Presiden Jerman: Penengah yang Hanya Berkuasa di Masa Krisis
14 Februari 2022
Frank-Walter Steinmeier terpilih kembali menjadi Presiden Jerman untuk masa jabatan kedua pada Konvensi Federasi, Minggu (13/02). Fungsinya sebagai penengah bakal diuji di masyarakat yang semakin terpolarisasi.
Iklan
Ketika Frank-Walter Steinmeier mengumumkan niatnya mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua sebagai Presiden Jerman tahun lalu, tidak sedikit yang melihatnya sebagai pertaruhan langka oleh sosok yang biasanya penuh kehati-hatian itu.
Sebab, presiden yang memangku fungsi sebagai instansi moral dalam politik Jerman biasanya tidak mengumumkan ambisi politiknya. Terlebih, kader Sosial Demokrat berusia 65 tahun itu belum tahu apakah akan punya cukup kursi mayoritas buat memenangkan Konfensi Federal pada Minggu (13/02).
Pada saat itu, Partai SPD masih menguntit di belakang pesaingnya, Uni Kristen Demokrat (CDU). Seandainya kelompok konservatif yang menang, mereka dipastikan akan mengusung calonnya sendiri.
Adapun CDU yang masih berusaha pulih dari kekalahan pemilu, memutuskan tidak akan mencalonkan kandidatnya sendiri dalam pemilihan kali ini.
Frank-Walter Steinmeier, Presiden Baru Jerman
Resmi dipilih Minggu, Frank-Walter Steinmeier akan jadi presiden baru Jerman, setelah masa jabatan Presiden Joachim Gauck berakhir 18 Maret. Sekarang Steinmeier masih menjabat Menteri Luar Negeri Jerman.
Foto: Getty Images/S. Gallup
Ucapan Selamat dari Kanselir
Kanselir Jerman Angela Merkel (kanan) mengucapkan selamat kepada Frank-Walter Steinmeier setelah terpilih dengan suara mayoritas besar jadi presiden Jerman ke 12. Di bawah Merkel, Steinmeier menjabat dua kali sebagai menteri luar negeri.
Foto: Getty Images/AFP/O. Andersen
Steinmeier dan Jokowi
Steinmeier berjabat tangan dengan Presiden Joko Widodo sebelum pertemuan di istana presiden, di Jakarta, 3 November 2014. Ketika itu Steinmeier mengatakan kepada Jokowi, "Kita berdua putra pengrajin kayu. Kita berdua paling tahu bagaimana mereparasi barang." Itu disambut Jokowi dengan senyum lebar. Demikian dilaporkan koran Jerman, Hamburger Abendblatt.
Foto: Reuters/Beawiharta
Steinmeier Kalah Pemilihan Kanselir
Selain jadi Menteri Luar Negeri Jerman, antara 2007 dan 2009 Steinmeier juga menjabat Wakil Kanselir. Ketika pemilu 2009, Steinmeier jadi calon kanselir Partai Sosial Demokrat (SPD), tetapi ia kalah melawan Angela Merkel dari Partai Kristen Demokrat (CDU).
Foto: Eric Feferberg/AFP/Getty Images
Bersama Rekan Mantan Kanselir Gerhard Schröder
Steinmeier bergelar Doktor di bidang hukum. Ketika Gerhard Schröder dari Partai Sosial Demokrat (SPD) menjadi Kanselir Jerman (Oktober 1998-November 2005) Steinmeier menjabat Kepala Kantor Kekanseliran.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Altwein
Penggemar Sepak Bola
Steinmeier lahir di Detmold, di negara bagian Nordrhein-Westfalen. Ayahnya pengrajin kayu. Ia besar di kota Brakelsiek. Ketika remaja ia termasuk tim sepak bola Brakelsiek. Pada foto ia berdiri nomor dua dari kiri. Panggilan akrabnya: Frank.
Foto: picture-alliance/dpa/TuS/Schriegel
Steinmeier dan Istri, Elke Büdenbender
Steinmeier berkenalan dengan istrinya, yang seorang hakim, ketika sama-sama kuliah hukum. Mereka menikah 1995 dan memiliki seorang putri. Pada 23 Agustus 2010, Steinmeier menarik diri sepenuhnya dari politik selama beberapa waktu. Sehari setelahnya lewat operasi ia menyumbangkan sebuah ginjal kepada istrinya yang ketika itu sakit.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Pedersen
Tempat Tinggalnya Sebagai Presiden
Istana Bellevue adalah tempat tinggal resmi Presiden Jerman. Di Jerman, presiden menjadi kepala negara tetapi tidak memimpin pemerintahan. Presiden lebih memiliki fungsi representatif. Tugas memimpin pemerintahan diemban kanselir. Penulis: ml/as
Foto: Getty Images/AFP/J. Macdougall
7 foto1 | 7
Prioritas pada stabilitas politik
Sebanyak 1.472 membentuk Konvensi Federal yang bertugas memilih presiden Jerman setiap lima tahun sekali. Jumlah tersebut terdiri dari 736 anggota parlemen, Bundestag, dan 736 perwakilan ke-16 negara bagian di Jerman.
Iklan
Terlepas dari situasi saat ini, pemilihan ulang Steinmeier bukan hal yang kontroversial di Jerman, menurut Uwe Jun, Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Trier. "Opini umum soal Steinemeier menunjukkan kepuasan tinggi terhadap kinerjanya di masa jabatan pertama,” kata dia kepada DW.
"Dia adalah seseorang yang sangat membumi, dapat berdialog dengan berbagai kelompok sosial, dan cermat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit, dalam situasi krisis atau pandemi COVID-19. Tidak ada protes besar terhadap masa jabatannya.”
Presiden Jerman memangku fungsi memediasi konflik politik dan menjadi simbol kesatuan. "Dia harus mewakili Jerman secara domestik atau internasional. Dan dia harus memainkan peranan yang inklusif,” kata Jun lagi.
"Terutama tugas menjembatani perbedaan menjadi semakin sulit karena masyarakat kita menjadi semakin heterogen dan terpolarisasi. Sebagan dari masyarakat tidak merasa diwakili olehnya.”
Melihat Kembali Momen Paling Berkesan dari Kepemimpinan Angela Merkel
Pemilu Jerman menandai berakhirnya kekuasaan Kanselir Angela Merkel. Tidak hanya soal terobosan-terobosan di bidang politik, ada banyak momen emosional di masa kepemimpinan Merkel.
Foto: picture-alliance/ dpa
Sumpah jabatan pertama
Angela Merkel dilantik sebagai perempuan pertama dan orang Jerman Timur sebagai Kanselir pada 22 November 2005. Kala itu ia dilantik oleh Presiden Norbert Lammert. Tidak ada yang bisa memprediksi bahwa jabatan Merkel bisa langgeng selama 16 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Bergmann
Rusia manfaatkan ketidaksukaan Merkel terhadap anjing
Foto ini sulit untuk dilupakan. Saat perjalanan ke Rusia pada tahun 2017, Merkel tampak tidak bergeming ketika anjing Presiden Vladmir Putin datang untuk mengendusnya. Hal ini diyakini sebagai provokasi yang disengaja, karena Merkel dilaporkan takut pada anjing, karena pernah digigit.
Foto: Imago/ITAR-TASS
Swafoto dengan Kanselir
Foto Merkel dengan pengungsi muda bernama Anas Modamani dari Suriah ini viral di seluruh dunia. Saat Merkel mengunjungi tempat penampungan pengungsi kala itu, Modamani dilaporkan tidak tahu siapa dia pada awalnya. Foto ini kemudian menjadi salah satu foto ikonik yang menjadi simbol pernyataan "kita bisa" terkait kebijakan pengungsi Merkel tahun 2015.
Foto: Getty Images/S. Gallup
'Merkel vs Trump'
Masa jabatan Merkel sebagai kanselir banyak ditandai oleh turbulensi politik di panggung dunia. Salah satunya foto yang diambil saat KTT G7 di Kanada pada tahun 2018 ini. Merkel tampak seperti berupaya keras menjelaskan kepada Presiden AS Donald Trump tentang apa yang seharusnya dilakukan. Foto ini pun berhasil menghiasi halaman berita utama di seluruh dunia.
Foto: Reuters/Bundesregierung/J. Denzel
Berurusan dengan mitra yang sulit
Bagi Merkel, berurusan dengan Trump tidaklah mudah. Selama kunjungan pada tahun 2017, kekesalan Merkel terhadap perilaku presiden baru AS itu terlihat jelas. Ada banyak spekulasi tentang apakah Merkel benar-benar menolak berjabat tangan dengan Trump di depan kamera. Namun, terlepas dari semua spekulasi, Merkel berbicara dengan "profesional" soal "pertukaran yang baik dan terbuka" usai pertemuan.
Foto: Reuters/J. Ernst
Ribut-ribut soal baju Merkel
Sebagai pemimpin perempuan, Merkel mau tidak mau juga harus menghadapi komentar tentang apa yang ia kenakan. Contohnya saat kunjungan ke opera di Oslo pada tahun 2008. Gaun dengan garis leher menjuntai yang ia pakai memicu perdebatan sampai-sampai juru bicaranya harus turun tangan mengatasi masalah tersebut. Setelah itu, Merkel lebih memilih memakai blazer dan celana panjang.
Foto: picture-alliance/ dpa
Kegemaran berkelana
Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan pribadi Merkel, kecuali mungkin kecintaannya pada hiking. Pada tahun 2012 ia dan suaminya Joachim Sauer terpotret sedang berjalan-jalan di pulau Ischia, Italia.
Foto: picture-alliance/ANSA/R. Olimpio
Melompat kegirangan
Merkel biasanya dianggap cukup pendiam. Tapi ketika tim Jerman mencetak gol di Piala Dunia 2014, Merkel tidak dapat menahan kegembiraannya. Menurut seorang ajudan dekat, dia adalah penggemar klub bintang Bundesliga Jerman, FC Bayern.
Foto: imago/ActionPictures
Ciri khas Merkel
Kebiasaan Merkel yang mengatupkan tangan di depan perut, dengan ibu jari dan ujung jari bersentuhan membentuk bentuk berlian, menjadi ciri khasnya. Gestur yang dijuluki "berlian Merkel" itu tidak hanya digunakan dalam kampanye pemilu 2013, tapi juga mendapat emoji sendiri. Olaf Scholz, kandidat kanselir Sosial Demokrat di pemilu 2021, bahkan mengadopsi gestur yang terkenal itu.
Foto: REUTERS
Kenang-kenangan yang tidak biasa
Dengan blazer merah, rantai "Schland", lengkap dengan gestur tangan yang jadi ciri khas Merkel, boneka beruang buatan bisnis keluarga Coburger ini bisa dengan cepat dikenali sebagai representasi Merkel. 500 boneka yang disebut sebagai "Merkel teddy" ini dengan cepat terjual habis yang salah satunya masih harus diberikan ke Kanselir yang akan segera mengakhiri masa jabatan.
Foto: Nicolas Armer/dpa/picture alliance
10 foto1 | 10
Berkuasa dalam krisis
Presiden Jerman tidak memiliki kekuasaan sebesar rekan sejawatnya di Amerika Serikat, Prancis, atau Rusia. Dia tidak mengepalai angkatan bersenjata atau berwenang memberlakukan UU Darurat Nasional serta membubarkan parlemen.
Posisi yang relatif lemah itu memiliki akar di dalam sejarah Jerman. Presiden awalnya memiliki kekuasaan mutlak di era Republik Weimar. Namun pada 1933, Paul von Hindenburg malah menggunakannya untuk membuka jalan bagi kepemimpinan Adolf Hitler.
Akibatnya kini, fungsi konstitusional seorang presiden menjadi samar. Dia mewakili Jerman sebagai kepala negara, tapi tidak punya wewenang eksekutif, meski berwenang menengahi perpecahan politik.
Baru pada saat krisis semacam itu, presiden berwenang membubarkan parlemen jika kanselir dikalahkan dalam mosi tidak percaya. Dia juga punya kekuasaan memveto produk legislasi jika dirasa melanggar konstitusi.
"Para pencetus Undang-undang Dasar secara sadar tidak memberikan kekuasaan yang besar buat presiden. Posisi ini memang penting, tapi tidak berkuasa, kecuali institusi lain mengalami krisis,” tutur pakar politik, Münch.
Krisis semacam itu diprediksi akan datang seiring bertambahnya jumlah partai di parlemen yang mempersulit pembentukan koalisi pemerintahan.
Pada 2017, Steinmeier harus mengintervensi ketika Kanselir Merkel gagal membentuk koalisi dengan Partai Hijau dan FDP. Saat itu dia menolak pemilu ulang dan memaksa sang kanselir memadu koalisi besar dengan Partai SPD.