Aksi pembersihan kamp pemrotes Hong Kong di kawasan pusat kota, menunjukkan bahwa doktrin pemerintah Cina wajib dijalankan. Tapi para aktivis occupy Hong Kong juga meraih sukses cukup besar.
Foto: Reuters/T. Siu
Iklan
Perintah pembersihan kawasan pusat kota dari pendudukan kelompok occupy central atau gerakan payung di Hong Kong menjadi sorotan sejumlah harian internasional. Tirani di Beijing kini memainkan tangan besinya. Tapi para remaja pro-demokrasi di Hong Kong juga sukses dengan gerakannya dan menemukan permainan kata-kata sebagai senjata politik baru.
Harian terbesar di Hong Kong South China Morning Post berkomentar: aksi protes occupy central mungkin berakhir, tapi keluhan rakyat tidak akan sirna. Harus diakui, sekarang dukungan warga bagi gerakan occupy central mulai memudar. Setelah dua bulan yang hingar bingar, blokade pusat kota kini memasuki titik di mana harga yang harus dibayar pedagang eceran dan sektor transportasi memasuki batas rasa sakit. Gelombang sudah berbalik. Secara taktik, pendekatan pemerintah dengan mengulur waktu dan menunggu terbukti berhasil. Pemerintah pantang mundur, mahasiswa tidak akan menang. Tapi pemerintah tidak bisa menepuk dada. Pasalnya, faktor busuk yang membakar gerakan itu tetap eksis. Kini tuntutan bukan demokrasi semata, melainkan bagaimana mewujudkan pemerintahan yang baik dan masyarakat yang adil.
Hongkong: Satu Negara, Dua Wajah
Ketika Cina berpesta, Hongkong diliputi protes. Sementara Beijing mempertontonkan kesatuan, teriakan kebebasan membahana di negeri jiran. Pada hari nasional Cina, Hongkong tampil kontras dengan nafas demokrasinya.
Foto: Reuters/Carlos Barria
Antara Patriotisme....
Cina mengibarkan bendera. Pada 1 Oktober 1949 Mao Zedong mendirikan Republik Rakyat Cina. Sejak saat itu setiap tahun penduduk negeri tirai bambu merayakan hari nasional dengan upacara seremonial yang mendemonstrasikan patriotisme, seperti pada upacara bendera di Hefei, Provinsi Anhui ini.
Foto: Reuters
…dan Protes
Namun ketika Cina berpesta, situasi di jalan-jalan kota Hongkong memanas. Ratusan ribu manusia tumpah ke jalan untuk memrotes reformasi sistem pemilihan umum dan pengaruh Beijing yang dianggap terlampau besar.
Foto: Reuters/Carlos Barria
Sehaluan....
Hongkong sebenarnya juga menggelar pesta menyambut kemerdekaan Cina. Kepala pemerintah Hongkong, Leung Chun Ying yang kontroversial itu pun turut diundang. Secara demonstratif ia dan tamu yang lain saling bersulang dengan sebotol Champagne. Selain itu mereka juga menyanyikan lagu nasional Cina.
Foto: Reuters/Bobby Yip
… dan bersilangan
Menurut tradisi, setiap pagi kota metropolis Asia itu mengibarkan bendera Hongkong dan Cina secara bersamaan. Namun kali ini pemimpin demonstrasi, Joshua Wong dan aktifis yang lain memunggungi bendera sambil menyilangkan tangan. Mereka menuntut pengunduran diri Leung Chun Ying karena dianggap berada di bawah pengaruh Beijing.
Foto: Reuters
Kekuatan militer…
Di ibukota Beijing, Partai Komunis Cina unjuk otot dengan mempertontonkan satuan elit militer Cina di lapangan Tiananmen. Upacara di jantung kekuasaan Komunis itu berlangsung menurut ritual yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Foto: ChinaFotoPress via Getty Images
… dan determinasi mahasiswa
Pada malam menjelang 1 Oktober para demonstran kembali berkumpul. Kebanyakan diliputi rasa lelah setelah bertahan selama berhari-hari dan hujan yang tidak henti-hetinya mengguyur dari langit. Namun begitu para mahasiswa tidak beranjak. Mereka mengaku tidak akan pergi sebelum tuntutannya dipenuhi.
Foto: Reuters/Carlos Barria
Dalam barisan...
Upacara nasional mengenang warisan Mao Zedong itu tidak cuma berlangsung di Beijing, tapi kota-kota besar lain di Cina. Dalam gambar ini sebuah satuan kepolisian sipil memberikan hormat di hadapan bendera negara di Nanjing. Tidak ada satupun yang bisa merusak kedamaian dan stabilitas di Cina, begitulah isyarat yang ingin didengungkan penguasa Cina di Beijing.
Foto: picture alliance/ZUMA Press
…dan kekacauan yang terorganisir
Sebaliknya di Hongkong ribuan mahasiswa memblokir jalan utama di wilayah perbelanjaan Mongkok. Jumlah demonstran diyakini akan terus membengkak. Pasalnya Hongkong memiliki tradisi meliburkan pegawai dan siswa di dua hari pertama bulan Oktober.
Foto: Reuters/Tyrone Siu
Keceriaan...
Penduduk Cina tidak mengetahui banyak tentang apa yang terjadi di Hongkong. Untuk itu pemerintah di Beijing telah lebih dulu memastikan agar tidak ada gangguan sama sekali. Lembaga sensor bertugas siang malam untuk memblokir laporan dari Hongkong. Sementara di media-media sosial, pemerintah menghapus ribuan komentar.
Foto: picture alliance/ZUMA Press
…dan penolakan dalam diam
Sebaliknya Hongkong menikmati kebebasan pers dan berpendapat. Namun demonstran mengkhawatirkan pengekangan menyusul meningkatnya pengaruh Beijing. Secara simbolis mereka mengenakan masker untuk mendemonstrasikan sikap mereka yang tidak akan pernah diam.
Foto: AFP/Getty Images/Philippe Lopez
Kekuatan negara...
Presiden Cina, Xi Jinping sebaliknya banyak menutup mulut atas aksi protes di Hongkong. Sang presiden terjebak dalam dilema, antara menindas demonstrasi atau menyetujui kompromi. Kini ia mengirimkan utusan khusus ke Hongkong untuk mencari jalan keluar.
Foto: Reuters
…dan suara mahasiswa
Mahasiswa memberikan ultimatum kepada pemerintah Hongkong hingga Kamis (2/10) untuk mencabut amandemen Undang-undang pemilihan dan pengunduran diri Leung Chun Ying. Jika tidak mereka mengancam akan memperluas aksi protes, antara lain dengan aksi mogok masal dan pendudukan kantor pemerintahan.
Foto: Reuters/Carlos Barria
12 foto1 | 12
Harian konservatif Inggris Times dalam tajuknya menulis: Tirani Beijing menang di Hong Kong. Pemerintah di Beijing sejauh ini memang tidak pernah memerintahkan polisi bertindak brutal terhadap pemrotes, Akan tetapi, pemerintah di Hong Kong juga pantang mundur dan bertahan tidak mengabulkan tuntutan demontran bagi sebuah pemilu bebas. Kita tidak perlu heran. Karena kepala negara dan ketua partai komunis Cina, Xi Jinping menggelar doktrin baru, diplomasi adidaya dengan pengaruh Cina. Artinya, dunia Barat harus menyaksikan, sebuah politik agresif Cina di luar negeri, dan pertahanan maksimal di dalam wilayah kekuasaannya.
Harian Thailand TheNation menulis: permainan kata kini menjadi senjata baru dalam perang demokrasi di Hong Kong. Gerakan payung, yang jadi simbol gerakan protes, memberi nyawa baru bagi Bahasa Canton yang digunakan mayoritas warga Hong Kong. Perang antara Beijing lawan Hong Kong bisa diibaratkan sebagai perang Bahasa Mandarin lawan Bahasa Canton yang oleh pemerintah Cina disebut dialek, bukan bahasa. Pelesetan kata-kata Mandarin yang berarti berbeda dalam Bahasa Canton, jadi bahasa para pemrotes. Momentum ini menjadi infus bagi kehidupan sehari-hari di masa mendatang. Dengan permainan kata-kata itu di masa depan, rakyat bisa membangkang dan dengan mudah memobilisasi massa melawan politik pemerintah.
Harian India The Indian Express menulis: Situasi di Hong Kong tidak mudah. Setelah dua bulan aksi occupy, warga mulai sentimen terhadap gangguan dalam keseharian. Pemerintah Cina juga tetap menolak tuntutan, yang memicu frustrasi dan perpecahan di kalangan pemrotes. Kini polisi ditugaskan membersihkan lokasi di pusat kota yang diduduku pemrotes. Walau tidak ada aksi, tapi konfrontasi diam-diam justru maikin intensif. Separah apa dampaknya nanti, sangat tergantung dari secepat apa Beijing bisa menemukan solusi politik.