Aksi protes menentang kekerasan rasialis oleh polisi di Baltimore kini merebak ke seluruh Amerika Serikat. Ribuan polisi dikerahkan untuk berjaga-jaga dan puluhan demonstran di berbagai kota ditangkap.
Iklan
Kematian Freddie Gray remaja kulit hitam berusia 25 akibat kekerasan dalam tahanan polisi Baltimore dua pekan silam kembali memicu aksi protes besar-besaran di kota pelabuhan di pantai timur Amerika itu. Juga dilaporkan adanya aksi protes solidaritas di New York, Denver, Boston dan Washington DC menentang aksi kekerasan rasialis polisi terhadap warga kulit hitam AS. Pemrotes mengusung poster #blacklivesmatter.
Kasus Gray menambah panjang daftar kekerasan rasialis terhadap warga kulit hitam oleh polisi Amerika. Yang paling menonjol adalah kasus terbunuhnya Michael Brown di Ferguson dan Eric Garner di New York City. Kedua kasus juga memicu aksi protes besar-besaran anti kekerasan rasialis khususnya terhadap warga Afro-Amerika di seluruh negeri.
Pihak kepolisian memberikan keterangan, terkait aksi protes yang sebagian dibarengi penjarahan dan pembakaran toko di Baltimore beberapa hari silam, polisi menangkap 270 demonstran. Namun sekitar 100 telah dibebaskan lagi. Polisi di New York menangkap 65 pemrotes karena memblokir sebuah terowongan di jalan utama. Di Baltimore dikerahkan lebih 3.000 petugas keamanan untuk mengatasi aksi protes.
Obama mengecam
Sementara itu presiden Barack Obama mengecam aksi protes yang diwarnai aksi kekerasan, penjarahan dan pembakaran di Baltimore. Tapi dalam waktu bersamaan Obama juga mengimbau ditegakannya keadilan sosial, dan didorongnya ekonomi yang nyaris tidak eksis di sejumlah kota dan kawasan.
Diskriminasi Kulit Hitam di Amerika Serikat
Diskriminasi terhadap warga kulit hitam di Amerika Serikat masih menjadi momok. Di banyak bidang situasinya justru memburuk setelah era Martin Luther King.
Foto: picture-alliance/dpa/Justin Lane
Sebuah Ilusi tentang Persamaan
Ketika Barack Obama dikukuhkan sebagai presiden kulit hitam pertama AS, banyak yang menilai Amerika Serikat telah memasuki era "Post Racial", sebuah negara tanpa perbedaan ras dan diskriminasi. Tidak cuma kasus di Ferguson, data-data statistik lainnya mengubur imipian tersebut.
Foto: Reuters
Kemiskinan
Penduduk kulit hitam mendominasi statistik kemiskinan Amerika Serikat. Situasi tersebut tidak berubah banyak sejak 30 Tahun lalu. Tahun 1974 cuma 8 persen warga kulit putih dililit kemiskinan (kini 10%), sementara pada warga kulit hitam jumlahnya sebesar 30 persen (kini 28%).
Foto: Reuters
Separuh Prespektif
Diskriminasi di pasar tenaga kerja AS berlangsung hampir secara sistematis. Tingkat pengangguran masyarakat kulit hitam sejak 50 tahun adalah dua kali lipat lebih tinggi ketimbang warga kulit putih. Mirisnya jumlah tersebut tidak berubah terlepas dari pertumbuhan ekonomi atau perubahan pada tingkat pengagguran secara umum.
Foto: picture-alliance/dpa/Justin Lane
Perbedaan Pendapatan
Sejak 1950 pendapatan rata-rata warga kulit hitam selalu berada di bawah 60% dari upah yang diterima oleh warga kulit putih. Cuma pada tahun 1969/1970 jumlahnya meningkat menjadi sekitar 63 persen.
Foto: DW/G. Schließ
Jurang Kemakmuran
Saat ini rata-rata kekayaan warga kulit putih berkisar 97.000 US Dollar. Sementara warga hitam cuma berkisar 4.900 USD, atau 1500 USD lebih sedikit ketimbang tahun 1980. Melihat perbedaan pendapatan antara dua kelompok yang signifikan, tidak heran jika kemampuan warga Afro-Amerika buat menabung atau menyimpan harta lebih sedikit ketimbang warga kulit putih.
Foto: picture alliance/landov
Risiko Dibui
Peluang buat seorang warga kulit hitam mendekam di balik terali bui enam kali lipat lebih besar ketimbang seorang kulit putih. Menurut data NAACP, organisasi lobi kulit hitam AS, jumlah warga kulit putih yang menggunakan narkoba lima kali lipat lebih banyak ketimbang warga hitam. Namun warga Afro-Amerika yang didakwa terkait narkoba berjumlah 10 kali lipat lebih banyak ketimbang kulit putih
Foto: M. Tama/Getty Images
Cuma Pendidikan Dasar
Menurut catatan tahun 2012, cuma 21 persen warga Afro-Amerika yang memiliki ijazah universitas. Sementara warga kulit putih mencatat angka 34 persen. Secara ironis Departemen Pendidikan AS mengeluarkan statistik 2009 lalu, bahwa untuk pertamakalinya terdapat lebih banyak pemuda kulit hitam yang sedang berkuliah ketimbang mendekam di penjara.
Foto: Reuters
Pendidikan Terpisah
Pengucilan adalah keseharian pada sistem pendidikan AS. Hampir 40 persen bocah kulit hitam menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang juga didominasi oleh murid Afro-Amerika. Jumlah ini banyak berkurang ketimbang tahun 1968 yang mencatat angka 68%. Tidak berubah adalah fakta bahwa tigaperempat bocah kulit hitam belajar di sekolah yang lebih dari 50% muridnya non kulit putih.
Foto: Chris Hondros/Newsmakers/Getty Images
Besar di Ghetto
Segregasi di tengah masyarakat AS juga terlihat pada tempat tinggal. 45 persen bocah kulit hitam yang berasal dari keluarga miskin, hidup di wilayah-wilayah kumuh atau Ghetto. Sebaliknya cuma 12 persen bocah kulit putih yang hidup dalam situasi serupa.
Foto: picture alliance / blickwinkel/Blinkcatcher
Dua Realita yang Berjauhan
Lebih dari 50% warga kulit hitam Amerika Serikat menyebut empat hal sebagai ladang diskriminasi, yakni perlakuan aparat kepolisian, pekerjaan, pengadilan dan sekolah. Sementara pada warga kulit putih jumlahnya kurang dari 30 persen. Secara keseluruhan penduduk Afro-Amerika meyakini adanya praktik diskriminasi berbau rasisme terhadap mereka, entah itu di restoran atau rumah sakit.
Foto: Getty Images
Euforia Berakhir
Sebanyak 35% Warga kulit putih menilai kondisi hidup mereka lebih baik ketimbang lima tahun lalu. Sementara pada warga Afro-Amerika, jumlahnya cuma berkisar 26 persen. Euforia sempat memuncak ketika Barack Obama terpilih sebagai presiden Amerika 2009 silam. Namun kini harapan akan perbaikan situasi warga kulit hitam tergerus oleh realita.
Foto: Reuters
11 foto1 | 11
Jaksa Agung yang baru dilantik, Loretta Lynch juga berjanji akan menggelar dialog nasional, membahas makin meningkatnya ketidak percayaan publik terhadap petugas polisi di AS. Sejumlah warga di kawasan mayoritas kulit hitam menegaskan, pihak kejaksaan dan kehakiman harus bekerja bersama warga untuk mencari solusi masalah.
Otopsi terhadap jasad Gray menunjukkan, remaja kulit hitam ini tewas akibat cedera sistem saraf tulang belakang. Enam petugas polisi dinonaktifkan terkait kasus kematian Gray. Dan Jumat (1/5), kepolisian Baltimore harus menyerahkan laporan investigasi menyeluruh ke kantor kejaksaan. Juga biro kehakiman federal diterjunkan mengusut kasus Baltimore.
Warga kini menanti dengan tegang pengumuman kepolisian yang akan dipublikasikan Jumat. Dipertanyakan, apakah keenam petugas polisi itu akan diajukan ke pengadilan atau dibebaskan. Para aktivis pembela HAM mengatakan, pemulihan citra dan kepercayaan kepada petugas polisi di AS, sangat tergantung dari keputusan itu.