia delapan tahun. Rose mengatakan ia sudah menyadari dirinya perempuan sejak dini dan mulai merias wajah atau mengenakan pakaian dalam sport buat perempuan ketika bertarung.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Diterima Tapi Tidak Diakui
Pasalnya kendati sering tampil di televisi, kontes kecantikan atau bekerja di salon dan studio kosmetik, perempuan Transgender Thailand tidak boleh mengganti keterangan jenis kelamin di surat identitas. Padahal 2015 silam Thailand telah memberlakukan Undang-undang Anti Diskriminasi yang ditujukan melindungi kaum minoritas seperti LGBTQ.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Inspirasi Dari Pendahulu
Rose bukan petarung Muay Thai transgender pertama Thailand. Status tersebut disandang oleh Parinya Charoenphol yang kini mengelola sasana tinjunya sendiri. Kisah Charoenphol menginspirasi pembuatan sebuah film berjudul "Beautiful Boxer" 2004 silam. Rose berharap suatu saat bisa menjalani hidup layaknya Charoenphol dan memiliki usaha sendiri.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Tegar Melawan Diskriminasi
Setelah lebih dari 300 pertarungan dengan 150 kemenangan, Rose kini ingin menjadi duta Muay Thai di seluruh dunia. Ia mengimbau petarung transgender di kawasan pinggiran atau pedesaan untuk bersikap tegar dan tidak terpengaruh pada diskriminasi yang mengakar di masyarakat. "Mereka harus jatuh dulu dan bangkit kembali. Setelahnya garis finish tidak akan jauh lagi."