Erdogan Resmikan Masjid Ramah Lingkungan di Inggris
6 Desember 2019
Penuhi undangan Yusuf Islam, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan resmikan masjid ramah lingkungan di Cambridge, Inggris. Panel surya dan filterisasi air limbah jadi bagian dari teknologi rumah ibadah ini.
Iklan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meresmikan sebuah masjid ramah lingkungan pada hari Kamis (05/12) di Cambridge, Inggris. Masjid ini sebagian didanai oleh organisasi –organisasi Turki .Di websitenya, Cambridge Central Mosque tertera pernyataaan "inilah masjid Inggris untuk abad ke -21”.
Dalam sambutannya di hari peresmian masjid, Kamis (05/12), Erdogan sempat menyinggung soal meningkatnya Islamofobia "Seorang muslim tidak bisa menjadi teroris dan seorang teroris tidak akan muncul dari Islam... Kami tidak dan tidak akan menerima label "teror Islam," ujar Erdogan dalam pidatonya yang disiarkan secara langsung di akun Twitter.
"Saya rasa rumah ibadah ini akan menjadi jawaban terbaik atas kebangkitan anti-Islamisme," tandas Erdogan sebagaimana dikutip dari dpa. Dikatakannya, kompleks masjid itu, yang dapat menampung 1.300 jemaah, adalah masjid ramah lingkungan pertama di Eropa.
Erdogan dilaporkan diundang untuk membuka masjid oleh penyanyi veteran Yusuf Islam. Penyanyi kawakan yang lebih dikenal sebagai Cat Stevens itu juga hadir dalam acara pembukaan.
Gunakan panel surya dan air kelabu
Masjid itu menggunakan panel surya dan filterisasi air kelabu atau limbah pemukiman yang dikumpulkan dari semua peralatan sanitasi rumah (kecuali toilet)—untuk sistem pendingin dan pemanas ruangan.
Masjid ini juga didesain oleh arsitek yang menggunakan teknologi canggih hingga bisa menghasilkan tidak adanya jejak karbon. Masjid ini juga digagas dengan konsep menghomati bentuk dan material alami dengan bangunan kubahnya yang menyerupai hutan.
Konferensi "Eco-Islam" di Karachi: Bersama Berbagi Gagasan Perlindungan Lingkungan
Setelah Jakarta, giliran Karachi, Pakistan. yang disambangi DW untuk perhelatan konferensi "Eco-Islam". Para pemuka agama mengembangkan ide-ide segar bagaimana umat beragama mampu menjaga kelestarian alam.
Foto: DW
Kehadiran Media di konferensi “Eco Islam“
Di Karachi, konferensi “Eco-Islam“ yang diselenggarakan di bawah slogan "Mengasihi Manusia – Mengasihi Alam" berada di bawah proyek DW Mukalama. Seminar ini bekerja sama dengan organisasi lokal T2F dan PeaceNiche. Para ilmuwan, cendekiawan agama dan aktivis bertukar pandangan dan pengalaman dengan para peserta. Perwakilan media lokal juga hadir untuk meliput acara ini.
Foto: DW/A.W. Achakzai
Peter Limbourg, Direktur Jenderal DW
Direktur Jenderal DW Peter Limbourg menyambut para peserta konferensi dan menekankan bahwa DW ingin membantu orang-orang dari latar budaya, agama dan negara yang berbeda untuk terlibat dalam dialog dan untuk bertukar pandangan tentang isu-isu perdamaian dan lingkungan.
Foto: DW
Debarati Guha, Direktur DW Asia
Direktur Departemen Asia DW Debarati Guha mengatakan tidak hanya Pakistan yang menghadapi masalah lingkungan tetapi juga negara-negara lain di kawasan itu. Dia menekankan pentingnya perlindungan lingkungan dilakukan berbagai pihak. Konferensi "Eco Islam" ketiga DW akan berlangsung di Dhaka Bangladesh, demikina diumumkan Debarati Guha.
Foto: DW
Murtaza Wahab (tengah), Penasihat Lingkungan untuk Kepala Menteri Provinsi Sindh dan Saeed Ghani (kanan), Menteri Informasi Provinsi Sindh
Menteri Informasi Provinsi Sindh, Saeed Ghani (kanan di gambar) dan Penasihat Kepala Menteri Provinsi untuk lingkungan di provinsi yang sama, Murtaza Wahab (tengah) juga diundang ke konferensi. Peserta konferensi menanyakan program pemerintah untuk menyelesaikan masalah air, limbah, dan lingkungan di Karachi. Mereka mengakui bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan.
Foto: DW
Tofiq Pasha Mooraj, pakar lingkungan
Ahli lingkungan, Tofiq Pasha Mooraj menjelaskan masalah pasokan air di kota-kota Pakistan dan masalah pengelolaan air. Menurutnya jutaan liter air terbuang sia-sia setiap hari, meski air semakin hari semakin sedikit. Dia memperingatkan hari ketika "orang-orang kehabisan air".
Foto: DW/A.W. Achakzai
Dr. Mohsin Naqvi, Cendikia muslim
Akademisi Dr. Mohsin Naqvi mengutip pernyataan dari Al-Qur'an yang menyatakan bahwa muslim yang taat tidak boleh melukai diri mereka sendiri maupun terhadap lingkungan.
Foto: DW/A.W. Achakzai
Dr. Muhammad Akmal, perwakilan Universitas Agrikultur Khyber Pashtunkhwa
Muhammad Akmal dari Universitas Khyber Pashtunkhwa, Pakistan berbicara tentang perubahan iklim di negaranya. Dia mengutip angka-angka dan penelitian yang menunjukkan bahwa musim panas dan musim dingin di Pakistan jadi semakin ekstrem setiap tahunnya.
Foto: DW/A.W. Achakzai
Dr. Waqal Yousuf Azeemi, Editor Roohani Digest
Waqal Yousuf Azeemi, penerbit Roohani Digest menyebut bumi sebagai seorang ibu. Menurutnya, setiap agama meminta umat untuk menghormati ibu mereka.
Foto: DW
Ahmad Shabbar, pengusaha pengelolaan sampah
Ahmad Shabbar, pengusaha pengelolaan sampah, berbicara tentang masalah sampah kota di ‘megacity’. Dia menyerukan pengelolaan limbah yang lebih baik dan arti pentingnya dalam lebih banyak melakukan aksi daur ulang. Menurutnya, ada banyak cara untuk mengelola sampah secara ekologis dan ekonomis yang lebih baik daripada yang sudah dikerjakan sekarang.
Foto: DW
Afia Salam, jurnalis dan penasihat untuk Forum Nasional untuk Lingkungan dan Kesehatan Pakistan
Afia Salam, seorang jurnalis dan penasihat Forum Nasional Lingkungan dan Kesehatan di Pakistan, mendesak semua orang untuk tidak memperlakukan Bumi sebagai milik mereka sendiri, tetapi untuk melihat dan melindunginya sebagai warisan bagi generasi mendatang.
Foto: DW
Raj Kumar, aktivis sosial
Raj Kumar, aktivis perdamaian dan sosial, menjelaskan bagaimana pengelolaan air yang lebih baik dapat mengubah kehidupan di daerah-daerah terpencil. Dia memberi contoh kota asalnya, Tharparkar, di mana ia bekerja untuk membangun kesadaran warga akan apa yang dapat mereka lakukan sendiri untuk menyelesaikan masalah lingkungan.
Foto: DW
Peter Jacob, pekerja profesional hak asasi manusia
Peter Jacob, aktivis HAM berbicara tentang bagaimana agama Kristen dan agama lain berbagi ajaran yang berhubungan dengan perdamaian yang sama dan bahwa semua agama mengajarkan untuk tidak melukai orang dan tidak merusak lingkungan.
Foto: DW
Prof. Saeed Ahmad, penerjemah puisi Sufi Punjabi
Saeed Ahmad, penerjemah puisi Sufi Punjabi, menyajikan contoh-contoh puisi Sufi yang membahas topik-topik tentang lingkungan.
Foto: DW
Dr. Ammar Khan Nasir, akademisi
Ammar Khan Nasir, seorang akademisi menyerukan lebih banyak kontak antara Timur dan Barat untuk mengelola masalah lingkungan bersama secara lebih baik.
Foto: DW
Aprida Sondang, Wahid Foundation
Aprida Sondang dari Wahid Foundation Indonesia menyajikan hasil laporan konferensi “Eco Islam” sebelumnya di Jakarta dan bagaimana kontribusinya untuk meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya topik ini.
Foto: DW
Muhammad Mustafa, pengasuh Pondok pesantren Annuqayah
Muhammad Mustafa, seorang pengasuh pondok pesantren di Madura melaporkan tentang proyek-proyek lokal di mana perempuan setempat bekerja meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perlindungan lingkungan, termasuk pengembangan tanaman herbal lokal. (Ed: Ahmad Wali Achakzai /ap/rzn)
Foto: DW
16 foto1 | 16
Langkah terbaik untuk melindungi alam
Pengajar di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah --pondok pesantren di Madura yang terkenal dengan kurikulum lingkungan-- Muhamad Mushtapha mengatakan di mana pun juga upaya untuk membangun masjid ramah lingkungan harus didukung. "Ini bisa menjadi pintu masuk untuk menegaskan visi hijau agama. Juga sebagai dorongan agar para pemeluknya mempunyai perhatian yang besar untuk secara nyata mengambil langkah bersama untuk merawat dan melindungi alam.”
Di Indonesia sudah ada masjid ramah lingkungan yang diprakarsai salah satunya oleh Hayu Prabowo dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Satu di antaranya adalah Az-Zikra, di Sentul, yang memanen air hujan untuk kebutuhan wudhu. Hayu menuturkan rasa gembiranya program Eco Masjid yang beralan di Indonesia diikuti pula oleh amsjid-masjid lainnya di dunia.
"Islam yang rahmatan lil 'alamin memang mewajibkan umatnya utk berhubungam baik dengan Allah (hbalum minallah, berhubungan baik dgn sesama manusia (hablum minannas) dan berhibungan baik dengan alam (hablum minal alam)."
Ditambahkannya, dalam hal ini eco-masjid tidak hanya melihat pada bangunan fisik masjid saja, namun juga merupakan bagian ibadah, pendidikan dan kemasyarakatan melalui keterkaitan antara pengurus masjid dan jamaah.
ap/rzn(dpa/berbagai sumber)
Masjid di Sentul ini Punya Cara Unik Dalam Menjaga Lingkungan