1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikSri Lanka

Presiden Rajapaksa Melarikan Diri sebelum Mengundurkan Diri

13 Juli 2022

Presiden Gotabaya Rajapaksa dan istrinya melarikan diri ke Maladewa dengan jet milik AU Sri Lanka. Dia menjadi yang terakhir dari enam anggota dinasti paling berpengaruh di negara itu yang masih memegang kekuasaan.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa
Seorang pejabat imigrasi mengatakan Presiden Gotabaya Rajapaksa terbang ke Maladewa dengan pesawat milik Angkatan Udara Sri LankaFoto: Andy Buchanan/AP Photo/picture alliance

Dominasi politik keluarga Rajapaksa di Sri Lanka selama hampir dua dekade berakhir, ketika Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negara itu pada Rabu (13/07) pagi. Seorang pejabat imigrasi mengatakan, presiden dan istrinya, bersama dengan dua pengawal, melarikan diri dengan pesawat milik Angkatan Udara Sri Lanka menuju ibu kota Maladewa, Male.

Informasi tersebut kemudian dibenarkan oleh Angkatan Udara Sri Lanka.

Kaburnya Presiden Rajapaksa menjadi puncak dari kisruh politik di negara Asia Selata itu, setelah rangkaian protes besar selama berbulan-bulan akibat krisis ekonomi yang parah, yang pada akhirnya memaksa para pengunjuk rasa menyerbu kediaman resmi presiden dan perdana menteri pada hari Sabtu (09/07).

Kemarahan publik membuat presiden Gotabaya Rajapaksa bersembunyi dan setuju untuk mundur pada hari Rabu (13/07), yang sekaligus membuka jalan bagi "transisi kekuasaan yang damai."

Runtuhnya oligarki Rajapaksa

Pada hari Selasa (12/07), pejabat imigrasi mencegah mantan Menteri Keuangan Basil Rajapaksa, saudara kandung presiden, terbang ke luar negeri. Kejadian ini menyoroti memudarnya pengaruh dinasti Rajapaksa yang telah mendominasi politik lokal di distrik selatan pedesaan mereka selama beberapa dekade.

Keluarga Rajapaksa berhasil mengkonsolidasikan kekuasaan mereka ketika Mahinda Rajapaksa memenangkan kursi kepresidenan pada tahun 2005 dan menduduki jabatan itu  selama 26 tahun.

Mahinda saat memimpin negara itu  juga menyaksikan penumpasan pemberontak Macan Tamil pada tahun 2009, di mana Gotabaya Rajapaksa menduduki jabatan sebagai menteri pertahanan saat itu.

Sejak perang saudara di Sri Lanka, Gotabaya telah menghadapi tuduhan kejahatan perang dan tindakan penyiksaan, yang selalu dibantahnya. Mahinda tetap berkuasa hingga 2015, ketika dia kalah secara tak terduga dari oposisi yang dipimpin oleh mantan ajudannya.

Keluarga itu kembali berkuasa pada 2019 setelah kasus pemboman maut pada Minggu Paskah. Gotabaya Rajapaksa terpilih sebagai presiden.

Pada Agustus 2020, partainya meningkatkan dominasinya menjadi dua pertiga suara di parlemen, memungkinkan pencabutan undang-undang yang membatasi kekuasaan presiden, termasuk batas dua kali masa jabatan. Gotabaya Rajapaksa mengangkat kembali Mahinda sebagai perdana menteri dan kerabat lainnya dari dinasti Rajapaksa sebagai menteri di berbagai kementrian.

Mahinda mengundurkan diri sebagai perdana menteri, setelah massa pendukungnya menyerang pengunjuk rasa anti-pemerintah pada 9 Mei lalu.

Sebelum melarikan diri, Gotabaya adalah yang terakhir dari enam anggota keluarga paling berpengaruh di negara itu yang masih memegang kekuasaan.

Apa yang terjadi setelah Rajapaksa mundur dan melarikan diri?

Menurut konstitusi Sri Lanka, setelah pengunduran diri presiden, perdana menteri harus mengambil peran tersebut. Namun, petahana Ranil Wickremesinghe juga akan mundur jika konsensus tercapai untuk membentuk pemerintahan baru.

Ketua Parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena kemungkinan akan mengambil alih kekuasaan di negara Asie Selatan itu sampai presiden baru terpilih. Pemungutan suara direncakan akan dilakukan pada 20 Juli 2022.

Pemimpin partai oposisi utama, Sajith Premadasa, yang dikalahkan Gotabaya Rajapaksa dalam pemilihan presiden 2019 mengatakan, dia akan mencalonkan diri lagi untuk posisi presiden di negara itu.

ha/as (AP, AFP, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait