Demonstrasi ratusan ribu warga Israel menentang reformasi yudisial memasuki pekan ke30. Ketegangan enggan mereda setelah parlemen meloloskan rancangan legislasi di tahap pertama. Protes pun berlanjut.
Iklan
Hanya beberapa menit usai koalisi pemerintahan nasionalis relijius Israel meloloskan amandemen yudisial pada 24 Juli lalu, Menteri Kehakiman Yariv Levi, yang menjadi arsitek legislasi tersebut, terlihat berpose untuk swafoto sembari tertawa bersama anggota lain di parlemen Israel, Knesset.
"Mereka sedang pamer,” kata Moran Zer Katzenstein, bekas pegawai swasta yang kini menjadi pegiat pro-demokrasi.
"Perombakan yudisial bersandar pada empat pilar dan masing-masing menggerogoti kewenangan Mahkamah Agung dan hak kami sebagai perempuan,” kata dia. "Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi.”
Israel Dilanda Protes Berkepanjangan Menentang Reformasi Peradilan
Di Yerusalem, ribuan orang berdemonstrasi memprotes reformasi peradilan yang kontroversial menjelang pemungutan suara di parlemen. Anggota parlemen Israel, Knesset, tampaknya tidak terkesan.
Foto: HAZEM BADER/AFP/Getty Images
Demonstrasi dilawan meriam air
Hingga detik terakhir, puluhan ribu warga Israel berusaha mencegah disahkannya reformasi peradilan. Protes tersebut kian meningkat jelang dilakukannya adopsi parsial di Parlemen. Bentrokan antara polisi dan demonstran pun pecah dan polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan massa yang berkumpul dan menutup akses jalan ke Knesset.
Foto: Mahmoud Illean/AP Photo/picture alliance
Aksi protes skala nasional
Selama 29 minggu, para demonstran telah melakukan protes di seluruh Israel. Setelah terjadinya bentrokan dengan aparat keamanan dan pemungutan suara parlemen, protes ini kemungkinan masih akan berlanjut.
Foto: Maya Alleruzzo/AP Photo/picture alliance
Dirikan tenda di depan Knesset
Demonstran yang mengkritik pemerintah Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ini pun mendirikan kamp protes di depan Parlemen Knesset. Demonstran membawa bendera dan mendirikan tenda-tenda. Ratusan ribu peserta tergabung dalam demonstrasi pada akhir pekan. Ini adalah salah satu demonstrasi terbesar di Israel sejak gerakan protes ini dimulai pada Januari 2023.
Foto: DEBBIE HIL/UPI PhotoL/IMAGO
"Negara kita sedang terbakar"
Seorang pengunjuk rasa duduk di jalan di depan kobaran api di Tel Aviv dengan bendera tersampir di bahu. Sebagian besar masyarakat sipil menolak tujuan pemerintah konservatif sayap kanan yang didukung Perdana Menteri Netanyahu. Di parlemen, Orit Farkasch-Hacohen dari pihak oposisi berteriak sambil menangis: "Negara kita tengah terbakar. Anda menghancurkan negara, Anda menghancurkan masyarakat."
Foto: Corinna Kern/REUTERS
Massa melakukan long march ke Yerusalem
Sebagai bentuk protes terhadap reformasi peradilan, sekitar 80.000 warga Israel melakukan long march sepanjang 70 kilometer dari Tel Aviv ke Yerusalem selama berhari-hari. Pada hari Minggu (23/07)) mereka mencapai ibu kota. Ada laporan bahwa mereka berhasil mencapai kompromi pada akhir pekan, tapi harapan itu pupus. Partai Likud Netanyahu menolak berkompromi.
Foto: Ohad Zwigenberg/AP/dpa/picture alliance
10.000 tentara cadangan bergabung dalam protes massa
Sekitar 10.000 tentara cadangan mengumumkan tidak akan lagi mau ditugaskan jika reformasi tetap dilaksanakan. Ribuan tentara cadangan di angkatan udara juga bergabung dengan mereka. “Kerusakan terhadap keamanan nasional Israel telah menjadi kenyataan,” tulis Institute for National Security Studies Israel pada Minggu (23/07), melihat militer dan ekonomi negara itu melemah.
Foto: Matan Golan/ZUMA Wire/IMAGO
Berdoa di Tembok Ratapan
Pada hari Minggu, warga Israel yang tergabung dalam protes berkumpul di depan Tembok Ratapan di Kota Tua Yerusalem untuk berdoa. Seorang pria berdoa untuk persatuan dan kebersamaan, melawan perpecahan dalam masyarakat karena reformasi peradilan. Setelah pemungutan suara dilakukan, warga khawatir perpecahan dalam masyarakat dapat semakin meruncing. (ae/hp)
Foto: MENAHEM KAHANA/AFP
7 foto1 | 7
Lolos di tahap pertama
Pemungutan suara di Knesset pada 24 Juli lalu itu meloloskan amandemen Hukum Dasar yang mencabut kekuasaan MA untuk membatalkan kebijakan atau nominasi pejabat pemerintah yang dianggap "tidak beralasan.”
Iklan
Langkah ini bernilai signifikan. Karena Israel tidak memiliki Undang-Undang Dasar, Mahkamah Agung sekaligus berfungsi sebagai penggawa konstitusi.
Aksi protes besar-besaran oleh kelompok pro-demokrasi ikut memicu aktivisme simpatisan partai pemerintah. Berbagai jajak pendapat usai pencoblosan 24 Juli di Israel menyimpulkan perpecahan antara sekitar 50 persen yang menolak dan 33,7 persen mendukung reformasi yudisial. Adapun 15 persen responden menolak mengambil sikap jelas.
Reformasi yudisial bukan satu-satunya titik api dalam politik Israel. Rencana pemerintah untuk menganeksasi Tepi Barat Yordan juga diyakini akan memicu aksi protes oposisi kiri, yang menuntut evaluasi terhadap praktik pendudukan di wilayah Palestina.
Berdirinya Negara Israel
Inilah kilas balik pendirian negara warga Yahudi yang penuh pertikaian dan gejolak politik.
Foto: Imago/W. Rothermel
Deklarasi yang ditunggu-tunggu warga Yahudi
Tanggal 14 Mei 1948, tokoh Israel David Ben-Gurion mendeklarasikan pembentukan Negara Israel yang independen. Dia menggarisbawahi latar belakang sejarah keagamaan Yahudi. "Orang-orang tetap percaya dan tidak pernah berhenti berdoa dan berharap mereka kembali ke sana," katanya menegaskan kelahiran negara bagi warga Yahudi tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Sejarah hitam
Peristiwa pembantaian warga Yahudi oleh rezim NAZI Jerman, yang dinamakan Holocaust adalah latar belakang kuat yang mendasari kepentingan pendirian Negara Israel. Foto di atas menunjukkan orang-orang yang selamat dari kamp Auschwitz setelah pembebasan.
Foto: picture-alliance/dpa/akg-images
"Bencana" bagi warga Palestina
"Nakba", artinya "bencana", Itulah kata yang digunakan warga Palestina pada hari yang sama. Sekitar 700.000 warga Arab yang tinggal di Palestina saat itu harus melarikan diri dengan tibanya gelombang pendatang Yahudi yang ingin menetap di negara barunya. Pendirian Israel menjadi awal konflik Israel-Palestina dan dunia Arab, yang tidak terselesaikan sampai sekarang, 70 tahun kemudian.
Foto: picture-alliance/CPA Media
Darurat perang
Ketegangan dengan negara-negara Arab di wilayah itu pecah saat 'Perang Enam Hari' terjadi pada Juni 1967. Militer Israel berhasil memukul mundur pasukan Mesir, Yordania dan Suriah, lalu menduduki kawasan Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan. Namun kemenangan itu tidak membawa ketenangan, melainkan ketegangan dan konflik berkepanjangan hingga kini.
Foto: Keystone/ZUMA/IMAGO
Politik pemukiman di wilayah pendudukan
Pembangunan permukiman Yahudi di kawasan yang diduduki memperburuk konflik dengan Palestina, yang sebenarnya dijanjikan untuk mendirikan negara. Otoritas Palestina menuduh Israel menjalankan politik yang berupaya menihilkan harapan pendirian Negara Palestina Merdeka. Israel tidak mengindahkan protes internasional yang menentang pembangunan permukiman Yahudi.
Foto: picture-alliance/newscom/D. Hill
Kemarahan dan kebencian: Intifada pertama
Akhir 1987, warga Palestina melakukan mobilisasi untuk menentang pendudukan Israel. Kerusuhan menyebar di wilayah permukiman Palestina dari Gaza sampai Yerusalem Timur. Kerusuhan itu menggagalkan Kesepakatan Oslo dari tahun 1993 — kesepakatan pertama yang dicapai dalam perundingan langsung antara perwakilan pemerintah Israel dan pihak Palestina, yang diwakili oleh PLO.
Foto: picture-alliance/AFP/E. Baitel
Upaya perdamaian
Presiden AS Bill Clinton (tengah) menengahi konsultasi perdamaian antara PM Israel Yitzhak Rabin (kiri) dan pimpinan PLO Yasser Arafat (kanan). Perundingan itu menghasilkan Kesepakatan Oslo I, yang memuat pengakuan kedua pihak atas eksistensi pihak lain. Namun harapan perdamaian pupus ketika Rabin dibunuh oleh seorang warga Yahudi radikal dua tahun kemudian.
Foto: picture-alliance/CPA Media
Kursi yang kosong
Rabin ditembak pengikut radikal kanan pada 4 November 1995 ketika akan meninggalkan acara demonstrasi damai di Tel Aviv. Foto di atas menunjukkan Shimon Peres yang kemudian menggantikan Yitzhak Rabin sebagai Perdana Menteri. Kursi kosong di sebelahnya adalah tempat duduk Rabin.
Foto: Getty Images/AFP/J. Delay
Tembok pemisah
Tahun 2002, setelah rangkaian aksi kekerasan dan teror selama Intifada II, Israel mulai membangun tembok pemisah sepanjang 107 kilometer atas alasan keamanan. Tembok ini memisahkan wilayah Israel dan Palestina di wilayah Tepi Barat. Proyek tembok pemisah sekarang masih dilanjutkan dan menurut rencana panjangnya akan mencapai 700 kilometer. (Teks: Kersten Knipp/hp/ts)
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/S. Nackstrand
9 foto1 | 9
Dialog membisu
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi AS, CNN, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel berpotensi memasuki "wilayah abu-abu,” di mana Mahkamah Agung merasa berwenang untuk membatalkan UU Yudisial yang baru.
Dia menolak menjawab apakah pemerintahannya akan tunduk pada putusan semacam itu.
Netanyahu menawarkan dialog dengan oposisi untuk memperluas konsensus sebelum pengambilan keputusan. Sejumlah analis meyakini langkah reformasi akan memudahkan Netanyahu menggugurkan dakwaan terhadapnya terkait dugaan penyuapan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Namun kelompok oposisi mengatakan mereka tidak lagi bisa mempercayai tawaran dialog oleh Netanyahu, karena selama ini tidak membuahkan hasil kongkrit. Sebaliknya, aksi protes di jalan raya dilihat sebagai satu-satunya instrumen politik yang mampu menekan pemerintah.
"Saya kira kita akan melihat banyak aksi protes,” kata Yaron Kramer dari sebuah organisasi yang mewadahi pasukan cadangan militer Israel, Brothers and Sisters in Arms. "Sebuah pemerintahan yang mengabaikan tanda darurat dari sebegitu banyak orang harus menghadapi konsekuensinya.”
"Saya meyakini, tanda darurat dari kami pada akhirnya akan didengar, jika bukan besok, maka minggu depan.”