1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAsia

Properti Hunian Inggris Kebanjiran Investor Hong Kong

26 Februari 2021

Bank of America memperkirakan penduduk Hong Kong yang pindah ke Inggris dapat memicu pergerakan aliran modal setara lebih dari 500 triliun rupiah di tahun 2021.

Ilustrasi real estat London
Ilustrasi real estat LondonFoto: picture-alliance/EPA/L. Parnaby

Penduduk Hong Kong diperkirakan akan membeli lebih banyak rumah dan apartemen di Inggris untuk disewakan, menyusul langkah Cina yang mengesahkan undang-undang keamanan nasional tahun lalu. Tren tersebut diungkapkan oleh sebuah agen properti Inggris bertepatan dengan perkiraan akan adanya gelombang emigrasi dari wilayah bekas pendudukan Inggris tersebut.

Hingga Agustus 2020, warga Hong Kong telah menjadi investor asing terbesar kelima di London, memicu kenaikan harga properti hunian di beberapa distrik populer di luar ibu kota Inggris tersebut.

Gelombang pembelian properti ini tidak hanya dimonopoli oleh kaum kaya asal Hong Kong, tetapi juga dilakoni penduduk kelas menengah yang patungan mengumpulkan uang untuk berinvestasi.

Ini adalah sebuah tren yang diperkirakan akan terus berlanjut, mengingat akan ada lebih banyak penduduk kelas menengah Hong Kong yang mempertimbangkan untuk berangkat ke Inggris dan mencari sumber pendapatan baru sebelum benar-benar pindah.

"Sudah bukan lagi sekadar tren dalam enam bulan terakhir ini," kata Guy Bradshaw, kepala London Residential di Sotheby's International Realty, sebuah perusahaan pemasaran properti di Inggris. "Saya pastinya jadi terlibat dalam lebih banyak pembicaraan dan panggilan Zoom dengan orang-orang di Hong Kong dan terkait dana dari Hong Kong."

Pergerakan arus modal diperkirakan capai ratusan triliun rupiah

Pemerintah Inggris menawarkan skema baru pemberian visa kepada warga Hong Kong pemegang paspor British National Overseas (BNO) yang memberikan kesempatan untuk menjadi warga negara Inggris. Skema ini dibuat setelah berlakunya undang-undang keamanan nasional Cina untuk Hong Kong.

Pendapatan yang stabil dari hasil menyewakan rumah atau apartemen di Inggris inilah yang nantinya akan berguna dalam mengajukan kewarganegaraan, karena pemegang BNO perlu membuktikan bahwa mereka dapat menyokong keuangan mereka sendiri setidaknya selama enam bulan.

Inggris memperkirakan bahwa lebih dari 300.000 penduduk Hong Kong akan beremigrasi selama lima tahun ke depan, dan Bank of America memperkirakan penduduk Hong Kong yang pindah ke Inggris dapat memicu pergerakan aliran modal (capital outflow) sebesar 36 miliar dolar AS atau lebih dari Rp507 triliun di tahun 2021.

Penduduk Hong Kong memang telah lama menjadi pembeli aktif properti di Inggris. Namun agen real estat mengatakan akhir-akhir ini minat terhadap apartemen dan rumah tua sebagai aset untuk disewakan juga terus meningkat.

Warga Hong Kong yang terbiasa dengan harga properti yang mahal, memiliki ketertarikan pada investasi real estat. 

Kelas khusus untuk berinvestasi di Inggris

Alan Wan, 38, telah memiliki 13 properti hunian di Inggris. Dua tahun lalu, saat terjadinya puncak protes menentang pemerintah, ia telah membuka kelas yang ditujukan bagi para calon investor Hong Kong untuk membeli properti di dan sekitar Manchester.

Sejauh ini, kelas Asosiasi Pemilik Properti Inggris miliknya telah menarik minat sekitar 1.500 orang untuk belajar berinvestasi di Inggris. Pendaftaran melonjak pada paruh kedua tahun lalu setelah Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional.

Salah satu peserta di kelasnya, yakni Isla Kwok, 30 tahun, pindah ke Manchester pada akhir Januari dan tengah menunggu untuk memulai kuliah di perguruan tinggi. Uang yang didapat dari menyewakan properti yang dibeli tahun 2019 ia pakai untuk membiayai biaya sewa tempat tinggalnya dan angsuran hipotek pembelian properti tersebut. 

Isla Kwok berencana menggadaikan kembali properti tersebut untuk membeli properti kedua tahun ini setelah mendapatkan izin tinggal, karena suku bunga hipotek akan jauh lebih rendah.

"Begitu Anda memulai properti pertama Anda, akan jauh lebih mudah menciptakan lebih banyak sumber pendapatan guna meringankan tekanan finansial akibat tinggal di sini," ujar Kwok.

Wan mengatakan sebagian besar muridnya membeli properti mereka secara individual, tetapi ada juga beberapa orang yang urunan mengumpulkan uang untuk membeli properti hunian di London.

Marc von Grundherr, direktur makelar Benham and Reeves di London, mengatakan telah menyaksikan tren yang sama.

"Saya punya beberapa klien yang datang kepada kami dan berkata, 'Begini, putra saya atau teman saya ingin berinvestasi di properti karena mereka berpikir untuk datang (ke Inggris), tetapi mereka tidak mampu melakukannya sendiri atau mereka ingin membeli sesuatu yang sedikit berbeda - apa boleh dua atau tiga atau empat dari mereka membeli bersama?"

"Ini adalah sebuah perubahan. Jelas akan selalu ada perusahaan investasi yang lebih besar yang membeli saham dalam jumlah besar, tetapi kini yang kita bicarakan bukanlah mereka yang sangat, sangat, sangat kaya," kata von Grundherr.

ae/vlz (Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait