1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Latin

Presiden Haiti Jovenel Moise Dibunuh di Rumahnya

8 Juli 2021

Dengan terbunuhnya Presiden Haiti Jovenel Moise, Plt Perdana Menteri Claude Joseph menyatakan 'keadaan pengepungan' dan menutup bandara internasional. Haiti melihat peningkatan kekerasan di jalanan usai pembunuhan.

Presiden Haiti Jovenel Moise
Presiden Haiti Jovenel Moise Foto: Dieu Nalio Chery/AP Images/picture alliance

Presiden Haiti, Jovenel Moise, berusia 53 tahun, tewas ditembak di kediaman pribadinya, demikian diumumkan oleh Plt Perdana Menteri Claude Joseph pada Rabu (07/07).

Pihak kediaman presiden mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan itu terjadi sekitar pukul 01:00 dini hari waktu setempat. Ibu negara Martine Moise juga terluka dan langsung dibawa ke rumah sakit.

Plt PM Claude Joseph yang sekarang memimpin negara itu, menyatakan keadaan pengepungan di Haiti dan menutup bandara internasional Port au Prince. 

Plt Perdana Menteri Claude Joseph sedang mengambil alih negara untuk sementaraFoto: Cem Ozdel/AA/picture alliance

Apa yang diketahui tentang pembunuhan Jovenel Moise?

Pembunuhan dilakukan oleh kelompok komando yang "terkoordinasi dengan baik" dengan "elemen asing," demikian dilaporkan kantor berita AFP, mengutip Plt Perdana Menteri Joseph.

Joseph turun tangan untuk mengisi kekosongan kekuasaan, meskipun ia akan digantikan pekan ini oleh Ariel Henry, seorang ahli bedah saraf.

"Presiden dibunuh di rumahnya oleh orang asing yang berbicara bahasa Inggris dan Spanyol," kata Joseph kepada AFP.

Dia menyebut pembunuhan itu sebagai "tindakan penuh kebencian, tidak manusiawi, dan barbar," dan menambahkan bahwa para pembunuh menggunakan "senjata kaliber tinggi."

Sebuah video bersumber dari pemerintah menunjukkan bahwa orang-orang bersenjata itu masuk ke rumah Moise dan mengaku sebagai agen Administasi Penegakan Narkoba AS (US Drug Enforcement Administration/DEA).

Namun, Duta Besar Haiti untuk AS Bocchit Edmond membantah bahwa "tidak mungkin mereka adalah agen DEA," dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Reuters.

Sementara itu, Ibu Negara Martine Moise yang sedang mendapat perawatan di rumah sakit, berada dalam "kondisi stabil tetapi kritis", kata Edmond. Upaya untuk menerbangkannya ke Miami, Florida, agar mendapat perawatan yang lebih baik menurutnya sedang dilakukan. 

Ibu Negara Haiti Martine Moise saat mendampingi presiden dalam upacara peringatan 215 tahun Pertempuran Vertieres di Port-au-Prince, Haiti, pada 18 November 2018Foto: Dieu Nalio Chery/AP Photo/picture alliance

Mengapa Haiti dalam krisis?

Jovenel Moise telah memerintah Haiti dengan populasi lebih dari 11 juta orang atas mandat dekrit, sejak pemilihan 2018 ditunda karena serangkaian perselisihan politik. Salah satu perselisihan itu adalah ketika masa jabatan Moise akan berakhir, dengan parlemen dibubarkan sebagai hasilnya.

Banyak orang di negara miskin itu memandang pemerintahan Moise tidak sah karena masa jabatannya secara hukum berakhir pada Februari 2021. Dia melewati tujuh perdana menteri dalam empat tahun dan menghadapi gerakan protes yang kuat.

Para pemimpin oposisi pun menuduh Moise haus kekuasaan. Dengan dua dekrit yang kontroversial, Moise telah membatasi kekuasaan pengadilan untuk melakukan audit atas kontrak pengadaan publik dan menciptakan sebuah badan intelijen yang hanya bertanggung jawab kepada presiden.

Haiti dijadwalkan mengadakan referendum konstitusional pada bulan September atas upaya Moise yang banyak dikritik untuk memperkuat cabang eksekutif. Pemilihan presiden, legislatif dan lokal juga akan diadakan pada bulan September.

Konstitusi saat ini menyatakan "setiap perundingan rakyat yang bertujuan untuk mengubah Konstitusi melalui referendum secara resmi dilarang." Itu ditulis pada tahun 1987 setelah jatuhnya kediktatoran Duvalier. 

Gerakan protes massal menuntut pengunduran diri MoiseFoto: Sabin Johnson/AA/picture alliance

Seperti apa situasi di lapangan saat ini?

Di Port-au-Prince pada Rabu (07/07), jalan-jalan terlihat sepi meskipun ada beberapa laporan tentang tembakan dan penjarahan yang terjadi di satu daerah. Usai pembunuhan tersebut, Haiti melihat peningkatan kekerasan dan penculikan dengan tujuan mendapat tebusan, sementara gangster dan polisi bersaing untuk menguasai jalan-jalan.

"Keadaan pengepungan" di Haiti berbeda dengan keadaan darurat, kata jurnalis Haiti Widlore Merancourt kepada DW.

Mengingat bahwa Perdana Menteri Joseph akan diganti dalam beberapa hari, "banyak politisi dan pemangku kepentingan mengatakan bahwa dia (Joseph) tidak memiliki wewenang untuk menyatakan apa yang telah dia putuskan," tambah Merancourt.

Sementara itu, mengomentari situasi keamanan yang goyah, Merancourt mengatakan bahwa 20 orang tewas pekan lalu oleh penyerang tak dikenal.

"Sebagian besar negara dikendalikan oleh gangster, ribuan orang mencari perlindungan untuk melarikan diri dari kekerasan gangster," lapornya. "Orang-orang ini menguasai beberapa jalan utama sementara polisi tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka memiliki lebih banyak senjata daripada polisi." 

Bagaimana reaksi negara lain?

"Kami siap membantu dan kami terus bekerja untuk Haiti yang aman dan terjamin," kata Presiden AS Joe Biden, yang menyebut pembunuhan itu "keji" dan menyebut situasi yang berkembang setelahnya "mengkhawatirkan."

Sekretaris pers Amerika Serikat Jen Psaki menambahkan bahwa pembunuhan itu "tragis" dan "mengerikan."

Presiden Republik Dominika yang bertetangga dengan Haiti, Luis Abinader, mengecam pembunuhan itu sebagai "serangan terhadap tatanan demokrasi Haiti dan kawasan itu." Pemerintahnya mengumumkan akan menutup perbatasannya dengan Haiti di pulau Hispaniola.

Presiden Kolombia Ivan Duque Marquez menyebut pembunuhan itu sebagai "tindakan pengecut" dan mengusulkan agar Organisasi Negara-negara Amerika mengirim misi ke Haiti untuk "menjamin tatanan demokrasi."

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mencuit bahwa dia "terkejut dan sedih dengan kematian Presiden Moise. Dia menyebut pembunuhan itu "menjijikkan" dan menyerukan ketenangan karena penjarahan dilaporkan di Haiti.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengimbau "persatuan politik" di Haiti untuk melewati "trauma yang mengerikan ini."

Sementara, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berharap Ibu Negara Haiti dapat "segera sembuh." Karena Haiti adalah salah satu dari sedikit negara yang mengakui Taiwan terpisah dari Cina, dia menambahkan bahwa negara kepulauannya berdiri "bersama dengan sekutu kami Haiti di masa sulit ini."

pkp/gtp (AFP, AP, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait