Amerika Serikat masih maju mundur terkait rencana suplai senjata modern ke Ukraina. Sementara Eropa dengan dimotori Jerman menolak tegas pemasokan senjata ke kawasan konflik di Ukraina.
Iklan
Washington terus mengkaji rencana suplai senjata modern ke Ukraina, untuk mendukung perang melawan kaum separatis yang dibeking Rusia. "Ada pemikiran baru, tapi belum ada keputusan apapun," kata seorang pejabat senior dalam pemerintahan Obama Senin (02/01/15). Dia menambahkan, juga belum tahu bagaimana keputusan final nantinya.
Sebagai langkah konkrit berikutnya, Menlu AS John Kerry akan terbang ke Kiev hari Kamis (05/01/15) depan untuk berkonsultasi dengan pemerintah Ukraina. Di hari yang sama, para menteri pertahanan NATO juga akan membahas konflik Ukraina dalam sidang di Brussel, Belgia.
Kajian politik baru di Washington itu merupakan refleksi dari frustrasi menghadapi sikap Moskow. Walau dihujani sanksi ekonomi terkait konflik Ukraina dan gagalnya upaya pembicaraan peredaan konflik, Rusia terus melaksanakan suplai senjata kepada kelompok separatis di semenanjung Krimea di timur Ukraina.
Rumah Sakit di Donetsk Menderita Akibat Perang
Rumah Sakit Psikiatri di Donetsk berada di lokasi front terdepan pertempuran antara separatis pro-Rusia lawan tentara Ukraina. Di musim dingin situasinya sangat memprihatinkan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Dekat Front Pertempuran
Rumah Sakit Psikiatri No.1 Donetsk berlokasi di distrik Petrovsky, salah satu front terdepan ajang pertempuran antara separatis pro Rusia melawan militer Ukraina. Gedung rumah sakit menjadi sasaran tembakan artileri Desember 2014 silam.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Suhu Amat Dingin
Banyak jendela rusak akibat tembakan. Suhu di kawasan ini di musim dingin bisa mencapai minus 25° Celsius. Pasien dan staf rumah sakit bekerjasama memotong kayu bakar dari pohon yang tumbang akibat gempuran artileri, untuk bahan bakar perapian penghangat ruang.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Tugas Rangkap
Dokter tidak hanya bertugas menjaga kesehatan mental pasiennya. Tapi juga bekerja mengurus perapian dan mempertahankan agar rumah sakit tetap hangat, agar suhu dingin tidak jadi gangguan. Di hari-hari sangat dingin, pasien dan staf berkumpul di dekat perapian agar tetap hangat.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Berbagi Ruangan
Sejumlah ranjang perawatan dipindah ke kantor dokter yang terluput dari gempuran artileri, juga ke koridor. Rumah sakit tak punya uang untuk perbaikan. Jendela yang pecah ditutup dengan tripleks.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Menyambut Musim Dingin
Agar tidak patah semangat, sedikit hiasan berupa tanaman dan kembang dipasang untuk menyambut musim dingin. Vas kembangnya adalah bekas peluru penangkis tank berkaliber 100 mm yang ditemukan di halaman rumah sakit.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Waktu Makan Siang
Pasien harus mengambil sendiri makan siang dari dapur rumah sakit. Juga perawat dan staf mengambil makan siangnya di dapur. Inilah waktu di mana para pasien boleh meninggalkan ruang perawatan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Makan Bersama
Pasien makan siang bersama di ruang perawatan utama rumah sakit. Masalah utama adalah suplai makanan karena tidak ada lagi dermawan penyumbang bahan makanan. Kini semua tergantung bantuan gereja atau perorangan, yang membantu semampu mereka.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Dijejal di Sebuah Ruangan
Dokter dan perawat mengunjungi pasiennya yang dijejal di sebuah ruangan. Gedung utama rumah sakit rusak berat dan atap dapur juga hancur dilanda gempuran artileri. Akibatnya ruang utuh yang tersisa digunakan merewat pasien, dan terpaksa dengan berdesak-desakan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Mencukur Rambut Sukarela
Seorang tukang cukur secara sukarela datang ke rumah sakit untuk memangkas rambut pasien. Pasien antri sambil berbaring di ranjang perawatan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Jeda Merokok
Seorang pasien sedang jeda merokok di balkon yang dilindungi terali. Rokok dan korek api disimpan oleh para perawat. Mereka memberikannya kepada pasien sesuai jadwal waktu yang diatur sebelumnya.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
10 foto1 | 10
Eropa tolak tegas
Sejauh ini mayoritas negara Uni Eropa dengan dimotori Jerman menolak tegas pemasokan senjata baru ke kawasan konflik di Ukraina. Pemerimtah di Berlin terutama menekankan pemecahan masalah dengan cara diplomatik, bukan dengan pendekatan militer.
Kanselir Jerman Angela Merkel, dalam lawatan ke Washington pekan depan, dipastikan juga akan membahas agenda konflik Ukraina dengan Presiden Barack Obama. Sebelumnya Merkel sudah menegaskan, tidak akan menyuplai senjata baru ke Ukraina. "Tapi bila Amerika punya rencana semacam itu, kami tidak akan menghalangi," tambah kanselir Jerman itu.
Dalam kesempatan terpisah, ketua konferensi keamanan di München, Wolfang Ischinger, berpendapat, solusi konflik Ukraina tidak bisa hanya dibebankan kepada Jerman. Pemecahan konflik Ukraina harus jadi tugas bersama Uni Eropa atau bahkan trans-Atlantik bersama Amerika Serikat," tambah pakar keamanan internasional itu.