Proses Demokrasi di Kongo Harus Didukung
24 Agustus 2006Menanggapi perkembangan situasi di Kongo itu, harian liberal kiri Spanyol El Pais yang terbit di Madrid berkomentar: Uni Eropa harus memperpanjang misi di Kongo.
"Keputusan pemenang dalam pemilihan presiden di Kongo akan ditentukan dalam pemilihan babak penentuan. Tentu saja, jika pemilu babak penentuan ini dapat dilaksanakan. Sebelum dan sesudah pengumuman hasil pemilu, kerusuhan pecah dan meluas di ibukota Kinshasa. Para diplomat diculik. Keberadaan pasukan Eropa terbukti amat berguna. Apalagi di pemilu babak penentuan, yang pasti akan lebih bergolak lagi."
Sementara harian Swiss Neue Zürcher Zeitung berkomentar: Di Kinshasa waktu penantian diperpanjang.
"Komisi pemilu independen di Kongo patut dipuji. Pemilu presiden babak penentuan yang berbarengan dengan pemilu di provinsi, menciptakan tantangan baru bagi misi yang didukung PBB itu. Juga keikutsertaan pemilih yang cukup tinggi, akan menepis keraguan terhadap legitimasi pemenang pemilih."
Sedangkan harian Perancis Dernieres Nouvelles d’Alsace yang terbit di Strassburg berkomentar: Terlepas dari berbagai kekuarangan, proses demokrasi di Kongo sudah pada arah yang tepat.
"Proses demokrasi di sebuah negara yang cukup besar di Afrika, yang baru beberapa tahun bangkit dari kehancuran akibat perang saudara itu, merupakan berita menggembirakan. Paling tidak, episode ini merupakan sebuah pertanda bagi perkembangan di seluruh benua Afrika, menuju sebuah rezim yang mencerminkan keinginan rakyatnya. Kabila yunior yang mewarisi kekuasaan dari ayahnya, juga bersedia menggelar pemilu. Hal ini merupakan peristiwa simbolis."
Tema lainnya yang masih tetap disoroti harian-harian Eropa adalah tarik ulur bagi sebuah mandat PBB yang kokoh, sebagai landasan tugas pasukan perdamaian di Libanon.
Harian Belanda Trouw yang terbit di Den Haag berkomentar: Pasukan perdamaian Libanon dibutuhkan hari ini bukan besok.
"Pemecahan konflik, terbukti merupakan masalah sulit. Untuk itu, persiapannya tidak boleh berlarut-larut. Kesepakatan gencatan senjata amat goyah, dan para pihak yang terlibat konflik tidak ragu kembali bertempur, tanpa peduli risiko semakin gawatnya konflik. Lihat saja, apa yang dilakukan tentara Israel, dengan alasan menyerang para penyelundup senjata Hisbullah. Fakta itu sekali lagi menggaris bawahi, penugasan yang jelas bagi pasukan internasional harus segera dibuat."
Sementara harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma, juga mengomentari tidak jelasnya mandat pasukan PBB di Libanon.
"Pertanyaan utama tetap belum terjawab. Apakah pasukan internasional dapat mencegah atau paling tidak menunda pecahnya konflik babak kedua antara Israel dengan milisi Hisbullah? Atau justru pasukan internasional yang akan menjadi korban konflik babak kedua? Tapi terutama harus dijelaskan, mengapa pasukan Italia harus bertugas di Libanon? Seberapa besar ongkosnya dan apakah terdapat sasaran yang jelas? Jadi, sebelum Italia mengirimkan pasukannya, untuk mempimpin pasukan perdamaian di Libanon, pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab terlebih dahulu."