Presiden Palestina Mahmoud Abbas Siap Redakan Ketegangan
3 September 2021
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, mengaku siap membantu mencairkan konflik dengan Israel. Pernyataan itu disampaikannya usai berembuk dengan Raja Abdullah II dari Yordan dan Presiden Mesir, Abdel Fattah al Sisi.
Iklan
Pertemuan di Kairo merupakan insiatif Abdel Fattah al Sisi yang berusaha memediasi perdamaian antara Israel dan Palestina. Dia juga mengawal perundingan tidak langsung dengan Hamas menyusul perang 11 hari di Jalur Gaza, Mei silam.
Di Kairo, ketiga kepala negara berjanji akan “bekerjasama untuk merumuskan visi yang bisa mendorong upaya kelanjutan perundingan dan perdamaian,” tulis kantor kepresidenan Mesir, Kamis (2/9).
Adapun Mahmoud Abbas, yang beberapa hari lalu bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, menyatakan siap membangun atmosfer yang kondusif bagi perdamaian dengan jiran yang dimusuhi.
Dia mengecam, eskalasi “kekerasan” oleh Israel dan “agresi pemukim Yahudi di bawah perlindungan militer,” membuat solusi dua negara mustahil terwujud. Menurutnya damai adalah satu-satunya cara meredakan ketegangan.
“Kami menegaskan kembali kesiapan bekerja sama untuk membangun atmosfer yang memungkinkan upaya untuk membangun kepercayaan, termasuk mengupayakan situasi kondunsif di Palestina,” kata dia seperti dilansir kantor berita Wafa.
Rangkaian Perjanjian dan Prakarsa Damai Israel-Palestina yang Gagal
Selama lebih dari setengah abad, berbagai upaya telah digalang untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina, namun semuanya gagal.
Perjanjian Camp David dan Perdamaian Israel-Mesir, 1978-1979
Perundingan Arab-Israel dimulai pada tahun 1978 di bawah penengahan AS. Bertempat di Camp David, pada 26 Maret 1979, Perjanjian Damai Israel Palestina ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri) dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin (kanan), melalui penengahan Presiden AS Jimmy Carter (tengah).
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Daugherty
Perjanjian Oslo I, 1993
Negosiasi di Norwegia antara Israel dan PLO menghasilkan Perjanjian Oslo I, yang ditandatangani pada September 1993. Perjanjian tersebut menuntut pasukan Israel mundur dari Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan otoritas sementara Palestina akan membentuk pemerintahan otonomi untuk masa transisi lima tahun. Kesepakatan kedua ditandatangani pada tahun 1995.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sachs
Pertemuan Puncak Camp David, 2000
Presiden AS Bill Clinton pada tahun 2000 mengundang Perdana Menteri Israel Ehud Barak (kiri) dan Pemimpin PLO Yasser Arafat (kanan) ke Camp David untuk membahas masalah perbatasan, keamanan, permukiman, pengungsi dan status Yerusalem. Meskipun negosiasi menjadi lebih rinci dari sebelumnya, tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Edmonds
Prakarsa Perdamaian Arab dari KTT Beirut, 2002
Negosiasi Camp David diikuti dengan pertemuan di Washington di Kairo dan Taba, Mesir - semuanya tanpa hasil. Setelahnya Liga Arab mengusulkan Prakarsa Perdamaian Arab di Beirut, Maret 2002. Rencana tersebut meminta Israel menarik diri ke perbatasan sebelum 1967. Sebagai imbalannya, negara-negara Arab akan setuju untuk mengakui Israel.
Foto: Getty Images/C. Kealy
Peta Jalan Kuartet Timur Tengah, 2003
AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB bekerja sama sebagai Kuartet Timur Tengah untuk mengembangkan peta jalan menuju perdamaian. PM Palestina saat itu, Mahmoud Abbas, menerima teks tersebut, namun mitranya dari Israel, Ariel Sharon, keberatan. Peta jalan itu memuat tentang solusi dua negara Sayangnya, hal itu tidak pernah dilaksanakan. Dalam foto: Yasser Arafat dan pejabat Uni Eropa Lord Levy.
Foto: Getty Iamges/AFP/J. Aruri
Prakarsa Perdamaian Trump, 2020
Presiden AS Donald Trump memperkenalkan rancangan perdamaian tahun 2020. Tetapi rancangan itu menuntut warga Palestina menerima pemukiman Yahudi di kawasan Tepi Barat yang diduduki Israel. Palestina menolak rencangan tersebut.
Foto: Reuters/M. Salem
Konflik kembali berkobar 2021
Rencana Israel mengusir empat keluarga Palestina dan memberikan rumah mereka di Yerusalem Timur kepada pemukim Yahudi berujung bentrokan dan aksi protes di Yerusalem. Hamas kemudian menembakkan lebih 2.000 roket ke Israel, dibalas dengan serangan udara militer Israel, yang menghancurkan banyak bangunan di Jalur Gaza. (hp/gtp)
Foto: Mahmud Hams/AFP
7 foto1 | 7
Damai tanpa solusi dua negara
Koalisi pemerintahan baru di Israel, yang untuk pertamakalinya melibatkan sebuah partai Arab, sejauh ini sudah mengisyaratkan ingin mengupayakan damai. Baru-baru ini, kantor Perdana Menteri Neftali Bennett mengumumkan dia akan “segera” mengunjungi Mesir untuk bertemu dengan al-Sisi.
Iklan
Namun begitu Bennett juga menepis kemungkinan adanya perundingan damai langsung dengan Palestina.
Pekan lalu, Bennett berbicara dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam kunjungan singkat di Washington. Pertemuan itu disusul oleh serangkaian bantuan yang diklaim Israel untuk memperkuat otoritas Palestina di Tepi Barat, antara lain pinjaman senilai USD 150 juta.
Konflik Yerusalem Kembali Terulang di Bulan Suci Ramadan
Setiap malam di bulan Ramadan, bentrokan terus terjadi di Yerusalem Timur. Masalah yang melatarbelakanginya meliputi agama, tanah, dan politik. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan Yerusalem mendekati "titik didih".
Foto: Mamoun Wazwaz/AP/picture alliance
Kapan bentrokan terjadi?
Sejak awal Ramadan pada pertengahan April 2021, polisi Israel dan warga Palestina saling serang. Dengan alasan menjaga ketertiban, kepolisian memasang penghalang untuk menghentikan orang-orang berkumpul di Gerbang Damaskus Kota Tua setelah berbuka puasa. Warga Palestina menganggap tindakan tersebut membatasi kebebasan mereka.
Foto: Mamoun Wazwaz/AP/picture alliance
Mengapa terulang lagi?
Belum lama ini, Mahkamah Agung Israel diagendakan membahas kasus hukum mengenai penggusuran terhadap beberapa keluarga Palestina di Sheikh Jarrah. Jelang sidang, warga Palestina dan sayap kiri Israel menggelar demonstrasi dan menyerukan penggusuran dapat menyebabkan efek domino di seluruh Palestina. Sheikh Jarrah berisi situs yang dihormati kaum Yahudi, karena terdapat makam pendeta Simon.
Foto: Tania Kraemer/DW
Mendulang keprihatinan internasional
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengungkapkan "keprihatinan serius tentang potensi penggusuran keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah." Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan "keprihatinannya yang mendalam atas berlanjutnya kekerasan di Yerusalem Timur, serta kemungkinan penggusuran keluarga Palestina dari rumah mereka."
Foto: Mahmoud Illean/AP Photo/picture alliance
Kesempatan resolusi baru
Pada Minggu (09/05), sidang Mahkamah Agung dengan agenda penggusuran ditunda dan memberikan lebih banyak waktu untuk resolusi. Sidang akan kembali digelar dalam 30 hari ke depan. Senin adalah Hari Yerusalem, peringatan tahunan Israel yang biasanya menampilkan pawai, yang berpotensi menimbulkan kericuhan.
Foto: Ammar Awad/REUTERS
Mengapa konflik di Yerusalem begitu sensitif?
Politik, sejarah, dan agama. Israel melihat seluruh Yerusalem sebagai ibu kota yang abadi dan tak terpisahkan, sementara Palestina menginginkan bagian timur sebagai ibu kota negara masa depan. Aneksasi Israel atas Yerusalem Timur tidak diakui secara internasional. Ed: ha/vlz (Reuters)
Foto: Ahmad Gharabli/AFP/Getty Images
5 foto1 | 5
Agustus silam, direktur dinas rahasia Mesir, Abbas Kamel, melakukan kunjungan langka ke Israel untuk membahas gencatan senjata dengan Hamas. Kamel juga dikabarkan melawat ke Tepi Barat dan bertemu dengan Presiden Abbas.
Dalam pertemuan di Kairo, Kamis (2/9), Presiden al-Sisi dan Raja Abdullah II mewanti-wanti terhadap “dampak berbahaya” perluasan pemukiman Yahudi di Tepi Barat, penggusuran pemukiman Palestina, atau penyitaan lahan oleh Israel. Al Sisi menegaskan, pembentukan negara Palestina menyaratkan unifikasi semua faksi di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Pada Rabu (1/9), Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, meragukan pemerintahannya akan bersedia mendukung solusi dua negara. Menurutnya langkah itu akan mengucilkan fraksi kanan jauh di dalam tubuh koalisi pemerintahan.