Kemiskinan, kegagalan, kebodohan, apakah itu salah individunya sendiri? Ada perdebatan, apakah makin kaya seseorang makin mudah sukses, demikian sebaliknya. Rahadian Rundjan tak percaya itu. Anda sependapat?
Iklan
Foto: Colourbox/ssuaphoto
Ada sekian banyak buah-buah filosofi mengenai eksistensi manusia, namun satu hal yang umum diakui adalah bahwa pada dasarnya hidup memang tidaklah adil. Tentu saja, apa yang dimaksud dengan "adil” adalah sebuah hal subjektif yang lebih baik untuk dibicarakan dalam konteks kasus per kasus daripada sebuah generalisasi. Misalnya, orang-orang yang terbiasa hidup dalam lingkungan individualis tentu memiliki pandangan berbeda tentang konsep keadilan daripada mereka yang terbiasa hidup dalam lingkungan sosial yang kooperatif.
Perihal keadilan ini lantas yang sering menjadi bahan pembicaraan, bahkan mungkin sumbu kemarahan, ketika sudah dikaitkan dengan masalah-masalah privilese dan kesuksesan seseorang. Semua orang niscaya tentu ingin menggapai kesuksesannya masing-masing, namun kita harus mengakui bahwa tiap orang memiliki titik mula yang berbeda-beda. Sebagian daripadanya berada di titik mula yang begitu istimewa karena berbagai macam faktor, umumnya karena mereka memang terlahir di tengah-tengah orang-orang terdekat maupun lingkungan yang ideal dan menyediakan sekian ragam modal untuk mempermudah mencapai kesuksesan.
Kita harus mengakui bahwa privilese itu memang ada, namun keistimewaan tersebut seharusnya tidak harus melulu dilihat sebagai sebuah benefit; namun seharusnya juga beban tanggung jawab untuk membantu orang lain yang juga membutuhkan.
Penulis: Rahadian RundjanFoto: Rahadian Rundjan
Privilese, Kesuksesan, dan Kebahagiaan
Jika seseorang berhasil menggapai kesuksesan, maka pasti ada orang-orang lain di sepanjang jalan yang memberikannya bantuan. Barrack Obama, Presiden Amerika Serikat, pernah mengatakan bahwa sangat mustahil seseorang bisa menggapai kesuksesan seorang diri tanpa faktor-faktor tambahan yang disebabkan oleh eksistensi orang lain. Semangat berjuang juga penting;Obama tidak akan menjadi presiden kulit hitam pertama di Amerika jika ia hanya bersantai-santai dan tidak bekerja keras untuk menghadapi tradisi dominasi orang-orang kulit putih dalam politik Amerika.
Sebesar atau sekecil apapun privilese seseorang, tanpa perjuangan maka ia akan sulit mencapai, atau mempertahankan, jalan kesuksesannya. Karenanya, apakah ketika seseorang yang dianggap memiliki privilese tengah berjuang, lantas orang-orang yang menganggap dirinya tidak berprivilese layak untuk mengerdilkan perjuangannya?
Belum lama ini jagat Twitter di Indonesia tengah dihebohkan dengan cuitan seorang GJH yang mempromosikan kampanye urun dana (crowdfunding) untuk seorang temannya, KJ, yang tengah kesulitan membiayai kuliahnya di Universitas Oxford, Inggris. KJ terancam tidak bisa menyelesaikan kuliah S2 di sana karena kemampuan finansialnya untuk itu mesti dialihkan untuk membiayai orang tuanya yang tengah sakit kritis. Kampanye yang bertujuan mengumpulkan dana sekitar kurang lebih 170 juta Rupiah itu pun berhasil, namun diiringi dengan beragam komentar para pengguna Twitter di Indonesia.
Misalnya, fakta bahwa kesulitan KJ tidaklah semelarat dan segenting banyak anak-anak Indonesia lain yang tengah kesulitan untuk menempuh kuliah di Indonesia akibat ketiadaan dana. Apa yang KJ lakukan, yakni kuliah luar negeri dengan biaya sendiri, dianggap sebagai kegegabahan dan kejatuhannya sekarang ini adalah resiko yang harus ditanggungnya sendiri. Terlebih ia dianggap memanfaatkan kepopuleran GJH, seorang cucu pendiri bangsa yang belakangan namanya dikenal publik. Lantas, apakah usaha urun dana yang dilakukannya untuk keluar dari masalah adalah langkah hina?
Inilah Lima Manusia Terkaya di Indonesia 2018
Pemilik perusahaan besar dan ternama di Indonesia. Anda ingin tahu siapa mereka? Simak galeri foto ini!
Foto: picture alliance/ANN
1. Keluarga Hartono, Djarum
Sejak sepuluh tahun terakhir, Hartono bersaudara sudah merajai daftar manusia terkaya di Indonesia. Robert Budi dan Michael Hartono yang mencetak duit lewat PT. Djarum dan Bank Central Asia ini ditaksir memiliki harta senilai US$ 35 miliar.
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
2. Susilo Wonowidjojo, Gudang Garam
Jauh di bawah kedua bersaudara adalah Susilo Wonowidjojo alias Tjoa Ing Hwie yang mencatat kekayaan hingga US$ 9 miliar. Selama karir bisnisnya, Wonowidjojo sempat menyerahkan Gudang Garam pada putranya, Rachman Halim pada 1984. Namun Rachman meninggal dunia pada 2008 silam.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
3. Eka Tjipta Widjaja, Sinarmas
Eka Tjipta Widjaja banyak menuai kontroversi lewat perusahaannya Sinarmas yang banyak bergerak di sektor kehutanan, antara lain lewat perusahaan kertas dan sawit. Saat ini taipan berusia senja kelahiran Quanzhou, Cina, itu ditaksir memiliki kekayaan senilai US$ 8,6 miliar.
Foto: Getty Images/AFP/A. Zamroni
4. Sri Prakash Lohia, Indorama
Dilahirkan di Kalkuta, India, dan bermukim di London, Inggris, Sri Prakash Lohia diyakini tetap berkerwarganegaraan Indonesia. Perusahaannya sendiri, Indorama, saat ini berbasis di Singapura. Sri Prakash yang merupakan ipar dari taipan logam Inggris, Lakshmi Mittal, memiliki kekayaan US$ 7,5 miliar.
Foto: picture-alliance/empics/I. West
5. Anthoni Salim, Indofood
Lama bertengger di urutan teratas dalam daftar manusia terkaya, Anthoni Salim (tengah) kini turun ke peringkat lima karena kekayaannya anjlok sebanyak US$ 1,6 miliar menjadi US$ 5,3 miliar. Pemilik grup Indofood ini pernah mengalami kekalahan pahit saat harus menjual saham mayoritasnya di BCA kepada keluarga Hartono pada saat krisis moneter, 1998 silam. (rzn/hp: forbes, kompas, ft, bloomberg)
Foto: picture alliance/ANN
5 foto1 | 5
Jelasnya, publik Twitter pun beramai-ramai mempertanyakan, menolak, bahkan mengolok-olok usaha tersebut sebagai bentuk eksploitasi orang-orang berprivilese terhadap yang tidak berprivilese. Meski secara moral maupun etika upaya KJ memang wajar diperdebatkan, namun semua itu berada dalam jalur hukum yang legal dan tanpa paksaan bagi calon-calon donaturnya. Terlebih KJ melampirkan secara detil rencana-rencana ke depannya setelah lulus, termasuk rencananya untuk membalas budi kelak.
Hal ini juga menunjukkan bahwa terkadang ketika membicarakan orang-orang yang dianggap memiliki privilese dan tengah berjuang menuju suksesnya, maka mereka cenderung sering direspon secara antipati alih-alih simpati. Mereka dianggap memiliki kemudahan yang berlebih-lebih dibandingkan orang-orang yang tidak memiliki privilese serupa, sehingga perjuangan mereka tidak layak didukung. Padahal, privilese itu bermacam-macam dan belum tentu seseorang yang dianggap memiliki privilese A juga memiliki privilese B, C, dan seterusnya. Menganalisa privilese dalam realita selalu lebih rumit daripada sekedar menjadikannya bahan pembicaraan.
Lihatlah sosok Elon Musk, orang yang paling bertanggung jawab dalam kemajuan Tesla dan SpaceX, dua perusahaan yang tengah mengguncang dunia dengan teknologi mobil-mobil listrik dan roket-roket luar angkasanya. Sebagai salah satu orang yang paling bertanggung jawab dalam menginspirasi pembangunan masa depan teknologi umat manusi, belum ditambah dengan pundi-pundi kekayaaan yang melimpah ruah, nyatanya Musk kesulitan membangun keluarga yang bahagia. Ia berkali-kali kawin cerai, dan salah satu alasannya adalah karena ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sehingga perhatiannya terhadap keluarga terbengkalai.
Masa lalu Musk juga tidak selamanya bahagia, hubungannya dengan ayahnya terbilang sangat dingin. Ia juga mendapat perlakuan tidak enak dari teman-temannya semasa sekolah, mulai dari perundungan sampai kekerasan fisik. Bahkan, saat Elon berumur 17 tahun, ia nyaris mati tertabrak truk ketika mengendarai sepeda motor; itu meninggalkan trauma mendalam sampai-sampai ia dengan tegas menolak untuk membangun sepeda motor listrik sebagaimana ia membangun mobil-mobilnya di Tesla.
Pelajaran dari kisah Musk ini menunjukkan bahwa terkadang memiliki privilese bukan berarti perjalanan hidup seseorang akan terus-menerus bahagia. Privilese berjalan seiringan dengan ekspetasi, dan semakin besar privilese tersebut, maka semakin besar pula ekspetasi dari orang-orang. Dan tidak semua orang 100 persen berbahagia kala memiliki privilese tersebut. Baik itu Bill Gates, Joff Bezos, maupun Steve Jobs tentu memiliki masalahnya masing-masing di sepanjang jalan terlepas dari privilese yang mempermudah mereka dalam meraih kesuksesan.
Yang Paling Kaya dari Yang Kaya
Majalah Forbes menerbitkan daftar orang-orang paling kaya di dunia. Terutama di posisi pucuk, sekarang ada perubahan. Siapakah yang paling kaya dari yang terkaya tahun ini versi majalah ini?
Foto: picture-alliance/dpa/M.Ciftci
Meningkat tajam
Karena harga sahamnya meningkat, pendiri toko online Amazon, Jeff Bezos, menggeser Bill Gates yang bertahun-tahun bercokol di puncak daftar orang terkaya dunia. Nilai saham Amazon milik Bezos naik hampir dua kali lipat tahun lalu. Dengan nilai kekayaan yang diperkirakan sekitar 112 milyar Dolar, Bezos juga jadi orang pertama yang hartanya melampaui 100 milyar.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Di mana batasnya?
Bill Gates tampak lebih tua dan lebih matang. Jadi walaupun tidak lagi menduduki posisi teratas, ia mungkin tidak merasa terganggu. Lagipula ini semua sifatnya relatif. Sebenarnya kekayaan Gates meningkat menjadi 90 milyar Dolar. Tetapi kenaikan yang dialami Bezos jauh lebih cepat. Bagi tiga anaknya, Gates hanya mewariskan 10 juta tiap orang. Jika terlalu banyak, akibatnya buruk, kata Gates.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Rajin sejak kecil
Dengan kekayaan senilai 84 milyar Warren Buffett menduduki tempat ke tiga. Sejak kecil ia sudah bekerja. Ia pernah jadi pengantar koran, penjual bola golf yang sudah dipakai dan pencuci mobil. Ketika berusia 11 tahun ia membeli tiga saham pertamanya.
Foto: picture-alliance/dpa/Imaginechina/Z. Min
Paling berjiwa seni di antara yang kaya
Tiga orang terkaya di dunia adalah warga AS. Warga negara lain yang masuk daftar orang paling kaya adalah warga Perancis Bernard Arnault, dengan kekayaan 72 milyar Dolar. Manajer bisnis barang mewah Louis Vuitton ini bukan hanya mengumpulkan barang seni dan punya lahan anggur. Ia juga kadang tampil sebagai pianis.
Foto: picture-alliance/dpa/Sputnik/E. Odinokov
Pewaris Walmart
Jika mencari perempuan terkaya dunia, orang baru menemukannya di posisi ke -16. Warga AS Alice Walton memiliki kekayaan 46 milyar dolar. Ia adalah putri termuda pendiri Walmart, Sam Walton, dan mewarisi sebagian bisnis itu setelah ayahnya meninggal dunia. Seluruh keluarga Walten memegang separuh saham Walmart. Dengan kekayaan 173 milyar Dolar, ini adalah keluarga terkaya Amerika Serikat.
Foto: Imago/Zuma Press/
Awalnya sederhana
Warga Jerman paling kaya adalah Karl Albrecht Jr. dan saudaranya Beate Heister. Mereka adalah pewaris jaringan supermarket Aldi-Süd (Aldi Selatan). Pewaris jaringan supermarket Aldi-Nord (Aldi Utara), yaitu Theo Albrecht Jr. hanya "lebih miskin sedikit" dari saudaranya. Awal bisnis mereka adalah toko kecil di kota Essen (foto).
Foto: ALDI Einkauf GmbH & Co. oHG via Getty Images
Ternyata uang bisa membuat senang?
Dengan kekayaan 25 milyar Dolar Susanne Klatten adalah perempuan terkaya Jerman. Foto: bersama suaminya, Jan Klatten. Ia juga orang keempat terkaya di Jerman. Kekayaannya juga terutama dari warisan. Sebagiannya adalah saham perusahaan BMW.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Dedert
Muda dan kaya
Hanya 63 dari sekitar 2.200 milyarder tahun ini berusia di bawah 40. Perempuan milyarder paling muda berasal dari Norwegia, Alexandra Andressen (kanan). Bersama kakaknya Katharina (tengah) ia mendapat warisan dari ayah mereka Johan (kiri). Kakak beradik itu mendapat bagian dari perusahaan investment Ferd, yang sekarang bernilai 1,4 milyar Dolar.
Foto: Screenshot Instagram/alexandraandresen
Jadi presiden, tidak tambah kaya
Di manakah posisi milyarder Donald Trump dalam daftar Forbes? Sejak jadi presiden, rankingnya merosot 200 dari posisi sebelumnya. Kekayaan Trump berkurang 400 juta dolar, menjadi 3,1 milyar. Selama ia duduk di Gedung Putih, kedua anak laki-laki tertuanya yang mengolah kekayaannya. Penulis: Christoph Hasselbach (ml/hp)
Foto: picture-alliance/AP/A. Harnik
9 foto1 | 9
Bagaimana Baiknya Membicarakan Privilese?
Privilese memang bukan persoalan sederhana, namun setidaknya ada dua hal yang patut dilakukan ketika membicarakannya. Pertama, seseorang yang berprivilese baiknya mengakui bahwa privilese miliknya adalah sebuah modal yang mempermudahnya menggapai kesuksesan, bukan hanya sekedar menyampaikan retorika ‘kerja keras' kala menjelaskan kunci kesuksesan mereka kepada orang lain. Kerendahan hati, dan berbagi kesuksesan mereka untuk orang-orang yang tidak lebih beruntung, bagi saya adalah jalan terbaik pemanfaatan sebuah privilese. Seseorang memang tidak bisa membantu banyak orang, tapi banyak orang dapat membantu seseorang.
Kedua, rasanya sangat tidak elok jika seseorang menyalahkan privilese orang lain secara membabi buat sebagai bentuk pelampiasan atas rasa tidak puas terhadap kondisi mereka sendiri, seperti kasus KJ di atas misalnya. Walau memang harus diakui pula, bahwa kesenjangan di Indonesia telah membuat masyarakatnya kehilangan akal sehat dalam menimbang-nimbang suatu masalah, bahkan malah kadang lebih sering menunjukkan kedengkian tak beralasan kepada orang lain yang tengah berjuang untuk sukses, alih-alih membenahi diri sendiri.
Apapun privilese yang kita punya seharusnya adalah sebuah modal untuk mempermudah kita untuk berbagi lebih banyak. Privilese tidaklah baku sebagai kunci kesuksesan, terlebih ketika sejarah memperlihatkan bahwa banyak orang-orang tidak berprivilese yang terbukti mampu menggapai kesuksesannya dan menjadi berguna bagi orang-orang lain.
Penulis @RahadianRundjan adalah esais, kolumnis, penulis dan peneliti sejarah
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia menjadi tanggung jawab penulis
*Silakan berbagi komentar pada kolom di bawah ini. Terima kasih.
Kaya Tanpa Gelar Sarjana
Di dalam bisnis teknologi komunikasi, ide dan inovasi adalah kunci sukses. Kemampuan mencium tren masa depan ini tidak bisa didapat di bangku kuliah. Buktinya, banyak petinggi bidang ini tidak menyelesaikan kuliah
Foto: AP
Bill Gates (US$ 81,2 milyar)
Pendiri perusahaan software komputer terbesar dunia Microsoft ini didaulat majalah Forbes sebagai orang terkaya dunia. Bill Gates sempat mengenyam pendidikan di Harvard University. Namun ia hanya mampu bertahan dua tahun duduk di bangku kuliah. Bersama sahabatnya, Paul Allen, Gates pada tahun 1975 mendirikan Microsoft, yang kini mempekerjakan sekitar 127.000 orang.
Foto: Paul J. Richards/Getty Images
Michael Dell ($US 22,4 milyar)
Awalnya Dell bercita-cita menjadi dokter dan kuliah di University of Texas pada 1983. Tak mampu membendung minatnya pada komputer, ia memutuskan meninggalkan bangku kuliah dan mendirikan perusahaan Dell, Februari 1984. Perusahaan yang pada awalnya cuma mempekerjakan satu orang itu sekarang memiliki sekitar 103.000 pekerja. Dell menjelma menjadi salah satu perusahaan komputer terbesar dunia.
Foto: AP
Mark Zuckerberg ($US 33,1 milyar)
Sejak tahun 2010, pria berusia 30 tahun ini menjadi langganan tetap dalam daftar tokoh paling kaya dan berpengaruh versi majalah Time. Kuliah informatika dan psikologi di Harvard University ia tinggalkan tahun 2006, dua tahun setelah mendirikan Facebook. Biografi raksasa teknologi komunikasi ini bisa disimak lewat film The Social Network.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Steve Jobs ($US 8,3 milyar)
Tokoh legendaris industri komputer ini berhasil mengangkat Apple menjadi perusahaan komputer yang eksklusif. Hampir tiga tahun setelah ia meninggal, sosok Steve Jobs dan Apple masih tetap tidak bisa saling dipisahkan. Sangat sulit untuk menemukan seorang visioner seperti Steve Jobs, yang dibesarkan oleh orangtua angkat dan tidak menyelesaikan kuliahnya.
Foto: dapd
Jan Koum ($US 7,5 milyar)
Pendiri dan CEO WhatsApp ini berasal dari keluarga miskin yang bergantung pada tunjangan pemerintah. Diajak Brian Acton masuk Yahoo dan bekerja selama hampir 10 tahun, Koum dan Acton kemudian melamar ke Facebook, namun ditolak. Januari 2009, saat memegang iPhone, ia menyadari peluang pasar bagi aplikasi ponsel pintar. Satu bulan kemudian bersama Acton ia mendirikan WhatsApp.