Presiden Baru Taiwan Menjabat saat Ancaman Cina Meningkat
20 Mei 2024
Walau Presiden baru Taiwan Lai Ching-te menyerukan upaya perdamaian di kedua sisi Selat Taiwan, Cina tetap memandang dia sebagai “separatis berbahaya”.
Iklan
Presiden baru Taiwan, Lai Ching-te, mulai memangku jabatannya Senin (20/05) di tengah meningkatnya ketegangan negaranya dengan Cina dan parlemen Taiwan yang terpecah.
Lai dan wakil presiden terpilih Hsiao Bi-khim mengambil sumpah jabatan di Kantor Kepresidenan, Taipei. Acara pelatikan itu dihadiri oleh delegasi internasional dari Amerika Serikat (AS), Jepang, Kanada, dan lain-lain.
Dalam pidato pelatikannya, Lai diagendakan akan mengungkapkan niat baiknya kepada Cina, dengan menyerukan agar kedua belah pihak di Selat Taiwan dapat mengupayakan perdamaian, ungkap seorang pejabat senior kepada kantor berita Reuters.
Cina justru memandang Lai, 64 tahun, sebagai "separatis berbahaya” yang akan membawa "perang dan kemunduran” ke pulau itu.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Lai yang pernah menyebut dirinya sebagai "pekerja pragmatis untuk kemerdekaan Taiwan”, sejak saat itu melunakkan retorikanya, dan berjanji untuk mempertahankan "status quo” di Selat Taiwan, yang diartikan menjaga kedaulatan Taiwan tanpa mendeklarasikan kemerdekaan secara formal.
Beijing telah menolak upaya Lai untuk berdialog dan justru meningkatkan aktivitas militer di dekat Taiwan sejak Lai menang dalam pemilu Taiwan.
Cina menganggap Taiwan yang demokratis sebagai wilayah kedaulatannya, dan menyatakan penggunaan kekuatan militer demi membawa pulau itu di bawah kendali Beijing, tidak akan pernah berhenti.
Menjelang pelantikan Lai, Kantor Urusan Taiwan di Beijing, menggambarkan "kemerdekaan Taiwan dan perdamaian di selat” itu sebagai "air dan api”.
Tantangan bagi kepemimpinan baru
Lai dan Hsiao merupakan bagian dari Partai Progresif Demokratik (DPP), yang sangat gigih memperjuangkan kedaulatan Taiwan.
Presiden Lai mengatakan, Taiwan mampu melanjutkan kebijakan presiden sebelumnya, Tsai dengan meningkatkan anggaran belanja pertahanan dan memperkuat hubungan dengan negara-negara demokratis lainnya, terutama AS, mitra sekaligus pemasok utama senjata.
Di dalam negeri, partai ini menghadapi berbagai tantangan setelah meraih suara mayoritas di parlemen pada Januari lalu. Perkelahian di antara para anggota parlemen bahkan terjadi pada Jumat (17/05) terkait bahasan reformasi parlemen yang didorong oleh oposisi.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Cina jatuhkan sanksi pada perusahaan pertahanan AS
Sementara itu, Cina menjatuhkan sanksi pada tiga perusahaan pertahanan AS karena dugaan penjualan senjata ke Taiwan, lapor kantor berita pemerintah Xinhua, Senin (20/05).
Perusahaan-perusahaan tersebut, adalah General Atomics Aeronautical Systems, General Dynamics Land Systems, dan Boeing Defense, Space & Security. Ketiga perusahaan itu kini dilarang melakukan bisnis "impor dan ekspor” di Cina.