1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

200508 Taiwan Ma Ying-jeou

20 Mei 2008

Presiden baru Taiwan Ma Ying-jeou mengupayakan pendekatan baru terhadap Cina. Saat diambil sumpahnya Selasa di Taipeh, Ma mengatakan, ia ingin mencapai perdamaian dan stabilitas dalam hubungan dengan Cina daratan.

Presiden Ma Ying-jeou (no. 2 dari kiri) dan Ibu Negara Chow Mei-ching (kiri), seusai upacara pelantikan.Foto: AP

Pengambilan sumpah Ma Ying-jeou diikuti seksama oleh rakyat Taiwan. Alice Liu termasuk salah satunya.

Alice Liu mengatakan, "Harapan saya terhadap dia cukup besar, bahwa dia akan melakukan sesuatu bagi perekonomian kami. Menyangkut hubungan dengan Cina, seharusnya semua upaya dikonsentrasikan ke sektor ekonomi. Saya harap, hubungan kedua pihak akan semakin harmonis. "

Ma Ying-jeou diambil sumpahnya hari Selasa (20/05), pukul 9 pagi waktu setempat. Ia menang mutlak dalam pemilihan Presiden akhir Maret lalu. Kemenangannya terutama karena janjinya untuk menghidupkan kembali perekonomian pulau kecil itu. Taiwan hidup dari perdagangan dan Cina adalah negara tujuan ekspor terbesar, juga pengimpor nomor dua terbesar, sekalipun lebih dari 1000 rudal dari daratan Cina diarahkan ke Taiwan.

Republik Rakyat Cina memandang Taiwan sebagai bagian tak terpisahnya dari teritorialnya. Upaya Presiden Taiwan sebelumnya, Chen Sui-bian, untuk mendapat pengakuan internasional lebih besar sebagai sebuah negara yang berdaulat, mendapat kecaman keras dari Beijing.

Dalam pidato pengangkatannya, Ma Ying-jeou menyebutkan, "Kita akan memperkuat hubungan bilateral dengan AS, sekutu pertahanan dan mitra dagang terkemuka kita. Kita akan meninjau anggaran belanja untuk pertahanan dan membeli sistem senjata yang sangat dibutuhkan, untuk membangun angkatan bersenjata yang kuat. Di pihak lain kita wajib menjaga stabilitas nasional dan perdamaian di Selat Taiwan."

Rekonsiliasi dengan Cina sudah didengungkan Ma Ying-jeou sejak masa kampanye. Sebelum diangkat resmi sebagai presiden, ia mengirim wakilnya Vincent Siew ke sebuah pertemuan ekonomi di Cina, dimana ia melakukan pembicaraan singkat dengan presiden Hu Jintao. Pertemuan pertama pemimpin negara Cina dan Taiwan sejak April 2005.

Ma Ying-jeou menyebut target pertamanya adalah agar berlangsungnya penerbangan carter langsung antara Cina dan Taiwan. Untuk itu, Senin pekan depan, sebuah delegasi besar yang dipimpin Ketua Partai Kuomintang Wu Po-hsiung akan bertolak ke Beijing, juga untuk bertemu Presiden Hu Jintao.

Bahwa iklim antara Cina dan Taiwan membaik secara nyata sejak terpilihnya Ma Ying- jeou sebagai presiden, juga bisa dilihat dari fakta bahwa Cina mengijinkan tim Palang Merah Taiwan memasuki daerah yang rusak parah akibat gempa bumi dan ikut mencari korban yang selamat. (rp)