Presiden Biden Rintis Jalan Kembalikan AS ke Normalitas
28 April 2021
Presiden AS Joe Biden habiskan 100 hari pertama di Gedung Putih dengan meminta warga untuk tinggal di rumah dan memakai masker. Tugasnya 100 hari ke depan adalah merintis jalan ke normalitas.
Iklan
Saat mulai menjabat, Presiden Amerika Serikat Joe Biden bergerak cepat mengatasi masalah pasokan vaksin dan meningkatkan kemampuan negara itu mengatasi wabah corona. Tetapi mengakhiri pandemi corona ternyata butuh lebih dari sekadar pemberian suntikan vaksin. Bangsa itu perlu rencana solid untuk keluar dari tahun-tahun yang dipenuhi isolasi, disrupsi, dan ketidakjelasan.
Biden telah membawa bangsanya ke dalam kebijakan perang melawan virus yang menginfeksi hampir 200.000 orang Amerika pada Januari 2021 dan menewaskan sekitar 3.000 orang per harinya. Hingga saat ini sekitar 43% orang Amerika telah menerima setidaknya satu kali suntikan vaksin COVID-19. Angka kematian juga sudah turun hingga kurang dari 700 per hari dan rata-rata kasus infeksi harian di bawah 60.000.
Namun pejabat AS bersikeras bahwa masih banyak yang harus ditempuh sebelum negara itu dapat sepenuhnya melepas masker dan bernapas lega.
"Hampir kembali ke normal"
Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit menular di AS (CDC) pada Selasa (27/04) rencananya akan merilis panduan baru tentang pemakaian masker di luar ruangan untuk individu yang tidak divaksinasi, menjelang rencana pidato Biden tentang respons pandemi.
Para pejabat mengatakan bahwa dalam beberapa minggu mendatang yang akan menjadi fokus adalah mengurangi pembatasan bagi orang yang telah divaksinasi. Ini juga termasuk pengakuan bahwa mereka tergolong dalam kategori risiko rendah dan untuk memberikan insentif agar orang mau divaksinasi.
"Kami senang dengan kemajuan yang telah kami buat, dan peluang di hadapan kami, dan karena program vaksinasi yang kami bangun lebih jauh daripada yang diperkirakan semua orang," kata koordinator COVID-19 Gedung Putih Jeff Zients dalam sebuah wawancara pada hari Senin (26/04). "Itu artinya kita hampir kembali normal."
Hidup di Era Pandemi COVID-19
Lebih dari setahun yang lalu, virus corona mulai menyebar ke seluruh dunia dan telah menginfeksi lebih dari 100 juta orang. Wabah ini mengubah hidup kita.
Foto: Flaming Lips/Warner Music/REUTERS
Jaga jarak fisik
Singapura telah mencatat tingkat infeksi virus corona terendah sejak Oktober 2020. Para pengamat memuji negara itu karena memantau warganya secara ketat, salah satunya dengan menggunakan aplikasi pelacakan. Menurunnya infeksi membuat pemerintah mengizinkan penduduk setempat mengunjungi bioskop di area terbuka - asalkan menjaga jarak secara fisik.
Foto: Edgar Su/REUTERS
Kecemasan tersebar luas di Afrika Selatan
Afrika Selatan adalah negara di Afrika yang paling parah terdampak pandemi COVID-19. Pasien di rumah sakit dekat Cape Town ini adalah satu dari 1,4 juta warga yang telah terinfeksi virus corona. Varian baru yang dikenal sebagai B.1.351 atau 501Y.V2, meningkatkan kecemasan warga. Sama seperti varian Inggris, mutasi Afrika Selatan ini dianggap sangat menular.
Foto: Rodger Bosch/AFP/Getty Images
Jaga jarak sosial sambil menikmati matahari
Dengan suhu musim panas yang membumbung tinggi, banyak orang Australia menikmati berenang di laut. Tanda-tanda peringatan telah dipasang untuk mengingatkan pengunjung menjaga jarak sambil menikmati matahari, demi mencegah lonjakan infeksi baru. Jumlah kasus di Australia turun drastis sejak September lalu.
Foto: Bai Xuefei/Xinhua/imago images
Duka yang ditinggalkan
Kelvia Andrea Goncalves menangis di makam ibunya di kota Manaus, Brasil. Andrea dos Reis Brasao meninggal pada usia 39 tahun akibat COVID-19. Banyak orang menyalahkan Presiden Jair Bolsonaro atas situasi suram negara itu. Lebih dari 221.000 warga Brasil telah meninggal akibat virus corona.
Foto: Bruno Kelly/REUTERS
Lebih baik aman daripada menyesal?
Di Hong Kong, pihak berwenang telah menutup seluruh wilayah tanpa peringatan sebelumnya, sebagai respon atas peningkatan infeksi yang tiba-tiba. Sama seperti di Cina, kota itu telah memberlakukan tindakan tegas untuk mencegah penyebaran wabah. Kebijakan tersebut berhasil membuat tingkat infeksi sangat rendah.
Foto: Tyrone Siu/REUTERS
Aman di dalam 'gelembung'
Band rock asal AS, The Flaming Lips menemukan cara untuk menggelar konser dengan tetap memperhatikan jaga jarak fisik. Belum lama ini saat mereka konser di Oklahoma, penonton diminta untuk masuk ke dalam bola plastik besar. Dengan cara ini, mereka dapat menari menikmati musik dengan aman. Bahkan penonton juga bisa mengangkat tubuh Wayne Coyne saat dia terjun dari panggung.
Foto: Flaming Lips/Warner Music/REUTERS
Gereja jadi pusat vaksinasi
Banyaknya gereja yang tutup, kini dimanfaatkan sebagai pusat vaksinasi darurat seperti di Katedral Lichfield, dekat Birmingham, Inggris. Tidak seperti negara anggota Uni Eropa yang saat ini menghadapi kekurangan vaksin COVID-19, Inggris telah menerima pasokan dosis yang stabil.
Foto: Carl Recine/REUTERS
Banyak orang berharap pandemi segera berakhir
Amy Ezzat menyiapkan kue berbentuk dosis vaksin untuk dibagikan kepada pasien COVID-19 di sebuah rumah sakit di Kairo. Mesir telah berjuang melaksanakan kampanye inokulasi di seluruh negeri. Penulis: Ines Eisele (ha/pkp)
Foto: Hanaa Habib/REUTERS
8 foto1 | 8
Pada Hari Inaugurasi, gagasan tentang pasokan vaksin virus corona masih tampak di luar jangkauan. Hanya kelompok prioritas yang memenuhi syarat yang akan mendapatkan suntikan vaksin, namun "dosis ekstra" untuk semua orang diperlukan agar roda ekonomi bisa berputar. Tapi kini di banyak tempat bahkan terdapat kelebihan dosis vaksin dan pemerintahan Biden telah mendorong negara bagian dan mitra apotek tertentu untuk mengadakan area khusus vaksinasi tanpa harus membuat janji sebelumnya.
Bagikan insentif untuk dorong vaksinasi
Agar sebagian besar orang Amerika mau disuntik, Gedung Putih telah mengerahkan miliaran dolar untuk iklan yang mendorong vaksinasi, program komunitas untuk memberikan dosis ke wilayah yang paling sulit dijangkau, dan kredit pajak untuk mendorong perusahaan memberikan cuti berbayar kepada karyawannya agar mendapatkan vaksin.
Namun bahkan saat sudah lebih banyak orang Amerika mendapat vaksinasi, kata Zients, Gedung Putih belum melonggarkan peraturannya. "Saya pikir pendekatan yang sama yang telah melayani kami dengan baik pada 100 hari pertama akan juga membantu kami dengan baik dalam 100 hari berikutnya," tutur Zients.
Sampai saat ini Biden dan para penasihatnya telah bersikap berhati-hati, bahkan beberapa pihak menganggap terlalu berhati-hati. Para pejabat menyatakan keengganan untuk melonggarkan restriksi perjalanan bagi individu yang divaksinasi, bukan karena khawatir atas risikonya, tetapi mereka khawatir individu yang tidak divaksinasi akan ikut bepergian.
Iklan
Sebagian warga letih dengan lockdown
Bulan Maret lalu, Biden mengatakan bahwa orang-orang yang telah mendapatkan vaksinasi kemungkinan dapat bergabung dalam pertemuan kecil untuk liburan 4 Juli. Para penasihat Biden kemudian mengklarifikasi bahwa dia yakin pertemuan itu bisa terjadi tanpa mengenakan masker.
Namun bagi banyak orang pernyataan ini dipandang sebagai terlalu konservatif dibandingkan dengan apa yang sudah dilakukan banyak orang. Pernyataan ini juga dianggap mencerminkan ketidaktahuan tentang bagaimana menghidupkan kembali negara dimana sebagian warganya selama setahun belakangan telah hidup dalam hibernasi.
Potret Pandemi COVID-19 dalam Seni Jalanan Internasional
Pandemi virus corona telah berlangsung sejak tahun 2020. Dari Wuhan hingga Meksiko, DW merangkum potret pandemi yang ditampilkan dalam seni jalanan di berbagai negara.
Foto: Getty Images/AFP/P. Pardo
Wuhan, Cina
Pada awal tahun 2020, epidemi itu menyebar ke seluruh pelosok Wuhan di Cina. Kemudian pada 11 Maret, WHO secara resmi mengumumkan wabah COVID-19 sebagai pandemi. Seni jalanan di kota Wuhan ini menggambarkan dua perawat yang mengenakan alat pelindung diri lengkap saat melawan virus corona.
Foto: Getty Images
Italia
Wabah corona melanda Italia hingga menyebabkan seluruh ranjang perawatan di rumah sakit terisi penuh. Seluruh negeri terdampak, pariwisata juga ditutup. Lukisan mengenai pandemi tergambar dengan indah di Roma, menampilkan dua kekasih yang menaati protokol kesehatan.
Foto: Andreas Solaro/AFP/Getty Images
Jerman
Pada saat wabah corona merebak di Jerman, tisu toilet menjadi komoditas yang habis diborong warga hingga toko-toko harus membatasi pembelian. Karya seni di Berlin yang dibuat oleh Eme Freethinker ini menggambarkan sosok Gollum dari "Lord of the Rings" yang sedang melihat Tupai Scrat dari "Ice Age" mencuri gulungan tisu toilet.
Foto: Maja Hitij/Getty Images
Meksiko
Seniman grafiti di seluruh dunia mengidolakan para perawat yang telah berjuang melawan wabah COVID-19. Dalam lukisan karya seniman urban Applez di Meksiko, figurnya seorang petugas kesehatan memakai masker berlogo Superman.
Foto: Getty Images/AFP/P. Pardo
Australia
Gambar yang menghargai jasa petugas kesehatan terpampang di sebuah lokasi di Melbourne, Australia. Grafiti itu dilukis untuk memperingati Hari Perawat Internasional pada 12 Mei 2020, yang dirayakan untuk menghormati Florence Nightingale, pendiri keperawatan modern Inggris yang lahir pada tanggal yang sama, 200 tahun lalu.
Foto: AFP/W. West
Skotlandia
Seorang pejalan kaki melewati lukisan jalanan di Glasgow, Skotlandia. Inggris memberlakukan pembatasan alias lockdown ketat pada Desember 2020 setelah varian baru virus corona yang sekarang disebut sebagai "varian Inggris", mulai menyebar dengan cepat.
Foto: Andy Buchanan/AFP/Getty Images
Yunani
Karya seni ini berada di samping sebuah rumah sakit di Thessaloniki, Yunani, sebuah tempat untuk merawat bagi tenaga medis, ketika pertama kali 14 orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona SARS-Cov-2 pada musim panas 2020.
Foto: Sakis Mitrolidis/AFP/Getty Images
Senegal
Sejak tahun 2020, banyak dari kita yang mulai menerapkan tren pola hidup sehat. Anggota kelompok grafiti Senegal, RBS CREW melukisi dinding Universitas Cheikh Anta Diop di Dakar dengan grafiti yang menggambarkan seorang pria yang menekuk siku saat bersin, sebagai tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus COVID-19.
Foto: Getty Images/AFP/Seyllou
India
Seorang warga India yang memakai masker berjalan melewati grafiti Buddha yang juga mengenakan masker bedah biru serupa. Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, yang tinggal di India utara, mendapat dosis pertama vaksin virus corona pada 6 Maret lalu dan mengimbau orang-orang untuk melakukan hal yang sama.
Foto: Getty Images/AFP/I. Mukherjee
Irlandia
Sebuah mural yang dibuat seniman Emma Blake, meniru lukisan terkenal "We Can Do It!". Dalam perang melawan virus corona, pertempuran terjadi di seluruh rumah sakit di dunia, sama seperti yang digambarkan dalam lukisan di Dublin, Irlandia.
Foto: Reuters/J. Cairnduff
New York, AS
Ketika mantan Presiden AS Donald Trump menjabat, dia sempat meremehkan bahaya virus corona. Sebuah mural yang mengejek mantan presiden tersebut dilukis oleh seniman jalanan Pure Genius di New York.
Foto: Timothy A. Clary/AFP/ Getty Images
Belanda
Seorang gadis memegang hati yang berwarna bendera Belanda, dilukis sebagai tanda harapan bagi mereka yang menderita akibat virus corona. Pada bulan Januari dan Februari lalu, bentrokan pecah antara polisi anti huru hara dan penduduk Belanda yang marah karena diberlakukannya lockdown.
Foto: picture-alliance/AP Photo/P. Dejong
Kenya
Warga Nairobi terlihat berjalan melewati lukisan virus corona yang tampak bertampang kejam. Saat ini Kenya mendistribusikan vaksin AstraZeneca, sehingga menjadikannya negara Afrika Timur pertama yang melaksanakan program vaksinasi massal. (ha/as)
Foto: Getty Images/AFP/S. Maina
13 foto1 | 13
"Negara ini sudah bosan dengan lockdown," kata Robert Blendon, profesor kebijakan kesehatan dan analisis politik di Harvard. "Saya pikir ada ketegangan dalam pemerintahan," kata Blendon. "Siapa pun yang memerhatikan suasana hati publik akan tahu bahwa semakin tegas peta jalan yang Anda buat, semakin baik perasaan orang-orang di negara ini."
Penyebaran varian baru mutasi virus corona, penurunan permintaan vaksin, dan keinginan publik untuk kembali normal telah membuat pejabat Gedung Putih terjaga di malam hari.
"Ini seperti berpacu dengan waktu," kata Mark Schlesinger, profesor kebijakan kesehatan di Universitas Yale.
Dalam 100 hari ke depan Biden tampaknya akan mendorong semakin banyak perilaku seperti masa sebelum pandemi yang telah dia hindari selama setahun terakhir, sambil pada saat yang sama memantau sebaran varian baru dan kantong-kantong infeksi.
Sementara di bidang ekonomi, insentif dan stimulus dari badan federal dan permintaan yang selama ini tertunda diharapkan dapat merangsang pertumbuhan. Tetapi masa depan sektor-sektor utama ekonomi AS yang mempekerjakan jutaan orang, terutama di bidang travel dan perhotelan, akan bergantung pada bagaimana Biden mengelola negara itu keluar dari pandemi.
Bagi Biden, yang dipilih rakyatnya untuk mengakhiri pandemi, kebijakan yang ia ambil untuk bisa mengendalikan virus dengan tepat tidak dapat diabaikan. "Jika Presiden mampu mengembalikan orang-orang ke kehidupan normal, kelegaannya akan luar biasa," kata Blendon. "Dan dia akan mendapat pujian yang sangat besar."