Presiden Turki Erdogan memaki dengan nada merendahkan PM Irak Al Abadi berkaitan dengan operasi militer di Mosul. Insiden ini picu ketegangan diplomatik dua negara.
Iklan
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Irak bahwa pihaknya tidak akan menerima instruksi dari pemerintah di Baghdad, berkaitan dengan kehadiran pasukan Turki di dekat Mosul. Dengan nada merendahkan Erdogan menekankan, bahwa Perdana Menteri Irak, Haider Al Abadi harus tahu diri, karena tidak setimpal, tak punya hak bicara dan tidak memiliki kapasitas seperti presiden Turki. Penghinaan Erdogan ini semakin mempertajam konflik di antara kedua sekutu AS di kawasan itu.
Dalam sebuah pidato, Erdogan mengatakan Selasa kemarin di Istanbul, bahwa PM Irak Haider al Abadi sendirilah yang meminta pendirian markas militer Bashiqa, sekitar 12 kilometer di sebelah timur laut kota Mosul yang dikuasai organisasi teror Islamic State (ISIS).
Lawan teroris Islamic State
Ankara mengirim tambahan 500 personil militer ke daerah Bashiqa di bagian utara Irak tahun lalu. Di daerah itu sebelumnya sudah ada tentara Turki yang melatih tentara Irak untuk menghadapi ISIS. Turki menyatakan, itu hanya rotasi rutin tentara yang ikut dalam misi pelatihan. Sebaliknya Baghdad menyatakan, pengiriman serdadu Turki itu tanpa ijin pihak Irak.
"Kini ia (al Abadi) mengatakan, 'Pergi dari sini,'" demikian dikatakan Erdogan menurut laporan kantor berita Anadolu. Sebagai reaksi dari perkataan al Abadi, Erdogan melontarkan pernyataan tajam, "Tentara Republik Turki belum kehilangan kekuatannya, sehingga perlu menerima instruksi dari kamu." Setelah itu Erdogan mengatakan serentetan penghinaan terhadap PM Irak itu. Erdogan juga mengatakan al Abadi menghinanya, dan menekankan, Turki akan melakukan apa yang dianggapnya benar.
PM Irak Haider al Abadi, yang meminta Turki menarik pasukannya menjawab dengan kasar penghinaan Erdogan. "Kami memang tidak setara kalian," kata al Abadi. "Kami akan membebaskan negara dengan tekad prajurit, bukan dengan pembicaraan video," demikian ditambahkannya. Dengan komentar itu al Abadi mengejek Erdogan yang menyerukan persatuan negara dengan sarana video dari ponsel ketika kudeta terjadi Juli lalu.
Cantik dan Mematikan: Prajurit Perempuan Pelumat ISIS
Mereka cantik, tetapi juga mematikan. Buat melumat ancaman kelompok teror Islamic State, perempuan Kurdi tidak segan mengangkat senjata. Keberadaan mereka di garda terdepan mengusik sikap anti perempuan kelompok radikal.
Foto: Reuters/A. Jadallah
Ditakuti dan Dibenci
Sejak beberapa tahun terakhir pasukan bersenjata Kurdi, Peshmerga, menerjunkan kaum perempuan buat bertempur di garda terdepan dalam perang melawan Islamic State. Mereka ditakuti, tutur Kolonel Nahida Ahmad Rashid, komandan batalyon perempuan Peshmerga, "karena pejuang IS merasa mereka yang mati di tangan perempuan tidak akan masuk surga."
Foto: Getty Images/AFP/S. Hamed
Berbayar Nyawa
Kekhawatiran terbesar prajurit perempuan Peshmerga adalah ditangkap oleh gerilayawan IS. Menurut berbagai laporan, mereka biasanya disiksa dan diperkosa sebelum dibunuh. Oleh pimpinan Peshmerga setiap serdadu perempuan diperintahkan menyisakan satu butir peluru buat melumat nyawa sendiri sebelum ditangkap.
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Uluran Tangan Barat
Batalyon kedua Pesherga saat ini berkekuatan 500 serdadu yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Satuan tempur ini berbasis di Sulaymaniyah, Kurdistan, dan terletak tidak jauh dari perbatasan Iran. Lantaran kiprahnya dalam perang melawan IS, Peshmerga sering mendapat bantuan militer dari negara-negara barat. termasuk diantaranya program pelatihan buat perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Persamaan Gender di Jantung Kekuasaan IS
Prajurit perempuan Peshmerga ikut memanggul beban tugas yang sama seperti kaum lelaki. Mereka dikirim dalam misi pengintaian, berpatroli, menjaga pos pengawasan atau rumah sakit. "Satu-satunya perbedaan," kata Kolonel Rashid, sang komandan, "adalah para lelaki memakai senapan yang lebih berat."
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Perempuan di Akar Tradisi
Peshmerga yang dalam bahasa Kurdi berarti "mereka yang menatap mata kematian," aktif sejak akhir Perang Dunia I. Sejak dulu sayap militer Kurdi ini bertempur melawan pemerintahan Irak. Sejak jatuhnya rejim Saddam Hussein, wilayah Kurdistan menikmati otonomi dan kemajuan ekonomi. Perempuan yang teremansipasi sudah mengakar dalam tradisi Kurdi
Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
Ekspresi Kebebasan Perempuan Kurdi
Peshmerga pertamakali merekrut prajurit perempuan sekitar 20 tahun lalu. Selain Peshmerga, minoritas Kurdi juga memiliki kelompok bersenjata lain seperti Partai Buruh Kurdi, PKK, atau YPG yang juga banyak diperkuat oleh kaum hawa. Adalah Abdullah Öcalan, pimpinan PKK, yang pertama kali mencetuskan ide serdadu perempuan. "Jika perempuan dijadikan budak, lelaki pun mengalami nasib sama," katanya
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Perjuangan demi Kebebasan
Peshmerga bertempur di front sepanjang 1000 kilometer di utara Irak. Jika dulu rejim Saddam Hussein dianggap sebagai ancaman terbesar, maka kini peran laknat tersebut digantikan oleh Islamic State. "Kami disini karena ingin melindungi apa yang telah susah payah kami capai, yakni parlemen, keamanan dan stabilitas," kata Komandan Rashid.
Foto: Reuters/A. Jadallah
7 foto1 | 7
Upaya memukul ISIS
Turki yang jadi anggota Pakta Pertananan Atlantik Utara (NATO) bertetangga dengan Suriah dan Irak, di mana ISIS belakangan ini jadi ancaman gawat. Tapi Turki nampaknya khawatir, bahwa upaya internasional untuk memukul ISIS bisa menimbulkan bahaya baru bagi negara ini.
Pasukan Turki melancarkan aksi militer ke Suriah Agustus lalu, untuk menggempur kelompok teroris ISIS dan mencegah milisi Kurdi yang disokong AS menguasai area lebih luas. Ankara khawatir melihat dukungan AS bagi kelompok yang dianggapnya pasukan Kurdi-Suriah yang berbahaya.
"Turki akan mengambil langkah sama di Irak, untuk mendesak ISIS dari Mosul", ujar Erdogan dalam pertemuan para pimpinan Islam di Istanbul. Ia menilai, sudah jadi haknya untuk ikut campur mengingat ada ancaman serius bagi negaranya.
Cekcok timbul akibat kehadiran pasukan Turki di utara Irak, tepatnya di Bashiqa untuk melatih pasukan Kurdi Peshmerga dan milisi Muslim Suni. Turki ingin mereka ikut dalam operasi militer untuk merebut kembali Mosul yang dikuasai ISIS. Sebaliknya, pemerintah Muslim Syiah di Baghdad ingin agar pasukannyalah yang maju ke front terdepan dalam serangan ke Mosul, yang jadi kota terbesar Irak di bawah kekuasaan ISIS.
ml/as (dpa, afp, rtr)
10 Risiko Politik Paling Besar Tahun 2016
Krisis 12 bulan terakhir diperkirakan akan tambah buruk. Tahun ini sudah dibuka dengan konflik Arab Saudi-Iran. Tapi itu rupanya bukan risiko utama! Berikut prediksi risiko politik oleh Eurasia Group untuk 2016.
Foto: Reuters/M. Zmeyev
10. Turki
Setelah partainya AKP menang pemilu 2015, Presiden Erdogan akan dorong penggantian sistem parlemen jadi sistem presidensial. Kemungkinan itu tidak tercapai 2016. Tapi pendukungnya akan rusak bisnis Turki dan iklim investasi. Di bidang keamanan berakhirnya masalah PKK belum kelihatan. Tekanan AS agar Ankara akhiri sepak terjang ISIS tidak akan berhasil, sementara Turki jadi makin rentan serangan.
Foto: Getty Images/AFP/A. Altan
9. Pemilu Berkurang
Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan standar hidup rendah akan sulut ketidakpuasan dalam masyarakat. Tapi 2016 tidak banyak digelar pemilu, yang sebenarnya bisa jadi kesempatan rakyat untuk protes terhadap pemerintah. Biasanya, kurangnya pemilu bisa membuat tahun lebih tenang. Tapi mengingat situasi belakangan, kurangnya pemilu bisa tingkatkan demonstrasi di jalanan dan kekerasan.
Foto: picture alliance / dpa
8. Brasil
Presiden Dilma Rousseff bertarung bagi keselamatan posisinya, sementara krisis politik dan ekonomi Brasil diperkirakan makin buruk 2016. Jika Rousseff menang pun, pemerintahannya tidak mungkin beri dorongan politik yang perlu bagi reformasi ekonomi, untuk akhiri defisit negara. Jika ia gagal, pemerintah yang dipimpin Wapres Michel Temer juga tidak akan sukses.
Foto: Getty Images/AFP/Evaristo Sa
7. Pemimpin Yang Sulit Diperhitungkan
Sejumlah pemimpin negara terkenal dengan politik yang tidak bisa diperhitungkan, akan persulit situasi politik internasional 2016. Termasuk di antaranya: Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Turki Erdogan, Wakil Raja Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman, juga Presiden Ukraina Petro Poroshenko. Intervensi mereka saling berkaitan dan bertentangan. Tindakan mereka berimplikasi bagi dunia.
Foto: Reuters/M. Zmeyev
6. Kebangkitan Dunia Teknologi
Berbagai aktor bukan negara yang berpengaruh besar dari dunia teknologi masuk panggung politik, dan punya tujuan sendiri. Mereka ambisius dan beraneka ragam, mulai dari perusahaan Silicon Valley, kelompok hacker juga filantropi. Kebangkitan mereka di dunia politik akan desak pemerintah dan masyarakat, juga sebabkan ketidakseimbangan politik dan pasar.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Tirl
5. Arab Saudi
Negara itu semakin dirongrong situasi labil, dan isolasinya akan dorong negara itu ambil langkah lebih agresif tahun ini di Timur Tengah. Penyebab eksternal kekhawatiran Arab Saudi adalah Iran, yang segera akan bebas sanksi. Ketegangan antar kedua negara belakangan ini juga akan tampak dalam konflik Suriah, Yaman dan daerah lain di Timur Tengah. Foto: Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz Al Saud
Foto: picture-alliance/dpa/Saudi Press Agency
4. ISIS dan Konconya
ISIS (Islamic State) adalah organisasi teror paling kuat di dunia. Pengikutnya dari berbagai negara. Tapi respons internasional tidak sepadan, tidak terarah dan terpecah pada kepentingan tiap pihak. 2016 masalah ini belum teratasi, dan ISIS serta konconya akan gunakan kesempatan. Negara paling rentan teror ISIS: Perancis, Rusia, Turki, Arab Saudi, AS. Juga Irak, Libanon, Yordania, Mesir, Eropa.
Foto: AFP/Getty Images
3. Pengaruh Cina
Cina adalah satu-satunya negara besar yang punya strategi ekonomi global. 2016 Cina jadi penggerak paling penting sekaligus paling tidak jelas, bagi rangkaian peristiwa ekonomi. Ini akan tambah menyulut kecemasan aktor internasional lain, yang tidak siap, tidak mengerti atau tidak setuju dengan prioritas Cina, dan tidak tahu bagaimana memberi respon terhadap Cina.
Foto: picture-alliance/dpa
2. Ketertutupan Eropa
2016 perpecahan Eropa sampai poin kritis, karena konflik timbul antara ketertutupan dan keterbukaan Eropa. Ditambah masalah kesenjangan sosial, pengungsi, terorisme, tekanan politik akar rumput. Ini jadi tantangan bagi prinsip Uni Eropa. Batas luar UE makin bermasalah. Juga Brexit. Ekonomi UE akan tetap utuh, tapi makna persatuan dan sistem sosialnya tidak bertahan.
Foto: picture-alliance/dpa
1. Aliansi Tak Bermakna
Kemitraan Trans Atlantik adalah aliansi paling penting dalam 70 tahun terakhir. Tapi sekarang melemah dan makin tidak relevan. AS tidak menentukan lagi dalam penentuan prioritas Eropa. Intervensi Rusia di Ukraina dan konflik di Suriah akan perjelas perpecahan AS dan UE. Tidak ada yang akan bisa menengahi. Foto: Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden AS Barack Obama