1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Trump Berusaha Hentikan Penerbitan Buku John Bolton

19 Juni 2020

Belum terbit, buku mantan penasehat Gedung Putih John Bolton sudah membuat heboh. Pemerintahan Donald Trump berusaha melarang penerbitannya dengan alasan buku itu mengancam “keamanan nasional.”

John Bolton
Foto: picture-alliance/AP Photo/C. Owen

Sekalipun buku John Bolton baru akan terbit minggu depan, tetapi beberapa petikannya sudah muncul di media. John Bolton sendiri, mantan penasehat Donald Trump yang dipecat lewat Twitter, sudah memberikan wawancara kepada media untuk mempromosikan bukunya.

"Saya tidak berpikir dia cocok untuk jabatan itu. Saya tidak berpikir dia memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan itu," kata John Bolton (foto artikel) kepada siaran ABC News. Dia juga menyebut Donald Trump "tidak punya pengetahuan dalam banyak hal”.

Cover buku John Bolton yang diterbitkan oleh penerbit Simon & SchusterFoto: Simon & Schuster

Pemerintah AS sekarang berusaha keras menghentikan penerbitannya lewat pengadilan, dengan alasan bahwa buku John Bolton mengandung "rahasia negara” yang bisa mengancam "keamanan nasional”. 

Dalam bukunya yang berjudul "The Room Where it Happened – A White House Memoir", John Bolton antara lain mengatakan bahwa Presiden Trump dalam suatu pertemuan secara langsung meminta Presiden Cina, Xi Jinping, untuk membantunya memenangkan lagi pemilihan presiden di AS. Trump mengatakan kepada Xi pentingnya Cina membeli lebih banyak produk pertanian dari AS, untuk merebut simpati para petani AS dalam pemilu presiden mendatang.

Menlu AS: John Bolton "pengkhianat”

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo hari Kamis malam (18/6) menyerang Bolton dalam sebuah pernyataan dan menyebutnya seorang "pengkhianat”.

"Sangat menyedihkan dan berbahaya bahwa peran publik terakhir John Bolton adalah pengkhianat yang merusak Amerika dengan melanggar kepercayaan sakralnya dengan rakyatnya," kata Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan yang disebarkan dengan judul "Saya juga berada di ruangan itu”.

Menlu AS Mike PompeoFoto: picture-alliance/AP Photo/A. Harnik

"John Bolton menyebarkan sejumlah kebohongan, setengah kebenaran yang diputarbalik, dan kepalsuan yang nyata," kata Mike Pompeo. Dia sendiri mengaku belum membaca manuskrip buku John  Bolton, tetapi mengikuti pemberitaan tentang buku itu.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump menyebut John Bolton seperti seekor "anak anjing yang sakit" dan mengatakan bukunya hanyalah buku "fiksi". Trump menuntut pihak penerbit agar menunda penerbitan buku itu, sampai ada keputusan pengadilan tentang isinya.

Gugatan ke pengadilan

Buku John Bolton setebal hampir 600 halaman itu rencananya akan mulai dipasarkan tanggal 23 Juni. Pemerintahan Trump sudah mengajukan gugatan hari Selasa (16/9) di sebuah pengadilan di Washington untuk menghentikan penerbitannya, sampai pemerintah AS memeriksa lebih dulu seluruh isinya.

Penerbit buku itu, Simon & Schuster, mengeritik gugatan ke pengadilan dan mengatakan pemerintah AS sedang berusaha membungkam informasi-informasi yang tidak menyenangkan kubu mereka. Simon & Schuster menyebut gugatan ke pengadilan tersebut "sembrono dan bermotivasi politik" dan menyatakan yakin gugatan itu akan gagal.

John Bolton menjabat sebagai penasehat kepresidenan Donald Trump dari April 2018 sampai September 2019 dan dikenal sebagai politisi konservatif garis keras. Namun dia dipecat Donald Trump lewat Twitter, setelah mereka berselisih paham tentang kebijakan Trump terhadap Korea Utara dan pemimpinnya, Kim Jong Un.

hp/rzn (rtr, afp, ap)