KSAD yang akan datang posisinya sangat krusial, sebab akan menjadi kandidat kuat Panglima TNI berikutnya. Berikut analisa Aris Santoso.
Iklan
Setelah berita seputar pergantian Panglima TNI mulai reda, kiranya kini saat yang tepat untuk merintis wacana bagi promosi perwira tinggi (pati) TNI AD, dengan proyeksi pada dua posisi strategis: KSAD dan Kasum (Kepala Staf Umum) TNI.
Ruang bagi pati TNI AD perlu diberikan, mengingat Panglima TNI sudah dijabat pati TNI AU. Selain karena alasan distribusi jabatan, juga berdasar asumsi matra darat sebagai big brother, sebuah keniscayaan yang masih berlaku sampai hari ini.
Secara tradisional, ada distribusi antar-matra pada posisi Panglima TNI dan Kasum TNI,artinya figur pati yang mengisi dua pos tersebut, berasal dari matra yang berbeda.
Seperti yang terjadi sekarang, posisi Panglima TNI diisi pati TNI AU, maka untuk posisi Kasum (baru) perlu diberikan pada matra lain, entah matra darat atau matra laut. Kemudian soal arti penting bagi KSAD (baru), posisinya menjadi strategis karena paling potensial untuk menjadi Panglima TNI berikutnya.
Peta jalan perwira kavaleri
Posisi Kasum TNI saat ini memang dijabat pati matra laut, yakni Laksdya Didit Herdiawan (AAL 1983), yang kemungkinan besar akan segera diganti, karena Laksdya Didit sudah menjelang pensiun.
Satu hal yang perlu disampaikan adalah, bahwa berdasarkan tradisi distribusi jabatan dan asumsi big brother, maka idealnya adalah pati TNI AD yang mengisi pos Kasum TNI. Pertanyaan berikutnya adalah, siapa kira-kira atau tipe perwira seperti apa yang pas untuk posisi Kasum baru nanti?
Perlu ditegaskan, bila saya nanti menyebut nama seorang pati, saya sama sekali tidak bermaksud mempromosikan perwira tersebut. Saya hanya sekadar memberi gambaran bagaimana kira-kira sosok Kasum yang tepat, berdasar prinsip primus inter pares. Perspektif seperti juga berlaku saat menganalisis calon KSAD baru di bawah.
Salah satu pati AD potensial untuk KasumTNI adalah Mayjen TNI Kustanto Widiatmoko (Akmil 1987), yang kini masih menjabat sebagai Aster (Asisten Teritorial) Mabes TNI, sebuah jabatan yang langsung di bawah Kasum TNI. Kenyataan ini bisa juga dibaca, bahwa Mayjen Kustanto tinggal selangkah lagi menuju Kasum. Kustanto bisa dianggap representasi ideal perwira yang dibutuhkan TNI saat ini, setidaknya berdasarkan dua alasan. Pertama, soal tahun kelulusan di Akmil, yakni tahun 1987, yang artinya tidak jauh berbeda dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (AAU 1986). Kedua, soal keluasan wawasan dan beragamnya lahan penugasan.
Akrobat Panglima Menuju Istana
Berulangkali manuver Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyudutkan Presiden Joko Widodo. Sang jendral ditengarai memiliki ambisi politik. Inilah sepak terjang Nurmantyo membangun basis dukungan jelang Pemilu 2019.
Foto: Reuters/Beawiharta
Wacana Tentara Berpolitik
Ambisi politik Gatot Nurmantyo sudah tercium sejak akhir 2016 ketika dia mewancanakan hak politik bagi anggota TNI. Menurutnya prajurit saat ini seperti "warga asing" yang tidak bisa berpolitik. Ia mengaku gagasan tersebut cepat atau lambat akan terwujud. "Ide ini bukan untuk sekarang, mungkin 10 tahun ke depan, ketika semua sudah siap."
Foto: Reuters/Beawiharta
Petualangan di Ranah Publik
Bersama Nurmantyo, TNI berusaha kembali ke ranah sipil. Lembaga HAM Imparsial mencatat Mabes TNI menandatangani "ratusan" kerjasama dengan berbagai lembaga, termasuk universitas dan pemerintah daerah. TNI tidak hanya dilibatkan dalam urusan pemadaman kebakaran hutan, tetapi juga pertanian dan pembangunan infrastruktur seperti pada proyek pembangunan jalan Transpapua.
Foto: Imago/Zumapress
Menggoyang Otoritas Sipil
Februari silam Nurmantyo mengeluhkan pembatasan kewenangan panglima TNI dalam hal pengadaan senjata. Pasalnya Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengeluarkan peraturan yang mengembalikan kewenangan pembelian sistem alutsista pada kementerian. Dengan ucapannya itu Nurmantyo dinilai ingin mengusik salah satu pilar Reformasi, yakni UU 03/2002 yang menjamin otoritas sipil atas militer.
Foto: Reuters/Beawiharta
Polemik Dengan Australia
Akhir Februari Nurmantyo secara mendadak membekukan kerjasaman pelatihan militer dengan Australia. Keputusan Mabes TNI dikabarkan mengejutkan Istana Negara. Presiden Joko Widodo akhirnya mengambil sikap mendukung keputusan Nurmantyo dan ikut memperingatkan Australia. Namun sejumlah pejabat tinggi di Canberra menilai kasus tersebut selayaknya diselesaikan tanpa keterlibatan publik.
Foto: Imago/Zumapress
Genderang Xenofobia dari Cilangkap
Bukan kali pertama Nurmantyo membidik Australia. Oktober 2016 dia menyebut negeri jiran itu terlibat dalam "perang proxy" melawan Indonesia di Timor Leste dengan tujuan "memecah belah bangsa." Ia juga mengklaim ancaman terbesar terhadap Indonesia akan berasal dari kekuatan asing yang "berebut energi dari negara equator yang kaya sumber daya alam."
Sejak berakhirnya Pilkada DKI Nurmantyo juga aktif mendekat ke kelompok konservatif muslim. Ketika Kapolri Tito Karnavian mengklaim kepolisian menemukan indikasi makar pada aksi demonstrasi 212 di Jakarta, Nurmantyo mengatakan dirinya "tersinggung, karena saya umat muslim juga." Panglima juga berulangkali memuji pentolan FPI Rizieq Shihab sebagai sosok yang "cinta Indonesia."
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Teladan di Astana Giribangun
Isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia yang disebarkan kelompok Islam konservatif dan sejumlah tokoh seperti Kivlan Zein dan Amien Rais disambut Nurmantyo dengan mewajibkan prajurit TNI untuk menonton film propaganda orde baru Pengkhianatan G30-S PKI. Setelah melontarkan wacana tersebut, Nurmantyo mengunjungi makam bekas Presiden Soeharto yang menurutnya patut menjadi "tauladan" prajurit TNI
Foto: picture-alliance/dpa
Peluru Panas ke Arah Istana
Polemik terakhir yang dipicu Panglima TNI adalah isu penyelundupan senjata api sebanyak 5500 pucuk. Ia mengklaim laporan tersebut berasal dari data akurat dinas intelijen. Pemerintah mengklarifikasi pembelian itu untuk Kepolisian dan Badan Intelijen Negara. Namun Nurmantyo enggan meluruskan pernyataannya tersebut. (rzn/yf-sumber: antara, detik, cnnindonesia, kompas, tempo, aspi, ipac)
Foto: picture-alliance/Photoshot/A. Kuncahya
8 foto1 | 8
Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa figur Kustanto hanyalah sekadar model atau gambaran, bila yang kemudian terpilih sebagai Kasum adalah lulusan Akmil 1987 yang lain, sebut saja Mayjen M Herindra (lulusan terbaik Akmil 1987, mantan Danjen Kopassus dan Pangdam Siliwangi), tidak masalah juga. Namun perjalanan karier Kustanto, sebagai perwira yang berasal dari kecabangan kavaleri, perlu diberi catatan tersendiri.
Dibanding kecabangan tempur lain, seperti infanteri atau artileri, perjalanan karier perwira kavaleri sedikit berbeda. Hal itu disebabkan nomenklatur satuan kavaleri yang juga berbeda dibanding satuan tempur lain. Dalam kecabangan kavaleri, satuan operasional tertinggi yang adalah bataliyon (yonkav), yang dipimpin perwira berpangkat mayor atau letkol.
Sementara di kecabangan lain, masih ada posisi di atas komandan bataliyon (danyon), seperti komandan brigade atau resimen, yang biasa dipimpin perwira berpangkat kolonel. Bahkan bagi korps infanteri, masih ada pos untuk pati di satuan operasional, yakni sebagai panglima divisi infanteri. Sementara bagi perwira kavaleri, bila masih ingin melanjutkan kariernya di TNI selepas menjabat danyonkav, dia harus lepas dari lingkungan kavaleri, karena tidak ada lagi pos di atas danyonkav di kavaleri. Itulah sebabnya perwira kavaleri memiliki kebiasaan membangun kompetensi diri sebagai persiapan pasca-danyonkav.
Mayjen Kustanto misalnya, sejak lama sudah menekuni bidang teritorial, demikian juga dengan perwira kavaleri lainnya, yang fokus pada minat masing-masing, seperti bidang pengembangan SDM (personel), intelijen, logistik dan seterusnya. Perwira kavaleri lain seperti Brigjen TNI Gunung Iskandar (Akmil 1989, mantan Danyonkav 9, kini Waaspers KSAD) atau Kol Kav Steverly Christmas Parengkuan (Akmil 1990, mantan Danyonkav 7, sempat dipromosikan sebagai Direktur F Bais TNI) misalnya, juga melakukan hal yang sama. Brigjen Gunung kemudian menekuni bidang pengembangan personel, sementara Kolonel Steverly fokus bidang intelijen. Soal ada insiden kecil, ketika promosi bagi keduanya dibatalkan baru-baru ini, tidaklah mengurangi nilai kompetensi diri yang telah mereka bangun jauh sebelumnya.
Karir Meroket Marsekal Hadi Tjahjanto
Munculnya nama Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai kandidat Panglima TNI yang baru bukan hal yang mengejutkan. Kedekatannya dengan Jokowi dinilai turut melanggengkan karir Kepala Staf TNI AU itu menggantikan Gatot Nurmantyo.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Prajurit asal Malang
Pria kelahiran Malang, 8 November 1963 silam itu memulai kariernya sebagai pilot TNI Angkatan Udara di Skuadron 4 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur. Tugas Skadron Udara 4 adalah mengoperasikan pesawat angkut ringan untuk Operasi Dukungan Udara dan SAR terbatas. Ia dianggap kandidat tepat yang dapat mendukung kebijakan maritim pemerintahan Jokowi.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Jokowi, Hadi dan Solo
Hadi Tjahjanto bukan orang baru di lingkaran Joko Widodo. Tahun 2010-2011, saat Hadi menjabat sebagai Komandan Lanud Adi Soemarmo, Joko Widodo adalah Wali Kota Solo. Kedekatan ini berlanjut, ketika Jokowi duduk di Istana. Karier Hadi meroket menyalip seniornya. Dalam waktu tiga tahun, Hadi tercatat dua kali dipromosikan hingga akhirnya menduduki posisi KSAU.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Karir Sang Jendral Bintang Empat
Perwira lulusan 1986 itu meraih bintang saat menjabat sebagai Dirops dan Lat Basarnas (2011). Namanya dikenal publik ketika menjadi Kepala Dinas Penerangan TNI AU tahun 2013. Dua tahun kemudian, Hadi didapuk sebagai Sesmil Presiden. Ia langsung menyandang bintang tiga saat duduki posisi Irjen Kementerian Pertahanan (2016). Awal tahun 2017, Hadi dilantik menjadi KSAU dengan 4 bintang di pundak.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Mengerti kode Jokowi
Hadi Tjahjanto cepat menangkap sejumlah kode dari Presiden Jokowi. Pada Jumat, 10 November 2017, saat peresmian pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia, Jokowi melihat siswi SD hendak jatuh di barisan depan. Ia pun memberi kode kepada ajudannya. Namun Hadi yang justru berlari dari barisan belakang, menggendong anak kecil tersebut. Hadi menyebutkan bahwa ia sudah biasa membaca gerakan Jokowi.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Gatot Nurmantyo vs Hadi Tjahjanto
Jika resmi terpilih maka ini kali pertama sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, panglima TNI akan kembali dipimpin prajurit dari matra udara. Terakhir panglima TNI dari Angkatan Udara adalah Marsekal (Purnawirawan) Djoko Suyanto (2006-2007). Pada beberapa periode sebelumnya Panglima TNI lebih sering dijabat matra Angkatan Darat dan Laut.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Tugas Utama Hadi
Salah satu alasan mengapa panglima TNI segera diganti adalah untuk menjaga netralitas dan profesionalisme militer, terlebih setelah berhembus spekulasi bahwa Gatot Nurmantyo akan maju di pilpres 2019. Kesiapan TNI mengamankan Pemilihan Kepala Daerah 2018 dan Pemilihan Presiden 2019 dianggap sebagai tugas besar pertama jika Hadi Tjahjanto terpilih menjadi Panglima TNI. ts/hp (kompas.com, detik.com)
Selanjutnya soal posisi KSAD. KSAD yang akan datang posisinya sangat krusial, sebab akan menjadi kandidat kuat Panglima TNI berikutnya. Hal itu berdasar perkiraan bahwa Marsekal Hadi Tjahjanto hanya menjabat Panglima TNI tidak sampai dua tahun, karena segera akan ditarik Jokowi masuk kabinet, dalam periode kedua pemerintahan Jokowi, tentu dengan catatan bila Jokowi berkuasa kembali. Kira-kira Hadi Tjahjanto akan diposisikan seperti Luhut B Panjaitan, sebagai backbone pemerintahan Jokowi.
Sama dengan perspektif di atas, bila saya menyebut seorang jenderal untuk nominasi KSAD, sama sekali tidak bermaksud mempromosikan perwira dimaksud. Jadi hanya sekadar memberi gambaran, bila pada akhirnya yang terpilih adalah perwira lain, silahkan saja.
Faktor pertama yang perlu diperhatikan adalah dari segi generasi, idealnya KSAD berikutnya berasal dari Akmil 1985. Ini berdasar pertimbangan, jaraknya tidak terlalu jauh dari KSAD sekarang (Jenderal Mulyono), yang lulusan Akmil 1983. Matra darat sedikit berbeda dengan matra lain (termasuk Polri), yang bisa saja melakukan lompatan sekian generasi untuk pergantian kepala staf. Matra darat tidak bisa seperti itu, bila lompatannya terlalu jauh, seperti terjadi pada pergantian KSAU dan Kapolri tempo hari, dikhawatirkan akan menimbulkan "turbulensi kecil” di internal mereka, dan ini sungguh kontra-produktif.
Dosa Tentara di Serambi Mekah
Bertahun-tahun rakyat Aceh menanggung kebiadaban TNI selama operasi militer menumpas Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Serupa kasus 65, darah yang membalur Serambi Mekah adalah dosa yang selamanya menghantui militer Indonesia.
Foto: Getty Images/AFP/S. Ananda
Perintah dari Istana
Pada 19 Mei 2003, pemerintahan Megawati melancarkan operasi militer di Aceh dengan mengirimkan lebih dari 30.000 serdadu dan 12.000 polisi. Sebelumnya Gerakan Aceh Merdeka menolak status otonomi khusus yang ditawarkan pemerintah. Perang yang dikobarkan Megawati berlangsung selama setahun.
Foto: Getty Images/AFP/Raka
Senjata Gelap TNI
GAM sudah berperang demi kemerdekaan Aceh sejak tahun 1976. Kegigihan gerakan separatis itu menyulut perang berkepanjangan dengan TNI. Ironisnya GAM banyak membeli senjata secara gelap dari TNI. Tahun 2000 silam Polda Metro Jaya menggerebek sebuah rumah dan menemukan bukti pembelian senjata TNI oleh GAM dengan nilai sebesar tiga miliar Rupiah.
Foto: Getty Images/AFP/H. Simanjuntak
Berpaling Simpati
Perang pemberontakan Aceh 1990-1998 termasuk yang paling rentan pelanggaran HAM. Selama delapan tahun sekitar 12.000 nyawa menghilang, kebanyakan adalah warga sipil Aceh. Kebiadaban TNI selama itu diyakini justru menambah simpati rakyat Aceh terhadap gerakan separatis.
Foto: Getty Images/AFP/Inoong
Kejahatan Demi NKRI?
Tahun 2013 silam Komnas HAM menyelidiki lima kasus kejahatan perang selama DOM 1990-1998, yakni tempat penyiksaan Rumoh Geudong di Pidie, pembantaian massal di Bumi Flora, Aceh Timur dan Simpang KKA di Aceh Utara, serta kasus penghilangan paksa dan kuburan massal di Bener Meriah.
Foto: Getty Images/AFP/C. Youn-Kong
Intimidasi Demi Informasi
TNI berikrar akan lebih hati-hati selama operasi militer di Aceh 2003. Tapi serupa di Timor Leste, tentara dilaporkan sering mengintimidasi penduduk desa untuk mengungkap tempat persembunyian pemberontak. Human Rights Watch mencatat berbagai kasus penculikan dan penganiayaan anggota keluarga terduga gerilayawan. Desember 2003 Polri memerintahkan "menembak mati" siapapun yang "membawa bendera GAM."
Foto: Getty Images/AFP/Inoong
Pondok Kelabu
Pada 17 Mei 2003 tiga truk tentara mendatangi desa Jambo Keupok, Aceh Selatan. Di sana mereka menginterogasi penduduk desa ihwal persembunyian GAM. Hasilnya 16 penduduk tewas. Sebagian ditembak, ada yang disiksa atau bahkan dibakar hidup-hidup, tulis Komisi untuk Orang Hilang, Kontras. Insiden tersebut kemudian dikenal dengan istilah Tragedi Jambo Keupok.
Foto: Getty Images/AFP/C. Youn-Kong
Media Propaganda
Berbeda dengan DOM 1990-1998, TNI menggandeng media untuk menguasai pemberitaan ihwal perang di Aceh. Wartawan misalnya dilarang mengutip sumber dari GAM. "Saya berharap wartawan menulis dalam kerangka NKRI. Kalau saya terkesan keras, harap dimaklumi," tutur penguasa darurat militer Aceh saat itu, Mayjen Endang Suwarya.
Foto: Getty Images/AFP/Stringer
Adu Klaim Soal Korban
Selama satu tahun antara Mei 2003 hingga 2004, sebanyak 2000 orang tewas dalam pertempuran. TNI mengklaim semuanya adalah gerilayawan GAM. Namun berbagai LSM dan termasuk Komnas HAM membantah klaim tersebut. Sebagian besar korban ternyata warga sipil biasa.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Pagar Manusia
Salah satu strategi TNI adalah membangun "pagar betis" yang terdiri dari warga sipil. Mereka diperintahkan untuk menyisir sebuah kawasan yang diduga dijadikan tempat persembunyian GAM. Dengan cara itu, TNI berharap GAM tidak akan menembak dan mau keluar dari sarangnya. Strategi serupa sering diterapkan saat Operasi Seroja di Timor Leste.
Foto: Getty Images/AFP/H. Simanjuntak
Tanpa Keadilan
Berbagai penyelidikan yang dilakukan LSM Kemanusiaan dan Komnas HAM terkait kejahatan perang di Aceh gagal membuahkan keadilan buat korban. Hingga kini sebagian rakyat Aceh masih hidup dengan trauma perang.
Foto: Getty Images/AFP/S. Ananda
10 foto1 | 10
Sebelumnya yang dianggap sebagai the rising star dari Akmil 1985 adalah Letjen TNI Edy Rahmayadi (Pangkostrad), mengingat Edy yang pangkatnya paling tinggi di antara lulusan Akmil 1985 yang lain. Namun ketika Edy memutuskan untuk pensiun dini, maka perlu dicari nominasi yang lain. Dua perwira berikut rasanya sudah masuk dalam "radar” Jokowi, masing-masing Mayjen Jaswandi (Pangdam Jaya) dan Mayjen Doni Monardo (Pangdam III/ Siliwangi).
Menilik kecenderungan Jokowi selama ini terkait posisi militer, Jokowi tampaknya merasa nyaman bila perwira dimaksud ada unsur Jateng-nya. Artinya sebisa mungkin perwira yang pernah ditugaskan di Jateng, lebih bagus lagi bila pernah berdinas di Solo. Pada titik ini, Jaswandi sedikit diuntungkan. Jaswadi sebelumnya adalah Pangdam IV/Diponegoro, dan kebetulan kelahiran Blora.
Penulis: Aris Santoso (ap/vlz), sejak lama dikenal sebagai pengamat militer, khususnya TNI AD. Kini bekerja sebagai editor buku paruh waktu.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Ramainya Peringatan HUT Ke-72 TNI
Hampir 6.000 serdadu ikut meramaikan upacara peringatan HUT ke-72 Tentara Nasional Indonesia. Meski dibubuhi kegaduhan seputar ambisi politik panglima, perayaan tersebut tetap berlangsung meriah.
Foto: Reuters/Beawiharta
Bersolek Jelang Pawai
Sedikitnya 5.932 tentara ikut meramaikan parade prajurit dalam upacara peringatan HUT ke-72 TNI di Cilegon, Banten. Beberapa diantaranya bersolek memakai "riasan perang" untuk gelar atraksi kanuragan dan kelihaian bela diri militer.
Foto: Reuters/Beawiharta
Tertahan dan Terlambat
Meski sempat tertahan kemacetan lalu lintas dan harus berjalan kaki sejauh 3 km, Presiden Joko Widodo akhirnya memimpin inspeksi pasukan sebelum berpidato mengenai kesetiaan dan profesionalisme tentara. Jokowi juga mengutup ujaran Jenderal Sudirman mengenai kesetiaan tentara pada negara.
Foto: Reuters/Beawiharta
Hantu Dwifungsi
Perayaan HUT TNI tahun ini dibumbui oleh polemik seputar hak berpolitik tentara yang dicetuskan Panglima Gatot Nurmantyo. Menurutnya tentara suatu saat bisa kembali berpolitik, "jika masyarakat sudah siap."
Foto: Reuters/Beawiharta
Bugar dan Disiplin
Selain mendemonstrasikan disiplin dan kebugaran tubuh, sebanyak 1.800 prajurit juga menunjukkan kepiawaian mereka dalam olahraga bela diri, pencak silat serta olah kanuragan Debus.
Foto: Reuters/Beawiharta
Rakyat Terlibat
Mengusung tema "Bersama Rakyat TNI Kuat," TNI mengajak murid sekolah untuk menaiki lusinan kendaraan lapis baja dalam parade di hadapan rombongan Istana Negara.
Foto: Reuters/Beawiharta
Demonstrasi Alutsista
Namun yang paling ditunggu-tunggu adalah demonstrasi berbagai sistem persenjataan yang saat ini dimiliki TNI. Terutama aksi gabungan tiga matra TNI yang digelar untuk menunjukkan kesiapan TNI menghadapi serangan asing menjadi tontonan paling seru selama peringatan HUT ke 72 tahun ini. (rzn/as - rtr,ap)