Prospek Bagus Lapangan Kerja di Jerman
23 Maret 2012Tahun 2012 jumlah orang yang mengganggur di Jerman akan berkurang sekitar 130 ribu, dari 3,11 juta jumlah penganggur yang tercatat saat ini. Demikian disampaikan pusat kajian yang ditugasi oleh Badan Tenaga Kerja Jerman (BA) di Nürnberg.
Dalam studinya Pusat Penelitian untuk Tenaga Kerja (IAB) merasa optimis bahwa jumlah penganggur di Jerman akan mencapai angka di bawah tiga juta, pada tahun berjalan.. Pusat penelitian tersebut juga mengoreksi prakiraan pesimisnya terkait prediksi pasar tenaga kerja. Bulan September 2011 pusat kajian itu memperkirakan akan terjadi masa-masa sulit bagi pencari kerja pada tahun 2012.
Para pengamat IAB berdasarkan perhitungan terbarunya berasumsi bahwa Jerman dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 1,1 persen tahun 2012 ini. Sementara sejumlah institusi lainnya memprediksi pertumbuhan ekonomi Jerman akan lebih rendah dari itu.
“Pasar tenaga kerja tetap kokoh, meskipun mungkin belum dapat berkembang terlalu cepat,” dikatakan pakar IAB Enzo Weber, Rabu (21/03). Tapi ditambahkannya pertumbuhan perekonomian mulai bertambah cepat, walaupun krisis utang di kawasan zona Euro masih berlanjut.
Prediksi Pesimis Direvisi
Pusat Penelitian untuk Tenaga Kerja (IAB) memperkirakan jumlah penduduk yang memiliki pekerjaan di Jerman akan mencapai 41,5 juta orang. Ini berarti level tertinggi sejak reunifikasi Jerman tahun 1990. Selain itu jumlah pekerja yang merupakan sumber utama kontribusi asuransi sosial akan bertambah 510 ribu orang, sehingga jumlahnya mencapai 28,94 juta pekerja tahun ini. Sebuah kabar baik untuk dana pensiun dan dana kesehatan Jerman yang dapat meningkatkan aset cadangan, guna mengantisipasi masa-masa sulit.
Pusat Penelitian Tenaga Kerja di Nürnberg mengeluarkan ramalan positifnya untuk 2012 meskipun memprediksi tingginya jumlah pencari kerja di Jerman. IAB menyebutkan besarnya jumlah tenaga kerja berusia lanjut dan tambahan 200 ribu pekerja migran baru, dapat mengimbangi penurunan demografi di seluruh sektor lapangan kerja.
Dyan Kostermans/Reuters/DPA/AFP
Editor: Agus Setiawan