Presiden Trump Kirim Pasukan Tambahan ke Afghanistan
22 Agustus 2017
Presiden Trump berganti posisi soal Afghanistan dan mengumumkan pengiriman pasukan tambahan AS ke kawasan itu. Selama kampanye, Trump pernah berjanji menarik seluruh pasukan dari Afghanistan.
Iklan
Presiden AS Donald Trump dalam pidato resminya kepada publik mengakui, "di belakang meja di Oval Office" segala sesuatunya tampak berbeda. Selama kampanye pemilu presiden yang lalu, Trump sebenarnya mengecam pengiriman pasukan ke Afghanistan sebagai pemborosan waktu dan uang dan berjanji akan mengakhiri perang AS di sana dan segera menarik seluruh pasukan pulang.
"Naluri saya adalah untuk menarik keluar," kata Trump ketika berbicara tentang perang melawan teror di Afghanistan yangtelah menewaskan ribuan tentara AS dan membebani pembayar pajak AS dengan triliunan dolar.
Namun setelah berbulan-bulan berunding, Trump akhirnya mengatakan bahwa dia telah menyimpulkan "konsekuensi dari penarikan (pasukan) yang cepat dapat diperkirakan dan itu tidak dapat diterima" karena akan meninggalkan "kekosongan" yang "akan segera terisi" oleh teroris.
Namun Trump menolak menyebutkan jumlah pasukan yang terperinci. Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa dia telah memberi instruksi pada menteri pertahanan agar menyiapkan sekitar 3.900 tentara untuk diberangkatkan ke Afghanistan.
Pejabat itu memperingatkan, pendekatan yang sekarang akan lebih pragmatis daripada idealis. Bantuan keamanan ke Afghanistan "bukan cek kosong" katanya. Dia menegaskan, tidak akan mengirim militer ke luar negeri untuk kepentingan"membangun demokrasi di tanah yang jauh atau menciptakan demokrasi menurut citra kita sendiri."
"Kami bukan mengurus pembangunan bangsa, kami membunuh teroris," katanya.
Pengiriman pasukan AS ke Afghanistan dimulai tahun 2001 setelah serangan teror 11 September untuk memburu kelompok teroris Al Qaeda. Namun kini, misi pasukan AS adalah mempertahankan negara dengan sistem demokrasi terhadap serangan-serangan brutal kelompok Taliban.
Menanggapi rencana penambahan pasukan AS di Afghanistan, kelompok-kelompok militan di wilayah itu mengancam akan menjadikan Afghanistan "sebuah kuburan besar" bagi serdadu Amerika Serikat. Mereka menyatakan akan dan akan melanjutkan "jihad" selama tentara Amerika masih hadir di Afghanistan.
"Jika Amerika tidak menarik pasukannya, Afghanistan segera akan menjadi kuburan baru bagi negara itu," kata Zabiullah Mujahid, juru bicara Taliban di Afghanistan dalam sebuah pernyataan.
Trump juga mengeritik Pakistan yang menurutnya terlalu lunak terhadap kelompok-kelompok militan.
"Kami telah membayar miliaran dan miliaran dolar untuk Pakistan, tapi pada saat yang sama, (Pakistan) mereka dekat dan dibeberapa tempat mendukung terori," katanya.
Tolak Teror - Ciptakan Wajah Baru Afghanistan
Desainer fesyen asal Amsterdam Nawed Elias menolak citra Afghanistan yang dicemari terorisme. Dengan desain inovatifnya, ia ingin mengubah secara radikal citra Afghanistan di mata dunia.
Foto: DW/Masood Saifullah
'Bangkit dari Debu'
Di dunia barat, pakaian tradisional Afghanistan kerap diasosiasikan dengan perang, juga citra pria radikal islam yang mengenakan turban dan jubah panjang. Tapi pakaian ini sebenarnya bagian kebudayaan kaya Afghanistan. Dalam pameran mode di Amsterdam, perancang busana Nawed Elias berupaya menepis pandangan buruk lewat pameran berjudul "Rise from the Ashes."
Foto: DW/Masood Saifullah
Menengok Sejarah Panjang
Desainer busana campuran Afghanistan-Belanda itu menunjukkan karyanya di berbagai negara. Labelnya "Zazai" menunjukkan cintanya kepada negara asal dan akar budayanya.
Foto: DW/Masood Saifullah
Suara dan Gambaran Perang
Elias (paling depan) lahir di Afghanistan 1993. Ketika itu, perang saudara mematikan sudah berkecamuk di negaranya. Aktornya berbagai kelompok Mujahidin, yang berusaha mengambil alih kekuasaan atas ibukota Afghanistan Kabul, setelah Uni Sovyet menarik diri dari sana. Elias mengingat jelas suara dan gambar-gambar dari perang, dan ini membentuk karya-karyanya.
Foto: DW/Masood Saifullah
Warna-Warna Afghanistan
Dengan inspirasi dari berbagai daerah di Afghanistan, desain Zazai, yaitu warna dan polanya, menggambungkan modernitas dan tradisi. Mereka menampilkan ciri berbeda karen berpadu dengan kebudayaan Barat.
Foto: DW/Masood Saifullah
Di Balik Panggung
Sebelum para peraga busana naik panggung, Elias mengadakan pengecekan terperinci. Elias bekerja secara teliti bersama model dan mempersiapkan mereka secara individual, sehingga visinya bisa tampak sebaik mungkin.
Foto: DW/Masood Saifullah
Terbelenggu pada Kekerasan
Pagelaran busana karya Elias lebih dari sekedar para model yang berjalan di atas panggung. Misalnya, koreografi peragaan busana berjudul "Rise from the Ashes" dibuat juga sebagai gambaran sejarah Afghanistan, negara di mana perang dan serangan bom mengamuk. Foto: gambaran Afghanistan yang terbelenggu dalam kekerasan.
Foto: DW/Masood Saifullah
Secercah Harapan
Perancang mudah itu percaya, generasi muda adalah jaminan masa depan Afghanistan. "Ia ingin memberikan generasi muda perspektif alternatif," demikian dikatakannya kepada DW. "Generasi musah tidak boleh ikut pemimpin secara buta. Foto: seorang model menggendong anak kecil, yang jadi gambaran secercah harapan.
Foto: DW/Masood Saifullah
Pernyataan Politik
Elias sudah tinggal lama di luar negeri. Tapi ia tetap punya pandangan politik kuat tentang Afghanistan. Lewat karyanya ia mengkritik politik Afghanistan, para pemimpin yang berperang dan korupsi. "Tentu saja saya punya pernyataan politik, dan saya tidak malu untuk menunjukkannya lewat karya saya," katanya.