Dalam wawancara eksklusif dengan DW, Frank-Walter Steinmeier mengaku tersentuh dengan gambar-gambar protes di Cina. Ia berharap Cina "menghormati" kebebasan para pengunjuk rasa. Ia juga berbicara tentang Perang Ukraina.
Iklan
Dalam sebuah wawancara dengan DW pada Senin (28/11), Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan bahwa dia tersentuh oleh gambar-gambar protes yang terjadi di Cina saat ini.
"Kita semua ingat perjuangan kita sendiri melawan virus corona, melawan pandemi, dan kita masih ingat betapa banyak kesulitan yang dihadapi banyak orang di Jerman," kata Steinmeier kepada Rosalia Romaniec dari DW di Istana Bellevue, kediaman resminya di Berlin.
"Kita hanya bisa bertanya-tanya apa beratnya bagi rakyat Cina, di mana langkah-langkahnya jauh lebih ketat dan lebih lama jangkauannya, bahkan hari ini. Jadi saya mengerti mengapa orang ingin menyuarakan ketidaksabaran dan keluhan mereka di jalanan."
Hidup di Era Pandemi COVID-19
Lebih dari setahun yang lalu, virus corona mulai menyebar ke seluruh dunia dan telah menginfeksi lebih dari 100 juta orang. Wabah ini mengubah hidup kita.
Foto: Flaming Lips/Warner Music/REUTERS
Jaga jarak fisik
Singapura telah mencatat tingkat infeksi virus corona terendah sejak Oktober 2020. Para pengamat memuji negara itu karena memantau warganya secara ketat, salah satunya dengan menggunakan aplikasi pelacakan. Menurunnya infeksi membuat pemerintah mengizinkan penduduk setempat mengunjungi bioskop di area terbuka - asalkan menjaga jarak secara fisik.
Foto: Edgar Su/REUTERS
Kecemasan tersebar luas di Afrika Selatan
Afrika Selatan adalah negara di Afrika yang paling parah terdampak pandemi COVID-19. Pasien di rumah sakit dekat Cape Town ini adalah satu dari 1,4 juta warga yang telah terinfeksi virus corona. Varian baru yang dikenal sebagai B.1.351 atau 501Y.V2, meningkatkan kecemasan warga. Sama seperti varian Inggris, mutasi Afrika Selatan ini dianggap sangat menular.
Foto: Rodger Bosch/AFP/Getty Images
Jaga jarak sosial sambil menikmati matahari
Dengan suhu musim panas yang membumbung tinggi, banyak orang Australia menikmati berenang di laut. Tanda-tanda peringatan telah dipasang untuk mengingatkan pengunjung menjaga jarak sambil menikmati matahari, demi mencegah lonjakan infeksi baru. Jumlah kasus di Australia turun drastis sejak September lalu.
Foto: Bai Xuefei/Xinhua/imago images
Duka yang ditinggalkan
Kelvia Andrea Goncalves menangis di makam ibunya di kota Manaus, Brasil. Andrea dos Reis Brasao meninggal pada usia 39 tahun akibat COVID-19. Banyak orang menyalahkan Presiden Jair Bolsonaro atas situasi suram negara itu. Lebih dari 221.000 warga Brasil telah meninggal akibat virus corona.
Foto: Bruno Kelly/REUTERS
Lebih baik aman daripada menyesal?
Di Hong Kong, pihak berwenang telah menutup seluruh wilayah tanpa peringatan sebelumnya, sebagai respon atas peningkatan infeksi yang tiba-tiba. Sama seperti di Cina, kota itu telah memberlakukan tindakan tegas untuk mencegah penyebaran wabah. Kebijakan tersebut berhasil membuat tingkat infeksi sangat rendah.
Foto: Tyrone Siu/REUTERS
Aman di dalam 'gelembung'
Band rock asal AS, The Flaming Lips menemukan cara untuk menggelar konser dengan tetap memperhatikan jaga jarak fisik. Belum lama ini saat mereka konser di Oklahoma, penonton diminta untuk masuk ke dalam bola plastik besar. Dengan cara ini, mereka dapat menari menikmati musik dengan aman. Bahkan penonton juga bisa mengangkat tubuh Wayne Coyne saat dia terjun dari panggung.
Foto: Flaming Lips/Warner Music/REUTERS
Gereja jadi pusat vaksinasi
Banyaknya gereja yang tutup, kini dimanfaatkan sebagai pusat vaksinasi darurat seperti di Katedral Lichfield, dekat Birmingham, Inggris. Tidak seperti negara anggota Uni Eropa yang saat ini menghadapi kekurangan vaksin COVID-19, Inggris telah menerima pasokan dosis yang stabil.
Foto: Carl Recine/REUTERS
Banyak orang berharap pandemi segera berakhir
Amy Ezzat menyiapkan kue berbentuk dosis vaksin untuk dibagikan kepada pasien COVID-19 di sebuah rumah sakit di Kairo. Mesir telah berjuang melaksanakan kampanye inokulasi di seluruh negeri. Penulis: Ines Eisele (ha/pkp)
Foto: Hanaa Habib/REUTERS
8 foto1 | 8
Para demonstran telah turun ke jalanan di kota-kota besar Cina untuk memprotes pembatasan COVID yang ketat di negara itu sebagai tanda pembangkangan publik yang jarang terjadi.
Pihak berwenang Cina sejauh ini telah mencoba mengakhiri demonstrasi dengan adanya laporan penangkapan pengunjuk rasa di beberapa kota oleh pihak Kepolisian.
"Sebagai seorang demokrat, saya hanya bisa mengatakan bahwa kebebasan untuk mengekspresikan pendapat pribadi secara bebas adalah penting, dan saya hanya bisa berharap bahwa pihak berwenang di Cina menghormati hak atas kebebasan berekspresi dan kebebasan untuk berdemonstrasi. Dan tentu saja, saya berharap demonstrasi tetap damai," lanjut Steinmeier.
Steinmeier tolak seruan gencatan senjata di Ukraina
Ketika perang berkecamuk di Ukraina, beberapa pejabat Barat bersikeras bahwa gencatan senjata mungkin satu-satunya cara untuk mengakhiri perang. Tetapi Steinmeier menggambarkan setiap saran gencatan senjata sekarang sebagai hal yang "sembrono."
"Karena menetapkan gencatan senjata saat ini akan berarti membenarkan semua ketidakadilan yang telah terjadi," katanya.
Dengan pasukan Rusia masih menduduki bagian-bagian Ukraina, gencatan senjata sekarang akan memungkinkan Moskow untuk mempertahankan kehadirannya di wilayah-wilayah ini meskipun itu merupakan pelanggaran hukum internasional, katanya. "Itu tidak bisa menjadi tujuan gencatan senjata."
"Jadi, sayang sekali, saya tidak bisa mengatakan bahwa saya melihat adanya jalan keluar [dari perang] pada saat ini," tambah Steinmeier.
Perang di Ukraina memaksa Jerman memikirkan kembali kebijakannya
Mengenai tanggapan Jerman terhadap invasi Rusia ke Ukraina dan dukungan yang diberikan untuk Kyiv, Presiden Jerman mengatakan telah ada banyak "berpikir ulang" terkait kebijakan Jerman.
Berlin dikritik keras karena awalnya menolak untuk menyediakan senjata bagi Ukraina. Tetapi dalam sebuah kebijakan besar U-turn, Pemerintah Jerman meningkatkan pengeluaran militernya dan mulai mengirim peralatan pertahanan ke Ukraina.
Inilah Persenjataan Jerman yang Disuplai untuk Perang Ukraina
Jerman mulanya dikritik mitra NATO, karena dinilai lamban memasok persenjataan berat ke Ukraina. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, persenjataan modern dari Jerman sudah dikirim dan dikerahkan dalam perang di Ukraina.
Foto: Marcus Brandt/dpa/picture alliance
Tank artileri pertahanan udara Gepard
Sedikitnya 30 tank pertahanan udara tipe Gepard dari Jerman sudah ikut bertempur di Ukraina. Dipersenjatai meriam ganda kaliber 35 mm, Gepard mampu menembak sasaran pesawat tempur, helikopter tempur, atau drone hingga ketinggian 3.500 meter. Tank ini juga bisa dikerahkan menyasar tank atau panser di darat.
Foto: Carsten Rehder/dpa/picture alliance
Howitzer - Panzerhaubizte 2000
Panser Howitzer 2000 dari Bundeswehr ini sedikitnya sudah 10 unit dikirim ke medan tempur di Ukraina. Dilengkapi meriam kaliber 155 mm, panser artileri otonom ini mampu menghancurkan sasaran pada jarak hingga 40 km. Panser bisa melaju hingga kecepatan 60 km/jam dan dapat melewati genangan air hingga kedalaman 1,5 meter.
Foto: Michael Kappeler/dpa/picture alliance
Pelontar rudal MARS 2
Sedikitnya tiga unit pelontar rudal multi MARS 2 sudah dikirim ke Ukraina. Bersama dengan sistem artileri jarak menengah itu, juga dikirim ratusan rudalnya yang mampu mencapai sasaran sejarak 80 km. Pelontar mampu menembakkan hingga 12 roket dalam semenit, untuk menyasar terget pada jarak 16 hingga 85 km.
Foto: Sebastian Gollnow/dpa/picture alliance
Sistem artileri pertahanan udara IRIS T SLM
IRIS T SLM mampu menangkal serangan rudal, roket, drone, atau helikopter tempur pada ketinggian hingga 20 km. Satu unit sistem pertahanan udara paling modern yang harganya sekiar 145 juta euro ini sudah dioperasikan di Ukraina. Ironisnya, angkatan bersenjata Jerman, Bundeswehr, hingga kini belum punya sistem arhanud ini.
Foto: Joerg Carstensen/picture alliance
Tank pembangun jembatan Biber
Pemerintah di Berlin menjanjikan pengiriman 16 unit tank pembangun jembatan tipe Biber. Enam unit dijanjikan dikirim hingga akhir tahun 2022, sisanya tahun depan. Rentang jembatan hingga 22 m, lebar 4 m, dan hanya dalam hitungan waktu menit. Jembatan mampu menahan bobot hingga 55 ton atau setara satu unit tank Gepard.
Foto: Patrik Stollarz/AFP via Getty Images
MANPADS Stinger
Sistem pertahanan udara portabel Stinger sudah dikirim saat awal pecah perang di Ukraina. Berlin sudah mengirim sedikitnya 500 unit Stinger ke medang perang Ukraina. Senjata ini dipuji sangat efektif menghancurkan sasaran pesawat tempur atau helikopter hingga ketinggian 4.000 m. Roket yang ditembakkan akan mengejar sasaran secara otonom dan biasanya meledakkan tanki bahan bakar pesawat.
Foto: Ingo Wagner/dpa/picture alliance
Senjata penghancur Bunker dan Panser
Jerman sudah mengirimkan ribuan unit senjata portable penghancur bunker dan panser ini sejak awal perang Ukraina. Ditembakan dari pundak serdadu, amunisi bisa menyasar objek diam hingga 400 m atau objek bergerak hingga 300 m. Amunisinya bisa menembus baja pelindung panser setebal 300 mm atau mengancurkan bunker beton bertulang baja setebal 240 mm. (as/ha)
Foto: Sebastian Gollnow/dpa/picture alliance
7 foto1 | 7
Steinmeier mengatakan pemerintah dan penduduk Jerman mulai memahami bahwa tidak ada lagi jaminan keamanan di Eropa dengan adanya perang di Ukraina.
Kyiv juga mengutuk hubungan beberapa pejabat Jerman dengan Moskow. Steinmeier sendiri tidak diundang oleh pemerintah Ukraina ketika dia berencana mengunjungi Ukraina pada bulan April. Kyiv menyebut sikap ramah Rusia dalam beberapa tahun terakhir sebagai alasannya.
Ketegangan kemudian teratasi dan Steinmeier mengunjungi ibu kota Ukraina pada Oktober. Sebelumnya, Presiden Jerman juga mengakui telah membuat kesalahan atas kebijakan terhadap Rusia.
"Saya telah ke Ukraina seperti yang Anda tahu, dan saya dapat mengatakan kritik yang diarahkan terhadap Jerman terkait dukungan senjata telah mereda dan justru ada banyak apresiasi saat ini," katanya.
Jerman harus terus membantu Ukraina melalui bulan-bulan musim dingin mendatang karena serangan berkelanjutan yang merupakan bagian dari strategi Rusia "menyasar penduduk sipil untuk meluluh-lantakkan seluruh negeri," kata Steinmeier.
Iklan
Apalagi yang dikatakan Steinmeier?
Presiden Jerman mengutuk ancaman nuklir oleh Moskow, dengan mengatakan hal itu "tidak dapat dibenarkan" dan "tidak bisa ditoleransi."
Dia juga memuji parlemen Jerman karena mengusulkan untuk menyatakan Holodomor (peristiwa kelaparan dan pembunuhan massal di Ukraina pada rentang tahun 1932-1933) sebagai "genosida."
"Kita harus ingat bahwa rakyat Ukraina-lah yang menjadi korban kelaparan dahsyat itu. Dan bencana kelaparan bukanlah hasil dari panen yang gagal [...] melainkan adalah strategi yang ditargetkan oleh rezim Stalin pada tahun 1932/33 untuk membuat sebagian populasi Uni Soviet kelaparan untuk membuat mereka mudah ditaklukkan," katanya.
Steinmeier juga mengatakan rencana perjalanannya ke Makedonia Utara dan Albania akhir pekan ini dimaksudkan untuk mengisyaratkan bahwa Balkan Barat "tidak dilupakan."
Negara-negara Balkan Barat telah mencari akses ke Uni Eropa selama bertahun-tahun. Dan sekarang, beberapa di negara-negara itu telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Uni Eropa lebih fokus pada aplikasi pelacakan cepat milik Ukraina.
Steinmeier menekankan bahwa jika mereka mencapai kemajuan domestik yang diperlukan, jalan menuju keanggotaan Uni Eropa akan menjadi "lebih mudah diatur."