Presiden Tsai Ing-wen Tekankan Eratnya Hubungan AS-Taiwan
31 Maret 2023
Amerika Serikat dan Taiwan sekarang “lebih dekat” dari sebelumnya, kata Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat singgah di New York. Sejauh ini belum ada tindakan militer “yang tidak biasa” oleh Cina karena kunjungan itu.
Iklan
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen tiba di New York pada hari Rabu (29/03) dalam perjalanannya ke Amerika Tengah. Dalam perjalanan kembali ke Taipei minggu depan, dia akan berhenti di Los Angeles. Pada kesempatan itu di berencana bertemu dengan Ketua Parlemen AS Kevin McCarthy. Cina memperingatkan, kalau pertemuan itu terjadi, hal tersebut dapat mengarah pada "konfrontasi serius" dalam hubungan AS-Cina.
Kunjungan Presiden Taiwan dilakukan saat hubungan AS-Cina berada pada tingkat terburuk sejak Washington menormalisasi hubungan dengan Beijing pada 1979, kata para pengamat. Ini merupakan persinggahan ketujuh kali bagi Tsai Ing-wen sejak menjabat pada tahun 2016.
Dalam sebuah acara tertutup hari Rabu bersama warga Taiwan di New York, Tsai Ing wen memaparkan pencapaian ekonomi, keamanan, dan diplomatik Taiwan, kata kantornya dalam sebuah pernyataan hari Kamis (30/03).
"Mercusuar demokrasi Asia"
Tsai Ing-wen menyebut Taiwan sebagai "mercusuar demokrasi di Asia" dan menambahkan: "Secara khusus, hubungan antara Taiwan dan Amerika Serikat lebih dekat dari sebelumnya." Dia juga menggarisbawahi "kemajuan signifikan" dalam kerja sama kedua negara di bidang ekonomi dan keamanan.
Iklan
Meskipun menghadapi "tantangan besar", Taiwan tidak akan terisolasi, kata Tsai. Dia juga berterima kasih kepada pemerintah AS yang telah mengimplementasikan perjanjian keamanan dengan Taiwan, termasuk sembilan kali penjualan senjata yang diumumkan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.
Tsai Ing-wen dijadwalkan untuk berbicara di acara lembaga think tank Hudson Institute pada Kamis (30/03), kata sebuah sumber. Namun, biro perwakilan Taiwan di AS mengatakan semua acara di New York bersifat tertutup untuk pers dan publik.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Belum ada gelagat Cina yang "tidak biasa”
Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan, dari Rabu (29/03) hingga Kamis (30/03) pagi tidak terlihat satu pun pesawat Cina memasuki zona pertahanan udara Taiwan atau melintasi garis median Selat Taiwan, yang berfungsi sebagai perbatasan tidak resmi.
Angkatan udara Cina hampir setiap hari terbang ke zona pertahanan udara atau melintasi garis median. Taiwan menyebut aksi itu sebagai "peperangan di zona abu-abu", yang dirancang untuk menguji dan melemahkan pasukan Taiwan.
Seorang pejabat senior keamanan Taiwan mengatakan, jika Presiden Tsai Ing-wen nantinya bertemu dengan McCarthy, pihaknya tidak mengharapkan reaksi yang lebih keras dari Beijing daripada ketika Ketua DPR AS Nancy Pelosi berkunjung ke Taipei tahun lalu.
Washington, seperti kebanyakan negara, hanya memelihara hubungan tidak resmi dengan Taipei, tetapi AS dalam undang-undangnya mengharuskan pemerintah untuk menyediakan sarana agar pulau itu dapat mempertahankan diri.