Program COVAX Kirim Satu Miliar Dosis Vaksin COVID-19
17 Januari 2022
Skema pendistribusian vaksin global telah memasok vaksin COVID-19 ke 144 negara sejak Februari 2021. Namun, ketidaksetaraan pasokan vaksin tetap tinggi, dengan 40% populasi dunia belum menerima satu suntikan pun.
Iklan
Skema pasokan vaksin global COVAX yang dipimpin PBB telah mengirimkan satu miliar dosis vaksin COVID-19. Program COVAX didirikan pada tahun 2020 untuk memastikan akses global terhadap vaksin virus corona, terutama ke negara-negara miskin.
Program ini didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), aliansi vaksin Gavi, dan Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).
Sebuah 'tonggak penting'
"COVAX telah mengirimkan dosis pertama vaksin COVID-19 ke 144 negara & wilayah di seluruh dunia," tulis kepala eksekutif Gavi Seth Berkley di Twitter. "Ini adalah tonggak penting dalam peluncuran vaksin global terbesar dan tercepat dalam sejarah."
Pesawat yang membawa kiriman dengan dosis satu miliar itu tiba di Kigali, Rwanda pada Sabtu (15/01) malam, kata Berkley.
"Saya merasa bangga tetapi juga rendah hati mengetahui seberapa jauh kita harus pergi untuk melindungi semua orang dan memecahkan ketidakadilan vaksin," cuitnya.
COVAX mulai mengirimkan vaksin pada Februari 2021, dengan dosis pertama mencapai Ghana. Sejak saat itu, COVAX telah memasok vaksin ke 144 negara dan telah menerima sumbangan lebih dari $10 miliar (Rp143 triliun).
Iklan
Pengiriman vaksin di bawah target
Namun, pasokan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah masih tetap terbatas setelah dosis awalnya tersedia pada Desember 2020.
Ini karena mereka dipaksa untuk bersaing dengan negara-negara kaya yang membeli suntikan dari pembuat vaksin dengan harga premium dan menimbunnya. Banyak negara bahkan membatasi ekspor vaksin.
Tetapi pengiriman telah meningkat secara eksponensial pada kuartal terakhir, kata Gavi.
Namun, program tersebut jauh dari rencana awalnya untuk memberikan dua miliar dosis pada akhir tahun 2021.
Rencana COVAX juga hanya memasok vaksin yang diperoleh langsung oleh program dengan menggunakan dana para donatur. Namun, dari satu miliar dosis, sekitar sepertiganya disumbangkan oleh negara-negara kaya.
Perubahan strategi ini menyebabkan penundaan karena beberapa donor meminta agar suntikan dikirim ke negara-negara yang mereka pilih.
Vaksinasi COVID-19 Hingga ke Daerah Terpencil di Dunia
Tim medis menempuh perjalanan panjang dan sulit untuk memvaksinasi orang-orang di seluruh dunia. Pekerjaan itu membawa mereka melintasi pegunungan dan sungai, menaiki pesawat, perahu, bahkan juga berjalan kaki.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Mendaki gunung
Dibutuhkan fisik yang bugar bagi tenaga medis untuk memvaksinasi penduduk di daerah pegunungan di tenggara Turki. "Orang sering tinggal berdekatan dan infeksi bisa menyebar dengan cepat," kata Dr. Zeynep Eralp. Orang-orang di pegunungan tidak suka pergi ke rumah sakit, jadi "kita harus pergi ke mereka," tambahnya.
Foto: Bulent Kilic/AFP
Melintasi daerah bersalju
Banyak orang lanjut usia tidak dapat melakukan perjalanan ke pusat vaksinasi. Di Lembah Maira di Alpen Italia barat, dekat perbatasan dengan Prancis, dokter mendatangi rumah ke rumah untuk memberi suntikan COVID-19 kepada penduduk yang berusia lebih dari 80 tahun.
Foto: Marco Bertorello/AFP
Penerbangan ke daerah terpencil
Dengan membawa botol berisi beberapa dosis vaksin, perawat ini sedang dalam perjalanan ke Eagle, sebuah kota di Sungai Yukon di negara bagian Alaska, AS, daerah dengan penduduk kurang dari 100 orang. Masyarakat adat diprioritaskan dalam banyak program imunisasi.
Foto: Nathan Howard/REUTERS
Beberapa warga perlu diyakinkan
Setiap hari, Anselmo Tunubala keluar masuk pemukiman di pegunungan Kolombia barat daya untuk meyakinkan warga tentang pentingnya vaksinasi. Banyak warga meragukan vaksin dan cenderung mengandalkan pengobatan tradisional, serta bimbingan para pemuka agama.
Foto: Luis Robayo/AFP
Jalan kaki selama berjam-jam
Pria dan wanita dalam foto di atas berjalan hingga empat jam untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di desa terpencil Nueva Colonia di Meksiko tengah. Mereka adalah penduduk asli Wixarika, atau lebih dikenal dengan nama Huichol.
Foto: Ulises Ruiz/AFP/Getty Images
Vaksinasi di sungai
Komunitas Nossa Senhora do Livramento di Rio Negro di Brasil hanya dapat dijangkau melalui sungai. "Cantik! Hampir tidak sakit," kata Olga Pimentel setelah disuntik vaksin. Dia tertawa dan berteriak "Viva o SUS!" - "panjang umur pelayanan kesehatan masyarakat Brasil!"
Foto: Michael Dantas/AFP
Hanya diterangi cahaya lilin
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menentang vaksinasi COVID-19. Namun, di sisi lain kampanye itu telah berjalan. Penduduk asli keturunan budak Afrika, termasuk di antara yang kelompok pertama yang divaksinasi. Raimunda Nonata yang tinggal di daerah tanpa listrik, disuntik vaksin dibantu penerangan cahaya lilin.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Rela mendayung jauh
Setelah vaksinasi, seorang wanita tua dan putrinya mendayung menjauhi Bwama, pulau terbesar di Danau Bunyonyi di Uganda. Pemerintah negara Afrika tengah sedang mencoba untuk memasok daerah terpencil dengan vaksin COVID-19.
Foto: Patrick Onen/AP Photo/picture alliance
Medan yang berat
Perjalanan lain melintasi perairan tanpa perahu. Dalam perjalanan menuju desa Jari di Zimbabwe, tim medis harus melewati jalan yang tergenang air. Menurut badan kesehatan Uni Afrika, CDC Afrika, kurang dari 1% populasi di Zimbabwe telah divaksinasi penuh.
Foto: Tafadzwa Ufumeli/Getty Images
Dari rumah ke rumah
Banyak orang di Jepang tinggal di desa terpencil, seperti di Kitaaiki. Warga yang tidak bisa ke kota, dengan senang hati menyambut dokter dan tim medis di rumah mereka untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19.
Foto: Kazuhiro Nogi/AFP
Barang yang sangat berharga
Indonesia meluncurkan kampanye vaksinasi pada Januari 2021. Di Banda Aceh, tim medis melakukan perjalanan menggunakan perahu ke pulau-pulau terpencil. Vaksin di dalam kotak pendingin merupakan barang yang sangat berharga sehingga perjalanan tim medis didampingi petugas keamanan.
Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP
Tanpa masker dan tidak menjaga jarak
India menjadi negara terdampak parah pandemi COVID-19. Pada pertengahan Maret 2021, petugas medis mendatangi desa Bahakajari di Sungai Brahmaputra. Sekelompok wanita mendaftar untuk mendapatkan vaksin. Tidak ada yang memakai masker atau menjaga jarak aman. (ha/hp)
Foto: Anupam Nath/AP Photo/picture alliance
12 foto1 | 12
Ketidaksetaraan vaksin tetap tinggi
Terlepas dari tonggak satu miliar, sebagian besar penduduk di negara-negara miskin tetap belum divaksinasi.
Sekitar 67% dari populasi di negara-negara kaya telah divaksinasi dibandingkan dengan hanya 5% di negara-negara miskin, menurut data WHO. Bahkan, lebih dari 40% populasi dunia belum menerima dosis tunggal.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Kamis (13/01) menunjukkan bahwa lebih dari 85% orang di Afrika belum menerima dosis tunggal.