Profesor Muda Asal Jerman Menangkan 'Nobel Matematika'
2 Agustus 2018
Dalam usia baru 30 tahun profesor muda ini memenangkan penghargaan tertinggi di bidang matematika. Peter Scholze memang sangat berbakat dan sudah meraih gelar profesor di usia 24 tahun.
Iklan
Scholze yang merupakan profesor matematika dari Universitas Bonn, Jerman, adalah satu dari empat orang peraih penghargaan Fields Medal dalam Kongres Matematika Internasional di Rio de Janeiro, Brazil.
Ini adalah penghargaan yang paling bergengsi di bidang matematika dan sering disandingkan seperti Penghargaan Nobel.
Scholze sendiri adalah orang jerman kedua yang menerima penghargaan ini. Sebelumnya ada Gerd Falting yang kini menjabat sebagai direktur di Max Planck Institute for Mathematics yang memenangkan hadiah ini tahun 1986.
Sejak 1936 penghargaan ini diberikan oleh Universitas Toronto setiap empat tahun sekali kepada empat ahli matematika dengan prestasi yang mengagumkan. Hadiah yang disediakan senilai $ 15.000 dolar Kanada (Rp 166 juta).
Karya Scholze secara fundamental telah memperluas jangkauan metode dalam geometri aritmatika, bidang matematika yang mencakup teori aritmatika dan geometri aljabar.
Dia dikenal karena temuannya mengenai "ruang perfectoid," yang merupakan struktur baru yang memungkinkan penafsiran integer sebagai entitas geometrik yang lebih baik.
Temuan ini memungkinkan ditariknya suatu kesimpulan yang tidak terduga atas sebuah pertanyaan terbuka mengenai teori bilangan yang merupakan bidang matematika yang lebih klasik.
Menyibak Rahasia Anak Yang Sukses
Tidak ada resep ampuh mendidik anak yang menjamin anak pasti sukses. Tapi sejumlah penelitian psikologis bisa menjadi petunjuk faktor baik yang bisa jadi kunci kesuksesan.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Oelrich
Orang Tua Latih Anak Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Kebiasaan ini penting, kata Julie Lythcott-Haims, penulis buku How to Raise an Adult. "Dengan demikian anak tahu bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukan, dan tiap orang harus menyumbangkan tenaga untuk kepentingan bersama," kata Lythcott-Haims.
Foto: picture-alliance/dpa
Orang Tua Mengajar Kepandaian Bersosialisasi
Riset 20 tahun yang dilakukan Pennsylvania State University and Duke University menunjukkan, anak yang kompeten secara sosial, yang bisa bekerjasama dengan teman, bersedia menolong, mengerti perasaan orang dan menyelesaikan sendiri masalah mereka, kemungkinan besar dapat gelar sarjana dan bekerja penuh dalam usia 25 tahun. Sebaliknya, anak yang tidak punya kompetensi sosial sering gagal.
Foto: colourbox/S. Darsa
Anak-Anak Belajar Matematika Sejak Dini
Riset Northwestern University atas 35.000 anak menunjukkan, kemampuan matematika yang berkembang sejak dini bisa jadi keuntungan besar. Greg Duncan yang ikut dalam penelitian mengungkap, kemampuan matematika di usia dini bisa jadi petunjuk kemampuan matematika di masa depan dan kemampuan membaca.
Foto: picture alliance/dpa-Zentralbild/T. Schulze
Ibu Bekerja
Anak perempuan dari ibu yang bekerja menimba pendidikan lebih lama, dan cenderung dapat pekerjaan berstatus dan bergaji lebih tinggi. Jumlahnya 23% lebih banyak daripada anak dari ibu yang tidak bekerja. Anak laki-laki dari ibu yang bekerja lebih sering lakukan pekerjaan rumah tangga. Syaratnya: ibu tidak boleh stress karena beban pekerjaan rumah tangga dan sekaligus mencari nafkah.
Foto: picture-alliance/dpa
Hubungan Keluarga Yang Harmonis
Anak-anak dari keluarga konflik, baik orang tua yang bercerai atau tidak, biasanya kurang sukses, dibanding anak-anak dari orang tua yang rukun. Demikian hasil penelitian University of Illinois. Para orang tuaj disarankan memberi perhatian besar kepada anak, tidak peduli kemampuan finansial mereka, dan menjalin hubungan baik dengan anak. Demikian hasil riset psikolog Lee Raby.
Foto: Colourbox/Monkey Business Images
Orang Tua Punya Harapan Tinggi Bagi Anak
Harapan orang tua yang tinggi bagi masa depan anak punya pengaruh besar atas keberhasilan anak. Demikian hasil penelitian Prof. Neal Halfon atas 6.600 anak yang lain 2001. Orang tua yang berharap anaknya berkuliah akan mengarahkan anaknya ke sana, tidak peduli kemampuan keuangan mereka.
Foto: Pressmaster/Colourbox
Orang Tua Menghargai Upaya Anak untuk Berhasil
Orang tua yang percaya bahwa kehendak dan cita-cita bisa memperbaiki kemampuan anak, akan mendorong keberhasilan anak. Jika anak diajar bahwa mereka berhasil karena intelegensianya belaka, itu akan menghasilkan cara berpikir yang tak berkembang. Berbeda halnya jika anak dididik untuk berupaya agar sukses. Demikian Carol Dweck dari Stanford University.
Foto: picture alliance/blickwinkel/fotototo
7 foto1 | 7
Menanggapi pencapaiannya, Scholze mengatakan adalah "kehormatan luar biasa" untuk bisa memperoleh medali ini.
Pemerintah Jerman pun turut merayakan pencapaian Scholze ini. Menteri Pendidikan Anja Karliczek memuji talenta mudanya dan mengatakan kalau orang-orang seperti Scholze dapat memikat "peneliti berbakat dari seluruh dunia" untuk datang ke Jerman.
Pengungsi Kurdi juga raih penghargaan.
Di antara keempat pemenang terdapat Caucher Birkar, seorang pengungsi Kurdi yang menjadi profesor matematika Universitas Cambridge dengan spesialisasi geometri aljabar. Birkar lahir di provinsi etnis Kurdi, Marivan, dekat perbatasan Irak.
"Kurdistan adalah tempat yang tidak memungkinkan bagi seorang anak untuk mengembangkan minat dalam matematika," katanya.
Birkar sedang berkuliah di Universitas Teheran ketika dia mengajukan permohonan suaka politik dan kewarganegaraan di Inggris. Sayangnya, hanya satu jam setelah menerima penghargaan itu tas kerjanya hilang, dan medali emas seberat 14 karat juga dicuri.
Pemenang lainnya adalah Akshay Venkatesh, 36, dari Institute for Advanced Study di Princeton dan Universitas Stanford di California.
Selain itu ada juga Alessio Figalli, 34, dariSwiss Federal Institute of Technology di Zurich. Figalli dikatakan hanya tertarik pada permainan sepak bola sewaktu SMA. Tapi kini ia menjadi salah satu pemikir yang cukup disegani.
Murid Sekolah Paling Bodoh di Dunia
Hasil penelitian PISA membuka aib pendidikan di Indonesia, Malaysia dan negara-negara Amerika Selatan. Murid sekolah di sebelas negara ini dinilai berprestasi paling rendah di bidang matematika, membaca dan sains
Foto: picture-alliance/dpa
#1. Peru
Dari 65 negara yang disurvey dalam Program Penilaian Pelajar Internasional 2012, Peru berada di urutan paling buncit. Untuk itu PISA menganalisa kemampuan murid sekolah berusia 15 tahun di tiga bidang, membaca, matematikan dan ilmu pengetahuan alam. Hasilnya Peru mendapat skor umum sebesar 375. Nilai tertinggi diraih murid Shanghai dengan nilai 587 dan rata-rata skor negara maju berkisar 497
Foto: Enrique Castro Mendívil/PRODAPP Program
#2. Katar
Sekitar 70% murid Katar dikategorikan "berprestasi rendah" di bidang matematika. Terlebih negeri kecil di Teluk Persia ini mencatat tingkat kehadiran siswa paling rendah. Lebih dari 29% tercatat pernah bolos selama beberapa jam atau berhari-hari, jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata internasional yang sebesar 25%. Tidak heran jika Katar mendarat di posisi 64 dari 65 negara.
Foto: Getty Images/G.Shkullaku
#3. Indonesia
Bersama Peru dan Qatar, Indonesia yang cuma mendapat perolehan skor sebesar 384 menghuni posisi juru kunci dalam daftar PISA 2012. Indonesia termasuk memiliki jumlah tertinggi siswa yang dikategorikan "berprestasi rendah" di bidang matematika (76%) dan ilmu pengetahuan alam (67%).
Foto: picture alliance/Robert Harding
#4. Kolombia
Selain cuma mencatat nilai total sebesar 393, Kolombia juga tercatat sebagai negara peserta dengan ketimpangan terbesar antara murid perempuan dan laki-laki. Di negeri itu murid laki-laki rata-rata mampu mengungguli murid perempuan sebanyak 31 angka di tiga bidang yang diujikan.
Foto: Imago
#5. Albania
Murid Albania banyak memperbaiki skor PISA sejak pemerintah menggulirkan reformasi pendidikan tahun 2002. Namun begitu negeri pecahan Yugoslavia itu masih berada di urutan terbawah dengan nilai total 395.
Foto: DW/A. Ruci
#6. Tunisia
Angka siswa yang harus mengulang tahun pelajaran di Tunisia termasuk yang tertinggi di dunia, yakni sekitar 36%. Terlebih jumlah murid yang dikategorikan "berprestasi rendah" di bidang matematika mencapai 68%. Sebab itu Tunisia cuma mendapat skor umum 397 dan mendarat di posisi 59 dari 65 negara.
Foto: picture-alliance/dpa/H.Hanschke
#7. Argentina
Dua dari tiga murid sekolah di Argentina dikategorikan "berprestasi rendah." Sebab itu negara di Amerika Selatan ini menduduki posisi 59 dari 65 negara. Secara umum Argentina cuma mendapat skor 397 dalam daftar PISA 2012.
Foto: AP
#8. Yordania
Secara umum murid Yordania mencetak skor 398 dalam daftar PISA. Uniknya di sini murid perempuan mampu mengungguli murid laki-laki di semua bidang yang diujikan. Kendati memiliki perguruan tinggi berkualitas tinggi dibandingkan negara Arab lain, Yordania masih keteteran membenahi kualitas pendidikan dasar untuk murid sekolah menengah ke atas.
Foto: Save the Children
#9. Brazil
Lebih dari 65% murid Brazil gagal menjalani uji matematika. Sebab itu pula Brazil mendarat di posisi 57 dari 65 negara. Negeri raksasa di selatan Amerika ini sebenarnya sudah banyak melakukan perbaikan di bidang pendidikan sejak tahun 2000. Namun begitu statistik mencatat, 36% murid sekolah berusia 15 tahun pernah mengulang tahun pelajaran setidaknya satu kali.
Foto: picture-alliance/dpa
# 10. Uruguay
Seperti negara Amerika Selatan lain, Uruguay juga tercecer di posisi 55 dari 65 negara. Celakanya, prestasi murid di negeri bekas jajahan Portugal ini banyak menurun jika dibandingkan hasil survey tahun 2009. Menurut BBC, Uruguay adalah contoh dimana anggaran pendidikan yang besar saja tidak cukup buat memperbaiki kualitas pendidikan dan prestasi murid.
Foto: picture-alliance/dpa
#11. Malaysia
Dua hal yang menyeret posisi Malaysia ke peringkat 54 dalam daftar PISA 2012 adalah kemampuan membaca dan pemahaman di bidang ilmu pengetahuan alam. Untuk sains negeri jiran itu bahkan tertinggal 81 angka dari rata-rata negara industri maju.