Presiden Iran Ebrahim Raisi hari Selasa (31/10) tiba di Afrika Selatan. Iran menganggap Afrika Selatan sebagai mitra strategis yang potensial dan sedang mengupayakan hubungan erat.
Iklan
Presiden Iran Ebrahim Raisi datang ke Afrika Selatan, ketika Teheran yang masih berada di bawah sanksi ekonomi berat AS berupaya memperdalam kemitraannya di seluruh benua Afrika. Sejak menjabat pada tahun 2021, Raisi telah menerapkan strategi untuk memperkuat pendekatan kebijakan luar negeri Iran.
Bulan Juli lalu, Ebrahim Raisi telah mengunjungi Kenya, Uganda dan Zimbabwe, yang menandai kunjungan pertama pemimpin Iran ke benua Afrika dalam lebih dari satu dekade. Di Kenya, ia menyebut Afrika sebagai "benua peluang” – menekankan potensinya sebagai pasar bagi produk-produk Iran. "Tidak ada satu pun dari kita yang puas dengan volume perdagangan saat ini dan pertukaran ekonomi antar negara saat ini,” kata Raisi ketika itu.
Pada bulan Agustus tahun ini, Presiden Iran juga berada di Afrika Selatan untuk menghadiri Komisi Kerjasama Gabungan JCC Afrika Selatan-Iran, yang diadakan menjelang KTT BRICS.
Kunjungan resmi Ebrahim Raisi ke Pretoria kali ini terjadi hanya satu minggu setelah Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor melawat ke Teheran.
Negara-negara BRICS– Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan – telah mengundang Iran dan lima negara lainnya untuk bergabung ke dalam kelompok tersebut pada Januari 2024.
Iran's African Interests
06:07
Hubungan historis Afrika Selatan dan Iran
Hubungan Iran dan Afrika Selatan telah dimulai pada era apartheid, ketika Iran mendukung gerakan pembebasan Afrika Selatan. Iran adalah salah satu negara pertama yang mencabut sanksi terhadap Afrika Selatan, setelah negara tersebut mencapai kekuasaan mayoritas kulit hitam pada tahun 1994.
Iklan
JCC Afrika Selatan-Iran didirikan pada tahun 1995, dan kedua negara telah menandatangani beberapa perjanjian bilateral di hampir semua bidang utama.
Selama pertemuan JCC yang diadakan pada bulan Agustus di Pretoria, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan, Iran berupaya memperkuat hubungannya dengan Afrika Selatan demi keuntungan bersama.
"Republik Islam Iran sepenuhnya siap untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan Afrika Selatan tanpa batasan apa pun di semua bidang kepentingan bersama, seperti kerja sama ilmiah, peningkatan teknologi baru, pertukaran teknologi baru serta budaya, pariwisata, ekonomi, perdagangan dan energi baru,” kata Amir-Abdollahian.
Ekspor Iran ke Afrika pada tahun 2022 mencapai US$1,28 miliar, naik dari US$579 juta pada tahun 2020, menurut Middle East Institute.
Lini Masa Pertikaian Arab Saudi dan Iran
Bukan kali pertama Iran dan Arab Saudi bersitegang. Sepanjang sejarahnya, hubungan kedua negara acap mengalami pasang surut menyusul konflik politik atau agama. Inilah sejarah modern permusuhan dua ideologi dalam Islam
Foto: DW Montage
Damai berbayang kecurigaan
Hubungan Iran dan Arab Saudi baru tumbuh sejak kekuasaan Syah Reza Pahlevi dan Raja Khalid. Kedua negara sebelumnya sering direcoki rasa saling curiga, antara lain karena tindakan Riyadh menutup tempat-tempat ziarah kaum Syiah di Mekkah dan Madinah. Perseteruan yang awalnya berbasis agama itu berubah menjadi politis seiring dengan eskalasi konflik di Timur Tengah dan Revolusi Islam 1979.
Foto: picture alliance/AP Images
Pendekatan usai Revolusi Islam
Raja Khalid sempat melayangkan ucapan selamat kepada Ayatollah Khomeini atas keberhasilan Revolusi Islam 1979. Tapi hubungan kedua negara memburuk menyusul perang Iran-Irak dan kisruh Haji 1987. Puncaknya, Riyadh memutuskan hubungan pada 1987, ketika Khomeini mengecam penguasa Saudi sebagai "Wahabi yang tidak berperikemanusiaan, ibarat belati yang menusuk jantung kaum Muslim dari belakang."
Foto: Getty Images/Afp
Keberpihakan dalam Perang Iran-Irak 1980
Saat berkobar perang Iran-Irak, Arab Saudi sejak dini menyatakan dukungan terhadap rejim Saddam Hussein di Baghdad. Riyadh memberikan dana sumbangan sebesar 25 milyar US Dollar dan mendesak negara-negara Teluk lain untuk ikut mengisi pundi perang buat Irak. Demi menanggung biaya perang, Arab Saudi menggenjot produksi minyak yang kemudian mengakibatkan runtuhnya harga minyak di pasar dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Kisruh Haji 1987
Mengikuti ajakan Ayatollah Khomeini, jemaah Iran setiap tahun berdemonstrasi di Mekkah dan Madinah menentang Israel. Tradisi sejak 1981 itu tidak pernah diperkarakan, kecuali pada 1987, ketika polisi memblokade jalan menuju Masjid al-Haram. Akibat bentrokan, 402 jemaah Iran tewas dan 649 luka-luka. Setelah kedutaannya di Teheran diserbu massa, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Foto: farhangnews
Kontroversi program nuklir Iran
Arab Saudi sejak awal menolak program nuklir Teheran. Sikap itu tidak berubah bahkan setelah tercapainya Perjanjian Nuklir di Vienna tahun 2015. Riyadh menilai kesepakatan tersebut "sangat berbahaya." Desakan kepada Iran untuk bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB juga disampaikan Saudi pada awal 2023.
Foto: Irna
Pemberontakan Houthi di Yaman, 2004
Hubungan Iran dan Arab Saudi kembali menegang setelah kelompok Syiah Zaidiyah di Yaman mengobarkan pemberontakan. Riyadh menuding Teheran mengompori perang bersaudara dan mencampuri urusan dalam negeri Yaman dengan memasok senjata. Iran sebaliknya menuding Arab Saudi menghkhianati perannya sebagai mediator konflik dengan membombardir minoritas Houthi di utara Yaman.
Foto: picture alliance/Y. Arhab
Perang proksi di Suriah, 2011
Dukungan Iran atas rejim Bashar Assad di Suriah sejak lama dianggap duri dalam daging oleh Arab Saudi. Sejak 2011, Riyadh aktif memasok senjata buat oposisi Sunni di Suriah. Kerajaan di Riyadh juga menjadi yang pertama kali mengecam Assad seputar "tindakan represif pemerintahannya terhadap demonstrasi anti pemerintah," ujar Raja Abdullah saat itu.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Tragedi Mina 2015
Bencana memayungi ibadah Haji 2015 ketika lebih dari 400 jemaah Iran meninggal dunia di terowongan Mina akibat panik massa. Iran menuding pemerintah Arab Saudi ikut bertanggungjawab. Riyadh sebaliknya menyelipkan isu bahwa tragedi itu disebabkan jemaah haji Iran yang tak mau diatur. Kisruh memuncak saat pangeran Arab Saudi, Khalid bin Abdullah, mendesak agar Riyadh melarang masuk jemaah haji Iran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Eksekusi Mati Al-Nimr 2016
Sehari setelah pergantian tahun Arab Saudi mengeksekusi mati 46 terpidana, antara lain Syeikh Nimr al-Nimr, seorang ulama yang aktif membela hak-hak minoritas Syiah yang kerap mengalami represi dan diskriminasi di Arab Saudi. Al-Nimr didakwa terlibat dalam terorisme. Sebagai reaksi Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei melayangkan ancaman, bahwa Saudi akan mendapat "pembalasan tuhan."
Foto: picture alliance/dpa/Y. Arhab
Drama di Lebanon
Pada November 2017 Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran diri dari Riyadh, Arab Saudi, dan menyalahkan Iran terkait kebuntuan politik di Beirut. Langkah itu diyakini bagian dari manuver Arab Saudi untuk memprovokasi perang antara Iran dan Hizbullah dengan Israel. Saudi dan Iran berebut pengaruh di Lebanon pasca penarikan mundur pasukan Suriah 2005 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/Lebanese Official Government/D. Nohra
Narasi damai di awal 2023
Menyusul mediasi Cina, pemerintah Arab Saudi sepakat memulihkan hubungan dengan Ira pada Maret 2023. Kesepakatan tersebut disusul pembukaan kembali relasi dengan Suriah dan perundingan damai dengan pemberontak Houthi di Yaman. Sebelumnya, negara-negara Teluk juga sepakat mengakhiri perpecahan dengan Katar, sekutu dekat Iran di Teluk Persia.
Foto: Iran's Foreign Ministry/WANA/REUTERS
11 foto1 | 11
Apa keuntungannya bagi Afrika Selatan?
Pada tahun 2023, volume perdagangan Iran dengan negara-negara Afrika diperkirakan meningkat hingga lebih dari US$2 miliar, menurut keterangan Kementerian Luar Negeri Iran. Pertumbuhan di beberapa wilayah sasaran bahkan lebih besar lagi, dengan ekspor jasa teknik dan teknik Iran ke Afrika meningkat sebesar 700% pada tahun 2022.
"Iran juga mengincar peningkatan perdagangan dengan negara-negara lain di benua Afrika", kata Sended Hoseini, direktur Pusat Islam untuk Afrika, kepada DW. Hoseini mengatakan lebih lanjut, Afrika Selatan berusaha memanfaatkan posisi geografis Iran untuk perdagangannya dengan negara-negara BRICS lainnya.
"Iran terletak di titik yang sangat strategis di Timur Tengah dan Asia Selatan. Di kawasan itu Iran dapat memfasilitasi India dan Rusia untuk terhubung melalui koridor utara-selatan,” kata Sended Hoseini. "Dan kemudian bisa menghubungkan Cina dengan Teluk Persia, dan dari Teluk Persia, bisa terhubung ke Afrika Selatan dan menghubungkan seluruh dunia.”
Iran masih masuk dalam daftar sanksi AS dan kedekatannya dengan Afrika Selatan menimbulkan keheranan, kata beberapa analis. Namun Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor mengatakan, kedua negara mempunyai posisi yang sama dalam isu-isu global.
"Niat kami, baik sebagai Afrika Selatan maupun Republik Islam Iran, adalah untuk mendorong dunia yang berdamai dengan dirinya sendiri,” kata Pandor dalam pertemuan baru-baru ini dengan rekan sejabatannya di Iran.