Putin Perintahkan “Jeda Kemanusiaan” di Ghouta Timur
27 Februari 2018
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan gencatan senjata di Ghouta timur selama lima jam setiap hari. Jeda serangan itu untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan ke kawasan perang.
Iklan
Menurut laporan media, gencatan senjata yang resmi berlangsung dari jam 9 sampai jam 2 siang waktu setempat sampai saat ini ditaati. Sejak malam sebelumnya, pertempuran sudah mereda. Beberapa saat sebelum gencatan senjata dimulai, kota Douma masih mengalami serangan artileri.
Presiden Rusia Vladimir Putin hari Senin (26/2) memerintahkan agar serangan ke Ghouta timurdihentikan untuk beberapa jam setiap hari. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, „jeda kemanusiaan" itu dimaksudkan untuk „mencegah jatuhnya korban sipil".
Untuk itu akan dibuka „koridor-koridor kemanusiaan" yang memberikan kesempoatan kepada penduduk sipil untuk mengungsi. Orang yang sakit maupun cidera akan dibawa keluar dari kawasan perang. Warga di kawasan itu akan mendapat pengumuman lewat SMS dan pamflet-pamflet.
PBB: Gencatan senjata 5 jam lebih baik, daripada tidak sama sekali
Dewan Keamanan PBB hari Sabtu lalu (24/2) dengan suara bulat memutuskan resolusi gencatan senjata 30 hari di seluruh Suriah. Namun resolusi itu hanya merupakan seruan, tanpa sanksi bagi pihak-pihak yang terlibat perang.
Setelah deklarasi gencatan senjata dari Moskow, PBB menyambut langkah Rusia. "Gencatan senjata lima jam "lebih baik daripada tidak ada (gencatan senjata) sama sekali”, kata jurubicara PBB Stephane Dujarric.
Rusia memperingatkan, situasi di kawasan yang dikuasai pemberontak Suriah bisa meruncing. Kementerian Luar Negeri di Moskow menerangkan, tiga kelompok pemberontak Suriah melakukan aksi-aksinya "di bawah satu komando gabungan”. Ketiga kelompok itu menahan "ratusan sandera, di antaranya perempuan dan anak-anak”.
Pemerintah Jerman: Genjatan senjata kemanusiaan langkah awal
Pemerintah Jerman juga menyambut gencatan senjata beberapa jam di Ghouta timur, namun menyatakan bahwa langkah itu saja belum cukup. Menurut keterangan jurubicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Menteri Luar Negeri Sigmar Gabriel berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan menegaskan lagi pentingnya penerapan resolusi DK PBB.
"Gencatan senjata selama lima jam hanya bisa menjadi langkah awal”, demikian disebutkan dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Jerman.
Kawasan Ghouta timur yang dikuasai pemberontak dikepung pasukan pemerintah Suriah sejak tahun 2013. Dalam beberapa minggu terakhir, pasukan pemerintah dengan bantuan militer Rusia melakukan serangan gencar. Sejak bulan Februari, menurut berbagai sumber lebih dari 550 penduduk sipil tewas, termasuk diantaranya lebih dari 130 anak-anak. Ghouta timur berpenduduk sekitar 400 ribu orang.
Siapa Yang Berperang di Konflik Suriah?
Konflik di Suriah memasuki babak baru setelah militer Turki melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah. Inilah faksi-faksi yang berperang di Suriah.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
Perang Tiada Akhir
Suriah telah dilanda kehancuran akibat perang saudara sejak 2011 setelah Presiden Bashar Assad kehilangan kendali atas sebagian besar negara itu karena berbagai kelompok revolusioner. Sejak dari itu, konflik menarik berbagai kekuatan asing dan membawa kesengsaraan dan kematian bagi rakyat Suriah.
Foto: picture alliance/abaca/A. Al-Bushy
Kelompok Loyalis Assad
Militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) alami kekalahan besar pada 2011 terhadap kelompok anti-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army. SAA adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad. Pada bulan September, Turki meluncurkan invansi militer ketiga dalam tiga tahun yang menargetkan milisi Kurdi.
Foto: picture alliance/dpa/V. Sharifulin
Militer Turki
Hampir semua negara tetangga Suriah ikut terseret ke pusaran konflik. Turki yang berbatasan langsung juga terimbas amat kuat. Berlatar belakang permusuhan politik antara rezim di Ankara dan rezim di Damaskus, Turki mendukung berbagai faksi militan anti-Assad.
Foto: picture alliance/dpa/S. Suna
Tentara Rusia
Pasukan dari Moskow terbukti jadi aliansi kuat Presiden Assad. Pasukan darat Rusia resminya terlibat perang 2015, setelah bertahun-tahun menyuplai senjata ke militer Suriah. Komunitas internasional mengritik Moskow akibat banyaknya korban sipil dalam serangan udara yang didukung jet tempur Rusia.
Sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat yang terdiri lebih dari 50 negara, termasuk Jerman, mulai menargetkan Isis dan target teroris lainnya dengan serangan udara pada akhir 2014. Koalisi anti-Isis telah membuat kemunduran besar bagi kelompok militan. AS memiliki lebih dari seribu pasukan khusus di Suriah yang mendukung Pasukan Demokrat Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Images/US Navy/F. Williams
Pemberontak Free Syrian Army
Kelompok Free Syrian Army mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad 2011. Bersama milisi nonjihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan meminta pemilu demokratis. Kelompok ini didukung Amerika dan Turki. Tapi kekuatan FSA melemah, akibat sejumlah milisi pendukungnya memilih bergabung dengan grup teroris.
Foto: Reuters
Pemberontak Kurdi
Perang Suriah sejatinya konflik yang amat rumit. Dalam perang besar ada perang kecil. Misalnya antara pemberontak Kurdi Suriah melawan ISIS di utara dan barat Suriah. Atau juga antara etnis Kurdi di Turki melawan pemerintah di Ankara. Etnis Kurdi di Turki, Suriah dan Irak sejak lama menghendaki berdirinya negara berdaulat Kurdi.
Foto: picture-alliance/AA/A. Deeb
Islamic State ISIS
Kelompok teroris Islamic State (Isis) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pada tahun 2014 berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak. Wajah baru teror ini berusaha mendirikan kekalifahan, dan namanya tercoreng akibat genosida, pembunuhan sandera serta penyiksaan brutal.
Foto: picture-alliance/dpa
Afiliasi Al Qaeda
Milisi teroris Front al-Nusra yang berafiliasi ke Al Qaeda merupakan kelompok jihadis kawakan di Suriah. Kelompok ini tidak hanya memerangi rezim Assad tapi juga terlibat perang dengan pemberontak yang disebut moderat. Setelah merger dengan sejumlah grup milisi lainnya, Januari 2017 namanya diubah jadi Tahrir al-Sham.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Nusra Front on Twitter
Pasukan Iran
Iran terlibat pusaran konflik dengan mendukung rezim Assad. Konflik ini juga jadi perang proxy antara Iran dan Rusia di satu sisi, melawan Turki dan AS di sisi lainnya. Teheran berusaha menjaga perimbangan kekuatan di kawasan, dan mendukung Damaskus dengan asistensi startegis, pelatihan militer dan bahkan mengirim pasukan darat.