'Jika saya kaya, saya bisa mewujudkan impian saya jadi dokter, atau pengusaha'. Pernahkah hal itu terbersit di benak Anda? Uly Siregar meyakini bukan salah individunya jika ia gagal, tapi kemiskinan struktural. Setuju?
Iklan
Foto: picture alliance/U. Baumgarten
"Hebat, ya, dia. Sukses dari usaha kecil sekarang sudah jadi perusahaan bernilai miliaran rupiah.” Sudah jamak bila seseorang meraih sukses yang luar biasa ketika ditanya kunci kesuksesannya, jawabannya akan berkisar pada kerja keras, ketekunan, ide-ide yang otentik, passion, semangat pantang menyerah, dan sebagainya. Jarang ada orang sukses yang dengan sukarela menjawab ‘keberuntungan' apalagi ‘privilese' sebagai faktor penentu kesuksesan. Mengapa? Entahlah. Mungkin karena jawaban seperti itu tak kedengaran heroik dan tak membuat seseorang terlihat sangat istimewa.
Padahal, harus diakui, privilese atau hak istimewa memiliki peran penting dalam kesuksesan. Bahkan dalam cerita sukses yang sepertinya penuh dengan ide cemerlang dan kerja keras semata, seringkali ada privilese yang menyertai cerita sukses tersebut. Ambil contoh kisah sukses Bill Gates. Beserta Jeff Besos (Amazon), Steve Jobs (Apple), Larry Page (Google), dan beberapa nama besar lainnya, mereka disebut-sebut memulai perusahaan raksasa yang mendunia dari garasi rumah. Bagian ini diromantisisme sedemikian rupa, membuat mereka yang tak sukses jadi merasa kurang berarti, bahkan minder.
Penulis;: Uly Siregar Foto: Uly Siregar
Yang kadang lupa disebutkan bahwa ibu Bill Gates, Mary Gates, adalah salah satu direktur di perusahaan IBM dengan akses yang besar ke perusahaan tersebut. Jadi, Bill Gates bukan anak orang kaya saja, tapi anak orang kaya yang memiliki akses ke perusahaan komputer. Ayah Bill Gates bekerja sebagai pengacara--profesi yang dikenal berpenghasilan besar--di Seattle. Tak hanya itu, Kakek Bill Gates dari ibunya, Willard Maxwell, adalah bagian dari eksekutif manajemen di Pacific National Bank. Mary Gates sempat mendiskusikan perihal perusahaan yang dibangun anaknya kepada CEO IBM, John R Opel. Hasilnya, beberapa pekan kemudian, IBM pun memberi kesempatan pada perusahaan yang dibangun Bill Gates, Microsoft, untuk mengembangkan sistem operasi pada komputer personal pertama mereka.
Atau sebut saja Kaesang Pangarep, putra Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Ia berjualan pisang nugget yang diberi nama Sang Pisang. Di usianya yang masih berkepala dua, ia sudah memiliki usaha yang semakin hari semakin maju. Selain puluhan cabang Sang Pisang di Indonesia, ia kini pun memperluas jualannya dengan varian keripik pisang. Apakah Kaesang Pangarep akan sesukses sekarang bila ia hanya anak orang kebanyakan dengan modal jualan awal lima juta rupiah? Ini contoh ekstrem, memang. Anak presiden manapun tentu memiliki privilese berlipat-lipat dari warga kebanyakan.
Di Negara-negara Ini Jurang Antara Kaya - Miskin Amat Dalam
Indonesia di posisi keempat negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia. Inilah laporan Global Wealth Report 2016 lembaga riset Credit Suisse yang meneliti jurang kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin.
Foto: picture alliance/blickwinkel/McPHOTO
1. Rusia
Rusia tempati posisi pertama negara dengan ketimpangan ekonomi terbesar sejagad. Dalam penelitian Credit Suisse ditemukan 74,5% kekayaan negara dikuasai 1% orang-orang termakmur di negeri itu. Di negara ini terdapat sekitar 96 milyarder - total yang hanya dilampaui oleh Cina dengan 244 orang dan Amerika Serikat dengan 582 orang.
Foto: picture-alliance/dpa/RIA Novosti/A. Kudenko
2. India
India berada di posisi ke-2 negara yang kesenjangan ekonominya terbesar. 58,4% kekayaan dimiliki 1% orang terkaya. Kekayaan pribadi didominasi oleh properti & aset riil lainnya. Meski kekayaan perorangan telah meningkat di India, tidak semua orang mendapat bagian dari pertumbuhan ekonominya. 2260 orang diketahui memiliki kekayaan lebih dari US$ 50 juta dan 1.040 orang lebih dari US$ 100 juta.
Foto: DW/J. Akhtar
3. Thailand
Dalam laporan Global Wealth Report 2016 lembaga riset Credit Suisse, negara di Asia Tenggara ini berada di urutan ketiga negara ketimpangan ekonomi terbesar sedunia, dimana hanya satu persen orang terkaya yang menguasai 58 persen aset kekayaan di negara gajah putih ini.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Yongrit
4. Indonesia
Kekayaan per orang meningkat 6 kali lipat selama periode 2000- 2016. Namun menurut standar internasional, kekayaan rata-rata orang di Indonesia masih rendah. Setengah aset kekayaan di Indonesia dikuasai hanya 1% orang terkaya. Kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin di Indonesia mencapai 49%, yang menempatkan Indonesia di posisi keempat negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia.
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
5. Brazil
Untuk melindungi diri dari inflasi, banyak warga Brasil mempertahankan aset riil, khususnya dalam bentuk tanah. Kesenjangan pendapatan di negara ini berhubungan dengan ketidakmerataan akses pendidikan serta pembagian tajam antara sektor ekonomi formal dan informal. 47,9 persen kekayaan di negara ini hanya dimiliki satu persen kelompok orang paling tajir di negara ini.
Foto: DW/J.P. Bastien
6. Cina
Di Cina terdapat 1,6 juta jutawan. Negara ini paling banyak punya penduduk dengan kekayaan di atas US$ 50 juta dibanding negara manapun, kecuali Amerika Serikat. Namun ketimpangan ekonomi di negara tirai bambu ini tinggi yakni 43,8% kekayaannya dikuasai 1 persen orang terkaya. Ketimpangan ekonomi semakin tinggi sejak tahun 2000.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Reynolds
7. Amerika Serikat
Perekonomian dan pasar keuangan AS terus membaik di tahun 2015 – 2016. Dibandingkan dengan banyak negara OECD lainnya, AS memiliki lebih banyak aktivitas ekonomi di sektor swasta dibanding publik. Jumlah individu dengan kekayaan di atas US% 50 juta enam kali lebih banyak dibanding Cina. Satu persen orang terkaya di negara adi daya ini menguasai aset kekayaan sebesar 42,1%.
Foto: picture alliance/U. Baumgarten
8. Afrika Selatan
Sejak tahun 2007 kemajuan ekonomi melambat. Namun pertumbuhan segera pulih dan rata-ratanya meningkat 9,4% per tahun sejak tahun 2010. Di negara ini, 41,9% kekayaaan negara dikendalikan oleh hanya satu persen total orang terkaya, yang menempatkan negara ini di posisi nomor 8 negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia. Ed: ap/rzn(Credit Suisse/independent)
Seringkali kita terkagum-kagum dengan kesuksesan orang lain. Atau sering jumawa dengan kesuksesan diri sendiri. Yang bikin lupa, sukses sering terjadi karena ada privilese tersembunyi yang menyertai. Yang mungkin bukan ingin diingkari, tapi tidak disadari. Tentu saja bukan berarti mereka yang sukses besar dengan bantuan privilese jadi kurang elok keberhasilannya. Toh banyak juga mereka yang memiliki privilese tapi tak sesukses Bill Gates.
Tulisan ini tidak bermaksud mengecilkan kesuksesan orang-orang besar, tapi lebih terbuka untuk melihat bahwa ada banyak faktor yang membantu suksesnya seseorang, faktor yang tak dimiliki orang kebanyakan. Saya selalu menegaskan pada anak-anak saya bahwa mereka lahir dengan tempelan beragam privilese, meskipun bukan privilese yang ‘wah'. Pertama, mereka lahir di Amerika Serikat, negara yang diberi label first world. Lantas, mereka juga lahir dari keluarga harmonis di tengah tingginya angka perceraian, dengan penghasilan orangtua sebagai provider jauh di atas median nasional penghasilan warga AS. Belum lagi kesempatan menuntut ilmu hingga tamat kelas 12 secara gratis, dan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi tanpa perlu memikirkan student loan. Bandingkan dengan anak-anak Indonesia lain yang tak memiliki beragam privilese tersebut.
Privilese ras kulit putih
Sejarah privilese, seperti disebutkan W. E. B. Du Bois tahun 1930-an yang menulis soal ‘psychological wage' adalah bagaimana kaum kulit putih merasa superior terhadap kaum kulit hitam pada era penegakan hak-hak sipil. Saat itu banyak aktivis yang meneriakkan soal privilese kaum kulit putih. Namun konsep privilese itu baru benar-benar dijadikan studi saat Peggy McIntosh, akademia yang belajar tentang kajian perempuan, menulis paper yang berjudul "White Privilege and Male Privilege” (Privilese Kaum Kulit Putih dan Pria). McIntosh menuliskan 46 contoh sederhana dari privilese kaum kulit putih. Di antaranya: tak perlu menerima beban menjadi representasi dari ras kulit putih, bisa belanja di toko tanpa diikuti dan dicurigai, tak perlu khawatir ketika distop polisi atau diaudit petugas pajak, dan banyak lagi hal-hal yang sepertinya remeh tapi menjadi sandungan bagi mereka yang bukan ras kulit putih di Amerika.
Di Indonesia, privilese sejenis pun terjadi. Mereka yang memeluk agama mayoritas lebih mungkin menduduki jabatan tinggi di pemerintahan. Itu salah satu privilese yang kadang dianggap remeh namun menjadi kekuatan yang tak disadari. Laki-laki memiliki privilese berlebih dibandingkan perempuan, dan makin menguat ketika beragam privilese yang tak dimiliki perempuan ditambahkan, menjadi faktor yang menguntungkan.
Privilese memang muncul dalam beragam bentuk. Dari mulai privilese ras (etnisitas), privilese soal sosial-ekonomi, privilese memiliki agama mayoritas, privilese jenis kelamin, hingga ke privilese orientasi seksual. Kaum heteroseksual, misalnya, jelas memiliki privilese dibandingkan kaum homoseksual, dari soal penerimaan masyarakat.
Selebriti Yang Tak Akan Wariskan Kekayaan ke Anak
Ada yang sepenuhnya tidak mencantumkan nama anak sebagai ahli waris. Ada juga yang hanya akan memberikan sedikit uang. Alasannya berbeda-beda. Tapi kebanyakan ingin mendidik anak dengan cara itu.
Foto: Getty Images
Jacky Chan
Ia berkata, akan mewariskan kekayaan (sekitar 140 juta $) untuk kemanusiaan, dan tidak akan berikan uang kepada putranya. "Dia bisa cari uang sendiri," kata aktor berusia 63. Jacky Chan jadi duta bagi Badan urusan Anak-Anak PBB, UNICEF. Ia juga aktif di bidang perlindungan hewan, dan mendirikan Jackie Chan Charitable Foundation, yang mendukung pendidikan dan bantu korban bencana.
Foto: Getty Images/K. Ota
Sting
Sting (66) yang punya enam anak mengatakan akan membantu jika anak-anaknya mendapat kesulitan keuangan. Tapi ia sudah mengatakan kepada anak-anaknya bahwa warisan tidak akan banyak, karena ia dan istrinya akan menggunakan uang itu. Ia bercerita, tidak pernah harus membantu, karena anak-anaknya punya etos kerja yang mendorong mereka untuk ingin sukses dengan upaya sendiri.
Foto: Reuters/B. Allin
Elton John
Musisi beken itu mengatakan kepada The Mirror Maret 2016, jika ia memberikan kekayaannya kepada kedua putranya berarti merusak hidup mereka. Ia lebih suka jika mereka bekerja. Menurut Elton John, anaknya sekarang sudah hidup jauh lebih senang daripada anak lainnya. Ia akan meninggalkan uang secukupnya, tapi anak-anaknya tetap harus bekerja.
Foto: imago/Xinhua
Gene Simmons
Inilah wajah Gene Simmons jika berada di atas panggung bersama kelompok musiknya, KISS, yang sudah berjaya sejak puluhan tahun. Ia ingin kedua anaknya bekerja keras menciptakan sesuatu untuk hidup mereka. "Mereka akan mendapat cukup uang, tapi tidak akan kaya dari uang warisan saya. Karena itu mereka harus tetap bangun pagi, mencari nafkah dan mencari jalan sendiri."
Foto: picture-alliance/Geisler-Fotopress
George Lucas
Kekayaannya diperkirakan 4,9 milyar Dolar. Setelah menjual seluruh proyek Star Wars kepada Disney (4,5 milyar tahun 2012) George Lucas, ayah dari empat anak, mengatakan keuntungan dari penjualan akan disumbangkan untuk memperbaiki pendidikan generasi mendatang. Langkah ini juga sesuai dengan komitmen yang diucapkannya 2010 untuk menyumbangkan sedikitnya separuh kekayaannya setelah meninggal.
Foto: Getty Images
Bill dan Melinda Gates
Kekayaann mereka diperkirakan 78,6 milyar Dolar. Bill Gates, pendiri perusahaan Microsoft, mengatakan, akan wariskan sebagian besar kekayaan mereka untuk kemanusiaan. Ia punya yayasan The Bill & Melinda Gates Foundation untuk tujuan itu. Milyarder lain, Warren Buffet jadi sumber inspirasi keputusan mereka. Bersama Buffet Bill Gates menggerakkan milyarder lain untuk menyumbangkan kekayaan mereka.
Foto: Brian Ach/Getty Images for The Lasker Foundation
Warren Buffett
Buffett menyatakan akan menyumbangkan 99% persen kekayaannya, yang berjumlah sekitar 65,1 milyar Dolar. Saya bukan orang yang antusias menyimpan uang dalam dinasti keluarga, apalagi jika 6 milyar orang lainnya tidak punya cukup uang. Bersama Bill & Melinda Gates ia mendorong milyarder lain untuk menyumbangkan sedikitnya 50% kekayaan mereka. Penulis: ml/as (Sumber: BusinessInsider,TIME, Metro)
Foto: Getty Images
7 foto1 | 7
Beragam bentuk dan ukuran sukses
Ketika ditunjukkan privilesenya, banyak orang yang merasa tersinggung dan menjadi defensif. Padahal, memiliki privilese bukan berarti seseorang itu buruk atau tak memiliki tantangan dan cobaan dalam hidupnya. Atau bukan berarti mereka yang memiliki privilese tak bekerja keras untuk meraih sukses. Seseorang yang meraih sukses dengan bantuan privilese tak perlu merasa bersalah dengan kesuksesannya.
Privilese memberikan pijakan yang berbeda pada dua orang yang bertarung untuk memperebutkan hal yang sama. Privilese artinya ada sistem yang tak adil, yang memberikan keuntungan bagi seseorang dibandingkan yang lain, meskipun mereka memiliki potensi yang sama. Yang bisa dilakukan mereka yang memiliki privilese adalah tidak menutup mata akan adanya tekanan yang menghalangi kesempatan orang lain untuk sama-sama maju, dan ikut menyuarakan ketidakdilan tersebut.
Tapi tak perlu merasa terobsesi dengan kesuksesan orang lain yang diembel-embeli faktor privilese. Sukses datang dalam beragam bentuk dan ukuran. Bagi yang kebetulan tidak memiliki banyak privilese bukan berarti jalan tertutup. Artinya, kerja yang dibutuhkan untuk sukses menjadi lebih keras. Dan tak perlu merasa gagal bila kesuksesan diperoleh tak fantastis sampai membuat orang terkagum-kagum. Ukuran kesuksesan, toh, bukan hanya Bill Gates, atau bos Go-Jek, Nadien Makarim. Sukses bisa juga berarti seperti ditunjukkan Raeni, wisudawati Universitas Negeri Semarang dengan predikat cum laude yang datang ke lokasi acara wisuda dengan menggunakan becak yang dikendarai oleh ayahnya, Mugiyono. Atau sesederhana sukses tukang bubur gerobak di Bogor yang mampu berangkat haji dari keuntungan hasil berjualan bubur.
@sheknowshoney bekerja sebagai wartawan media cetak dan televisi sebelum pindah ke Arizona, Amerika Serikat. Sampai sekarang ia masih aktif menulis, dan tulisan-tulisannya dipublikasikan di berbagai media massa Indonesia.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
*Anda dapat berbagi opini di kolom komentar di bawah ini.
10 Orang Terkaya di Planet Bumi 2017
Deretan orang terkaya sedunia tetap didominasi warga Amerika dan Cina. Mereka terutama para taipan dari sektor teknologi. Inilah daftar orang terkaya sejagad dari sektor teknologi tahun 2017 versi Forbes dan Bloomberg.
Foto: K.-U. Häßler - Fotolia
10. Michael Dell
Pendiri dan CEO Dell Inc. perusahaan pembuat komputer ini memiliki kekayaan 22,4 milyar US Dolar. Ia bercokol di posisi 10 orang terkaya dari sektor teknologi versi Forbes. Tahun 2016 lalu Dell melakukan merger dengan EMC untuk mendorong penggunaan penyimpan data Cloud. Di ranking 100 orang terkaya sedunia, Dell menempati posisi ke-38.
Foto: AP
9. Steve Ballmer
Mantan CEO Microsoft (2000-2014) ini memiliki kekayaan 32,9 milyar US Dolar dan menempati posisi 9 orang terkaya di sektor teknologi versi Forbes. Ballmer membeli 4 persen saham twitter pada 2015. Ia juga membeli tim bola basket Los Angeles Clipper pada 2014 senilai 2 milyar US Dollar.
Foto: Getty Images
8. Ma Huateng
Pendiri dan CEO Tencent, perusahaan internet serta games terbesar di Cina ini menduduki ranking ke-8 orang terkaya sedunia dari sektor teknologi. Forbes menaksir kekayaan "Ponny Ma" mencapai 36,7 milyar US Dolar. Di ranking 100 orang terkaya dunia versi Bloomberg, ia menduduki posisi nomor 21.
Foto: picture-alliance/dpa/C.Boyuan
7. Jack Ma
Pendiri dan CEO Alibaba ini punya kekayaan sekitar 38 milyar US Dolar dan menduduki posisi ke-7 di ranking orang terkaya sejagad dari sektor teknologi dan no 12 dari daftar 100 milyuner sedunia versi Bloomberg. Mantan guru yang sukses jadi taipan ini, baru-baru ini dirangkul pemerintah Indonesia untuk jadi konsultan di bidang e-Commerce.
Foto: F. Coffrini/AFP/Getty Images
6. Sergey Brin
Pendiri Google ini kekayaannya 42,7 milyar US Dolar dan menempati posisi keenam orang terkaya dari sektor teknologi. Brin berasal dari Rusia dan orangtuanya berimigrasi ke Amerika Serikat saat ia berumur 6 tahun, untuk menghindari sikap anti Yahudi yang marak ketika itu. Milyuner ini menjadi tokoh utama penentang politik anti-imigran presiden Donald Trump.
Foto: Reuters
5. Larry Page
Pendiri Google dan CEO Alphabet ini punya kekayaan 43,9 milyar US Dolar dan menempati posisi 5 orang terkaya dari sektor teknologi dan posisi 19 orang paling kaya sejagad versi Bloomberg. Bersama Sergey Brin pada 1998 Page mendirikan Google. Ia kini juga melirik teknologi masa depan dengan membiayai pengusaha start up mobil terbang Zee.Aero dan Kitty.
Foto: picture alliance/dpa/A.Lohr-Jones
4. Larry Ellison
Boss Oracle ini punya kekayaan 59,3 milyar US Dolar dan menduduki ranking ke 4 orang terkaya di planet Bumi dari sektor teknologi. Ellison memulai karir dengan membangun basis data untuk CIA dan 1977 mendirikan Oracle. Ia lengser dari jabatan CEO Oracle pada 2014 dan memfokuskan diri pada kegiatan amal.
Foto: AP
3. Mark Zuckerberg
Pendiri Facebook ini memiliki kekayaan 69,6 milyar US Dolar dan menduduki peringkat 3 sektor teknologi serta ranking 5 orang terkaya sejagad. Dropout dari Universitas Harvard pada tahun 2004 di usia 19 tahun untuk memajukan facebook. Facebook yang memiliki 2 milyar anggota kini berada di ranking 4 perusahaan bernilai pasar paling tinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Dasilva
2. Jeff Bezos
Pendiri dan CEO Amazon kini menempati ranking kedua orang terkaya sejagad, dan sempat sehari menggeser posisi Bill Gates. Nilai kekayaannya ditaksir sekitar 82,4 milyar US Dolar. Selain dari toko online Amazon yang jadi branding tersendiri, Bezos juga meraup uang dari bisnis Cloud Computing. Kini ia juga mulai menapakkan kaki di bisnis ruang angkasa dengan mendirikan perusahaan Blue Origin.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com
1.Bill Gates
Pendiri Microsoft ini tetap bercokol di peringkat pertama orang terkaya sedunia. Forbes menaksir kekayaannya mencapai 84,5 milyar Us Dolar. Bersama istrinya, Melinda Gates ia mendirikan yayasan amal terkaya sedunia untuk riset pemberantasan polio serta malaria, dan menggalakan vaksinasi bagi anak-anak. (Ed.: as/ml)