1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Baru Libanon Terpilih

26 Mei 2008

Setelah kebuntuan selama enam bulan, Michel Suleiman, akhirnya diputuskan untuk menggantikan Emil Lahoud, menjadi presiden Libanon.

Presiden Michel SuleimanFoto: DW

Upaya memilih presiden baru di Libanon sebelumnya berulangkali mengalami kegagalan.Harian-harian internasional menyoroti tema ini dalam tajuknya:

Harian Italia yang terbit di Milan „Corriere dela Sera“ menulis:

Hasil pemilihan presiden di Libanon bukan suatu kejutan. Karena sebenarnya pemimpin militer Libanon Jendral Michel Suleiman sudah sejak enam bulan lalu diisyaratkan bakal menduduki jabatan presiden. Kemudian di hari-hari belakangan kesepakatan diambil antara pemerintah pro barat dengan oposisi Hisbulah yang didukung Suriah dan Iran. Kompromi ini membuat orang menarik nafas lega. Padahal beberapa minggu lalu, negeri ini nyaris terlibat lagi perang saudara. Karena milisi Hisbullah menguasai ibukota Beirut dan menebarkan ketakutan.

Sementara itu harian Italia lainnya La Stampa yang terbit di Turin menulis:

Michel Suleiman yang terpilih sebagai presiden Libanon merupakan “Presiden Hasil Konsensus”. Dalam krisis yang mengancam terjadinya perang saudara di Libanon, terjadi transformasi kepemimpinan dari militer ke politik yang cukup berhasil dalam mengatasi kekisruhan di Libanon. Rakyat Libanon berdarah panas dan masih banyak senjata yang tersebar. Inilah yang menimbulkan hal buruk. Pemilihan Ini juga memiliki dampak bahwa Libanon telah kehilangan inti dari demokrasi.

Mengenai terpilihnya panglima militer Libanon Michel Suleiman sebagai presiden, harian Luxemburg Wort mengomentari :

Setelah terganjal selama enam bulan, akhirnya Libanon berhasil memiliki presiden baru. Pemilihan ini sendiri bukan suatu kesuksesan. Secara personal, eks jendral memiliki figur pemersatu dan dapat merukunkan perang saudara. Tetapi jangan terlalu cepat optimistis. Tanpa bantuan negara-negara Timur Tengah dan Swiss sebagai penengah krisis politik yang berat di Libanon akan sulit terpecahkan. Di negara ini terdapat berbagai kepercayaan dan aliran, Kristen, Suni, Syiah, dan lain-lainnya yang memainkan peran tidak seperti situasi di negara tetangga lainnya seperti Suriah, Iran dan Israel. Pemilihan Michel Suleiman baru merupakan langkah pertama untuk menyelesaikan sengketa di negeri ini walaupun merupakan secercah harapan baru.

Harian Prancis Le Figaro dalam komentarnya menulis:

“Terpilihnya Michel Sulaeman sebagai pemimpin tertinggi negara di Libanon merupakan optimisme baru. Terutama bila mengacu pada pemimpin Libanon sebelumnya Emil Lahoud yang hanyalah merupakan boneka Suriah. Penyelesaian masalah instutusi negara ini, menunjukkan kemunculan kembali bagi rakyat Libanon yang hampir jatuh karena konflik saudara.(ap)