Presiden Biden Kucurkan Rp 3,4 T untuk Pengungsi Palestina
8 April 2021
Pemerintahan Biden akan memberikan bantuan $ 235 juta (Rp 3,4 triliun) untuk pengungsi Palestina. Dana ini dipotong di masa Presiden Trump. Namun, pemerintah Israel mengaku kecewa atas langkah AS tersebut.
Iklan
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada hari Rabu (07/04) menjanjikan bantuan sebesar $ 235 juta (Rp 3,4 triliun) kepada Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) untuk pengungsi Palestina.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan, dana tersebut untuk membantu para pengungsi Palestina yang sangat membutuhkan pertolongan, mendorong perkembangan ekonomi, mendukung perdamaian Israel-Palestina, serta melanjutkan koordinasi keamanan dan stabilitas.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan, pihaknya akan menyumbang $ 150 juta (Rp 2,1 triliun) untuk badan PBB dan memberikan tambahan $ 75 juta (Rp 1 triliun) untuk membantu perekonomian dan pembangunan di Tepi Barat dan Gaza, serta lebih dari $ 10 juta (Rp 145,8 miliar) untuk upaya perdamaian.
Foto Kontras Duka dan Tawa Antara Gaza dan Israel
Ketika Israel merayakan 70 tahun kemerdekaan dan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem, penduduk di Jalur Gaza menghadapi kematian di ujung laras senapan.
Foto: Reuters/M. Salem
Amarah Menjelang Nakba
Sebanyak 60 demonstran tewas saat mengikuti aksi protes terhadap pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem. Penduduk di Jalur Gaza menyantroni perbatasan untuk menolak kebijakan Presiden Donald Trump yang mengubur klaim Palestina atas Yerusalem. Pemindahan tersebut bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendirian negara Israel yang sekaligus menandakan hari pengusiran buat Palestina
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Goretan Trump di Yerusalem
Ketika korban pertama di Jalur Gaza mulai berjatuhan, penasehat senior Gedung Putih Ivanka Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin meresmikan gedung baru kedutaan AS di Yerusalem. Acara yang dihadiri oleh pejabat tinggi Israel dan sejumlah negara lain itu berlangsung hangat dan meriah.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Termakan Jebakan Hamas?
Israel menuding organisasi teror Hamas sengaja menjebak warga untuk mendorong bentrokan yang menelan korban jiwa. Di antara korban tewas terdapat seorang bocah perempuan meregang nyawa usai terpapar gas air mata. Bentrokan di perbatasan menyisakan lebih dari 2.700 korban luka. Organisasi Palang Merah mengkhawatirkan kapasitas rumah sakit di Gaza tidak mencukupi.
Foto: Reuters/M. Salem
Pesta dan Elegi Seputar Yerusalem
Ketika warga Palestina meratapi Yerusalem, kelompok geng kendaraan bermotor di Israel merayakan pengakuan Amerika Serikat atas ibukotanya tersebut. Status Yerusalem yang sejak lama bermasalah diklaim sebagai ibukota abadi oleh penganut kedua agama. Bahkan Arab Saudi yang notabene sekutu AS di kawasan mengritik kebijakan Trump memindahkan kedutaan besar Amerika.
Foto: Reuters/A. Awad
Hari Paling Berdarah
Aksi demonstrasi pada hari Senin (14/5) di Gaza merupakan hari tunggal paling berdarah sejak perang Israel dan Hamas pada 2014 lalu. Dari 2.700 korban luka, lebih dari 1.300 terkena peluru dan 130 berada dalam kondisi kritis. Termasuk korban yang tewas adalah delapan anak di bawah umur, klaim Kementerian Kesehatan Palestina.
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Bertabur Puji dan Sanjungan
Selama acara pembukaan kedutaan AS, perwakilan kedua negara saling melemparkan sanjungan dan pujian. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu misalnya menilai langkah presiden Trump sebagai sebuah "keberanian." Sementara menantu Trump, Jared Kushner, mengatakan suatu saat umat manusia akan membaca sejarah ini dan mengakui, "perdamaian diawali dengan keputusan Amerika menerima kebenaran."
Foto: Reuters/R. Zvulun
Menyambut Hari Kematian
Sejak aksi demonstrasi menyambut hari Nakba dimulai 30 Maret lalu, setidaknya 97 penduduk Palestina dinyatakan tewas, termasuk 12 anak-anak. Sementara angka korban luka bahkan melebihi jumlah korban pasca operasi militer Israel selama 51 hari di Gaza pada 2014, yakni 12.271 orang berbanding 11.231 orang. Situasi ini menyisakan ketegangan diplomasi antara Israel dan sejumlah negara lain.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com/A. Amra
Kisruh Diplomasi
Sebagai reaksi - Turki dan Afrika Selatan menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Sementara Uni Eropa, Jerman, Perancis dan PBB menyesalkan penggunaan kekerasan oleh militer. Adapun pemerintah Irlandia memanggil duta besar Israel untuk dimintai keterangan. Dari semua negara hanya Amerika Serikat dan Australia yang mengutuk Hamas atas jatuhnya korban jiwa di Jalur Gaza. (rzn/vlz - rtr,ap,afp)
Foto: picture-alliance/Zuma/N. Alon
8 foto1 | 8
UNRWA memberikan bantuan kepada sekitar 5,7 juta pengungsi Palestina yang terdaftar di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan di seluruh Timur Tengah. Secara historis, UNRWA memang mengandalkan AS sebagai donor utamanya. Namun, saat pemerintahan Trump, AS menghentikan dana bantuan pada tahun 2018.
Israel kecewa atas langkah AS
Pemerintah Israel sempat menahan diri untuk tidak mengkritik tindakan Presiden Biden, tetapi ketika pemberian bantuan itu disahkan, mereka menyambutnya dengan kemarahan.
Iklan
"Saya menyatakan kekecewaan dan keberatan atas keputusan memperbarui pendanaan UNRWA tanpa terlebih dahulu memastikan bahwa reformasi tertentu, termasuk menghentikan hasutan dan menghapus konten anti-Semit dari kurikulum pendidikan Palestina dilakukan,” kata Gilad Erdan, Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat juga mengungkapkan kekecewaan pemerintah Israel. "Tindakan UNRWA justru melanggengkan konflik daripada membantu menyelesaikannya."
Reaksi Palestina, PBB, dan komunitas global
"Kami sangat menunggu momen ini, tidak hanya bantuan keuangan, tetapi juga hubungan politik dengan Amerika Serikat yang memungkinkan rakyat Palestina mencapai hak mereka yang sah sebagai sebuah negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibukotanya," kata Mohammed Shtayyeh, Perdana Menteri Palestina.
"Ada sejumlah negara berusaha mengurangi atau menghentikan kontribusi kepada UNRWA," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan. "Kami berharap keputusan Amerika akan membuat negara lain bergabung kembali."
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan, bantuan yang dijanjikan demi "melayani kepentingan dan nilai penting AS" sebagai "cara untuk maju menuju solusi dua negara yang dinegosiasikan."
Selain itu, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas juga memuji dukungan baru Washington untuk UNRWA. "Karena tantangan semakin berat di saat pandemi, maka pengumuman pemerintah AS datang di saat yang tepat bagi mereka yang terkena dampak di kawasan itu,” kata Maas dalam sebuah pernyataan.